Part 5

1.2K 150 29
                                    

Happy Reading
...

Meski sudah hampir seminggu tinggal di bawah atap yang sama dengan Humairah, tidak lekas menjadikan sikap Langit mulai mencair. Langit masih dengan sikapnya yang Antagonis, selalu menolak apapun yang dilakukan oleh Humairah kepada dirinya.

"Mas, sarapan dulu. Aku masak nasi goreng hari ini."

Langit melirik sekilas ke arah Humairah.

"Kamu ini kenapa bebal sekali sih dibilangin Humairah. Sudah berapa kali saya bilang, kamu gak perlu repot-repot memasak sarapan untuk saya."

"Karena aku yakin Mas, sekeras-kerasanya hati Mas, lama-lama juga akan melunak. Jadi aku gak mau berhenti berusaha." Humairah tersenyum hangat.

"Gak akan! Kamu pasti sudah mengerti kalau saya sebenarnya tidak pernah menginginkan pernikahan ini.  Jadi berhentilah berandai-andai untuk hal yang tidak mungkin terjadi!"

"Seburuk itukah pernikahan ini di mata kamu Mas?"

"Seburuk kehadiran kamu yang telah menghancurkan rencana saya untuk melamar wanita yang saya cintai dalam waktu dekat ini. Sebentar lagi dia akan kembali dari London, itu artinya bencana besar dalam hidup saya akan segera tiba, kamu harus tau saya sama sekali tidak sanggup jika hubungan kami harus berakhir, dan pernikahan sialan ini akan segera menjadikan mimpi buruk itu menjadi nyata!"

"Jadi menurut Mas itu salah aku? Kalau Mas memang sejak awal sudah memiliki wanita lain, kenapa Mas tidak tolak saja perjodohan ini!"

"Jika bisa saya sudah pasti menolak! Tapi ini adalah permintaan orangtua saya, sudah saya jelaskan pun mereka tidak bisa mengerti."

Humairah terdiam, lagi-lagi hatinya tersakiti oleh kata-kata Langit untuk yang kesekian kalinya.

"Baiklah, aku bisa mengerti Mas," jawab Humairah.

Humairah tetap berusaha tersenyum, tidak ingin memperlihatnya betapa remuk hatinya.

"Baguslah kalau kamu mengerti."

Langit, kembali melanjutkan langkahnya, menuju pintu utama.

"Kuatkan hamba Ya Rabb," pinta Humairah.

Tidak pernah terbayangkan oleh Humairah, jika biduk rumah tangga yang ia jalani akan terasa seberat ini. Humairah harus bertahan di sisi suami yang tidak menginginkannya, bahkan tidak peduli sedikitpun terhadap dirinya.
...

Selain bekerja sebagai seorang Dosen, Humairah juga merupakan seorang guru di Pesantren milik Abahnya. Di sana Humairah juga mengampu bidang study Tafsir.

Sama seperti di Kampus, di Pesantren juga Humairah termasuk guru Favorit para Santri, karena cara mengajar Humairah yang dirasa sangat ringan untuk dipahami.

Selepas selesai mengajar, Humairah tidak pernah lupa untuk menemui Abah dan Umminya, walau hanya sebentar tetapi sudah sangat cukup untuk menuntaskan rindunya.

"Gimana kabar Nak Langit, Nduk?" tanya Ummi Khadijah.

"Alhamdulillah kabar Mas langit baik Ummi."

"Nak Langit memperlakukan kamu dengan baik kan Nduk?" tanya Ummi Khadijah lagi.

"Eh eh, kok pertanyaannya begitu? Mereka udah sama-sama dewasa, kita tidak seharunya mempertanyakan hal-hal seperti itu," sambung Abah Lutfi.

"Mas Langit, sangat baik kok Ummi sama Ai."

"Tuh dengerin Mi, Nak Langit udah pasti memperlakukan putri kita dengan baik."

"Ya kan Ummi cuma sekedar bertanya aja, syukur Alhamdulillah kalau begitu Nduk. Kalian harus rukun-rukun ya Nduk, saling pengertian jangan egois. Meski tidak sekarang, yang namanya ombak dalam rumah tangga pasti selalu ada, kalian harus melaluinya sama-sama, supaya tidak ada di antara kalian yang tenggelam."

Ada Cinta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang