05 | novels

199 48 24
                                    

Hari ini, Koko dan Keke mendapatkan uang bulanan. Keke memakai seperenam uang miliknya untuk membayar uang kas. Gadis itu pun mengajak kakaknya untuk mampir ke mall terdekat dari sekolahan untuk membeli crepes kesukaannya. Dan seperti biasa, Koko mengiyakannya, asalkan adiknya mau menemani dirinya ke toko buku.

Alhasil, setelah pulang sekolah mereka berdua langsung meluncur ke lokasi.

Rencana Keke tinggal lah rencana. Bukannya membeli crepes seperti yang dia rencanakan, justru gadis itu berbelok ke arah toko make up dan skin care, karena sedang ada potongan harga besar-besaran. Alhasil hampir setengah uangnya habis untuk membeli toner dan pelembab. Koko yang menemaninya hanya bisa menggelengkan kepalanya seraya berdecak. 'Sejak kapan adiknya paham tentang perawatan?'

Setelah berburu skin care dengan harga yang sangat miring, mereka segera menuju toko buku di lantai dasar. Keke hanya menemani seraya melihat-lihat buku yang ada disekitarnya. "Ke! Jangan jauh-jauh!" Koko memperingatinya. Namun hanya dibalas dengan deheman tanpa serius menanggapi. Dan lima belas menit kemudian, Koko dan Keke berpencar.

Koko di tempat buku pelajaran sedangkan Keke berada di tempat novel fiksi remaja. Gadis itu melihat-lihat buku dengan cover yang menarik tanpa membaca sinopsisnya.

Tak lama kemudian terdengar suara perdebatan yang berasal tak jauh dari posisinya.

"Lagian lo sendiri yang ribet! Beli buku sampe ke Bogor segala!"

"Lah? Terserah gue, dong? Lagian kenapa lo mau-mau aja ikut?"

"Siapa tau lo mau berbuat macem-macem yang bikin Sai kesel yang akhirnya gue, Bara sama Fajar disemprot!"

"Gue ga minta Sai semprot kalian, Sa!"

"Can't you stop to call me with that shit name?!"

"So what should I call? Ak, Sa, or Ra? Kenapa gak sekalian Rara?"

"Terserah lo deh, Kay! Capek gue!"

Keke melirik dua orang murid SMA yang sedang berdebat di belakangnya. Terlihat dari celana abu-abu yang mereka kenakan. Satu kata yang bisa Keke katakan untuk mereka berdua adalah 'keren'. Mereka terlihat sangat stylish dan sedikit berandal dalam sekaligus. Keke bisa pastikan jaket yang mereka kenakan seharga lima kali lipat uang bulanannya.

"Misi dek!"

Keke terkejut, refleks gadis itu berbalik badan dan menahan napas saat salah satu murid SMA itu berada tepat di hadapannya. "I—iya?" tanya Keke gugup.

"To the point aja nih, lo kan cewek. Kira-kira buku yang lagi hits dibaca sama kaum-kaum lo itu apa?"

"Hah?" Keke seketika jadi bego.

Kalau boleh jujur, ini pertama kalinya gadis itu melihat secara dekat cowok ganteng. Cowok ganteng di sekolahnya saja kalah gantengnya sama mereka berdua.

"Hello? I'm talking with you."

"E—eh iya?" Keke ingin merutuk dirinya sekarang juga karena tidak pernah berinteraksi dengan sejenis cogan seumur hidupnya. Lihat sekarang, dia sangat memalukan sekaligus norak.

Pria yang bertanya tadi memutar kedua bola matanya jengah. "Seganteng itu kah gue? Sampe lo gugup begitu? Gue kagak gigit—"

Ucapannya terpotong oleh temannya yang tiba-tiba menariknya menjauh dari hadapannya. Kini temannya cowok itu berada di hadapannya. Dan tolong ingatkan Keke untuk bernapas karena aura cowok itu sangat kuat. Membuat jantung Keke tiba-tiba berdegup kencang. "Ganteng pala lo peyang! Lutung aja kalah kali sama lo!" sindirnya kepada temannya tadi, lalu matanya beralih pada Keke. "Sori. Temen gue emang rada goblok. Gue boleh minta tolong? temen gue ini pengen ngasih hadiah pacarnya buku novel. Lo bisa cariin buku mana yang cocok?" pintanya kemudian seraya menatap Keke.

yang baik belum tentu baikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang