"Jika kau tidak menginginkan aku, biarkan aku pergi."
Now playing : Day6 - I'll Wait
•••
Tepat hari ini, tahun ketiga hubungan Johnny dan Celia. Tiga tahun ini juga hubungan mereka tidak lepas dari pertengkaran-pertengkaran kecil yang terkadang menjadi besar karena ego mereka sendiri. Celia yang masih labil dan Johnny yang terlalu keras. Tapi itulah yang membuat hubungan mereka lebih berwarna.
"Kak? Dimana?" tanya Celia melalui sambungan telepon. Dirinya baru saja keluar gerbang sekolah.
"Sebentar. Kamu kira Kakak ojol apa ditanya gitu?" sahut Johnny yang langsung dimatikkan sepihak olehnya membuat Celia mendengus. Sudah biasa diperlakukan seperti itu oleh Johnny bahkan sebelum mereka berdua terikat dalam hubungan ini.
Johnny adalah kakak kelasnya yang sekarang sudah lulus dan menempuh pendidikan di sebuah universitas. Johnny mengambil jurusan teknologi informasi. Sedangkan Celia masih dalam masa-masa sibuk mempersiapkan ujian akhirnya.
Celia melihat mobil silver yang sudah dihapalnya itu berhenti di depan gerbang sekolahnya. Celia sedikit berlari menuju mobil tersebut.
"Heyyo!" sapa Celia seriang mungkin kepada Johnny yang hanya memasang tampang acuh. Mengerti situasi, Celia akhirnya memilih diam.
Mereka sedang bertengkar. Iya. Di hari perayaan ketiga tahun mereka, tapi mereka seolah lupa karena ego. Alasannya sepele, seharusnya bisa dibicarakan baik-baik. Johnny yang kepalang protektif dibuat emosi karena Celia yang ketahuan pulang larut malam. Johnny pun langsung menjemput Celia detik itu juga dan mengantarnya pulang. Selama di perjalanan juga mereka saling diam.
"Kak?" lirih Celia.
Johnny melirik sekilas karena dirinya fokus mengendarai, "Ada apa, Cel?" balas Johnny.
"Kakak masih marah?"
"Jangan bahas ini sekarang."
Johnny membawanya ke sebuah café yang sudah mereka tentukan jauh hari sebelum mereka bertengkar. Mereka memilih tempat di dekat pendingin ruangan. Johnny memesan makanan dan Celia hanya mengikut. Kemudian situasi kembali canggung. Celia tidak berani mengeluarkan handphonenya karena takut Johnny akan semakin marah kepadanya.
"Cel." Celia mendongak.
"Ngerasa gak sih," jeda Johnny yang membuat Celia penasaran dan juga takut.
"Ngerasa gak sih kalau hubungan kita akhir-akhir ini jadi, toxic?" ucap Johnny lalu menatap Celia.
"Toxic?"
"Iya. Kita sering berantem gak jelas. Ego kita tinggi, Cel. Kakak takut malah kamu tertekan dengan ini." jelas Johnny yang membuat Celia membatu. Dirinya sudah pernah berpikir mengenai hal ini, namun ia selalu tepis karena tidak mau hal buruk terjadi dengan hubungan mereka.
"Celia pikir, mungkin dengan pertengkaran gini malah buat kita makin saling mengenal dan mengerti, Kak. Celia juga gak tertekan dengan hal kayak gini, karena Celia pikir ini normal."
"But, Cel. Apa kamu pernah mikir dengan selalu begini gak baik untuk kita? Apalagi masalahnya selalu sepele. We're tired right? You with your education and me too."
"Kakak mau break?" sela Celia to the point.
"Bukan break, tapi ya gimana ya." Johnny terlihat frustasi.
Celia menghela napas. Di anniversary ketiga tahunnya mereka, justru Celia dihadapkan dengan pernyataan yang menjurus ke break.
"Kakak gak maksud ke arah sana. Kakak cuma mau confess ke kamu."
Celia terseyum miris mendengar alasan Johnny yang berputar-putar.
"Kak, kalau bosan bilang. Kalau sudah gak mau sama Celia, biarkan Celia pergi."
Johnny tersentak dan menatap Celia dalam. Tidak ada balasan dari Johnny yang membuat Celia sadar, ada dinding yang Johnny buat di antara mereka dan Johnny juga sadar akan itu. Celia terikat dengan Johnny, berharap Johnny akan mengenggamnya erat. Namun Johnny seakan membiarkannya.
•••
[29.04.20]
KAMU SEDANG MEMBACA
Me After You || Johnny✓
Fanfiction"Kak? Kakak pernah dengar kalau apa yang sering kita lakukan itu bisa mesugesti?" Johnny mengangguk. "Kakak percaya?" Celia mendongak menatap Johnny yang kini menatapnya sambil menggenggam tangannya erat. Johnny berdesis, "Mungkin? Kenapa, kamu hab...