Mencari

12 3 1
                                    

  "Nadine gua pulang dulunya"ucap Ega seraya menyeret dua orang super gila ini.

  Ren sudah sadar dan Ranya masih menatap Ega penuh selidik."kak!" Panggil Ranya membuat Ega berhenti dan menoleh.

   "Apa?" Ucap Ega seperti malas mendengarnya.
  "Tadi kakak ngapain,itu loh di halaman belakang rumah"
"Bukankah sudah gua bilang,dia hampir jatuh dan gue mau bantu eh,jadi ikutan jatuh juga"

   Ya tadi dihalaman belakang rumah Nadine,Ega seperti melakukan hal yang gak baik pada Nadine. Bagaimana tidak?
Ranya melihatnya saat tubuh Ega menindih i tubuh Nadine.

  "Udah jangan difikirkan,sana bawa nih pacarmu,liat mukanya masih kayak orang linglung"

  Ranya menoleh kearah Ren,dan benar mukanya seperti orang linglung,dan kenapa juga disaat seperti ini muka Ren bisa jadi super nyebelin.

  "Ya udah kak,gue mau bantu nih anak utan"ucap Ranya seenak jidatnya.

   Ega hanya mengangguk dan pergi meninggalkan mereka saat sampai dipertigaan.

   "Uh berat amat sih badan lo Ren!"kesel Ranya saat tangan kanannya mulai kram karna memapah tubuh Ren.

   Dan Ren hanya meracau nggak jelas.apa tadi Ranya terlalu keras melemparinya?

   Ah entahlah, sekarang Ranya mengibaskan tangannya memanggil taxi.

  "Mau kemana?"tanya supir taxi itu saat mereka sudah didalam.
  "Mau ke..."kalimat ranya terputus saat dia berfikir.
"Gue kan nggak tau rumah si utan ini,aduh gimana nih?"batin Ranya resah.

  "Ya neng,mau kemana?" Supir taxi itu masih bertanya.

  "Jalan aja pak,nanti saya kasih tau alamatnya"ucap Ranya yang hanya dijawab anggukan kecil.

               ---
   
  "Udah malam aja.."guman seorang pemuda,ia bertengger di dahan pohon mendongak melihat bulan yang sempurna bulat.

  "Harus cepat nih,nanti auranya mereka hilang karna bau busuk makhluk halus disini"

   Ia menoleh kesamping,dipohon sebelahnya.bergidik ngeri saat melihat Mbk Kunti asyik memainkan rambutnya.
"Pa Lo liat liat!"hardik Kunti itu.

  "Hidih.. sensi amat Mbk,nggak pernah mandi lu? Bau tau" pemuda itu menutupi hidungnya,memang Kunti itu bau sekali.dan tiba tiba saja Kunti itu tertawa keras dan dilanjut dengan tangis menyanyat hati.

  "Stresss kali nih hantu?"cibir pemuda itu dan memilih melanjutkan misinya.ia melompat dengan mudah dari satu pohon ke pohon lainnya.

  "Hmmm bau si petir nih"
Pemuda tadi sampai pada balkon sebuah apartemen.walau kecil pasti ini mahal.

   Pemuda tadi mengamati satu persatu benda yang ada didalam setelah ia masuk dengan mudah.

  "Ahhhhh!! Gue mohon Leon.... Gue nggak mau mati gitu aja"terdengar seorang perempuan yang menangis dan memohon kepada seorang pria.

  Pria itu hanya tersenyum sinis,memegangi wajah mulus dari wanita yang kini ia tindihi.

  "Bagaimana kalau gue bikin kenang kenagan dimuka Lo?"ucap Leon,nada bicaranya sangat menyeramkan.

  Ia mengambil sebuah silet di samping ranjangnya.mengelus elus wajah perempuan malang tadi.membiarkan silet itu menari di pipi kanannya.menekan sedikit demi sedikit di pipi perempuan itu.membuat goresan panjang mulai dari dahi pipi hingga berakhir di mulutnya.

  "Ahkhhhhhh......,sakit Leon ...perihhh"teriak perempuan itu.ia menangis diperlakukan seperti ini.

   "Hahahah terus,menangis lah!ayo menjerit yang keras kalau bisa memohon.....
Kalau tau jeritan mu tadi sangat merdu seperti nyanyian kematian"

Another lineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang