"Maaf."
Now playing : Day6 - I Would
•••
"Kak."
Johnny berdeham menanggapi. Memperhatikan wajah Celia yang menatapnya dari layar.
"Celi rasa, kita ada yang janggal?"
Johnny menahan napasnya. Tahu kemana arah pembicaraan Celia yang sudah lama ia nanti. Entah kenapa rasanya Johnny belum siap menjelaskan kepada Celia. Beberapa hari ini Johnny benar-benar berbeda dari biasanya. Johnny yang jarang mengabari Celia. Johnny yang cuek ketika bertemu meskipun Celia sudah terbiasa, namun kali ini rasanya berbeda. Johnny benar-benar bingung sekarang.
"Waktu itu Celiameriksa handphone kakak. Maaf lancang, tapi Celi terlanjur penasaran." Celia menjeda ucapannya yang membuat Johnny semakin kaku.
"Eum, Nancy. Siapa, Kak?" tanya Celia dengan wajah polosnya menatap Johnny yang masih tidak bergeming.
"Ini pertama kalinya Celia nanya begini mungkin ya?" Celia terkekeh karena belum mendapat jawaban dari Johnny.
"Kakak kerumah kamu, boleh?" Johnny memutuskan untuk menjelaskan sejelas-jelasnya kepada Celia saat ini juga. Namun, rasanya tidak etis jika hanya melalui video call seperti ini.
"Ini sudah malam, Kak. Kalau Kakak belum mau jawab ya gak apa-apa. Besok aja, kasian Kakak malam-malam ke sini." ucap Celia lembut yang justru membuat Johnny meringis.
"Sempat-sempatnya dia lembut seperti ini."
Johnny menggeleng lalu beranjak dari tidurnya, "Tiga puluh menit. Tunggu ya." Tanpa menunggu balasan Celia, Johnny memutuskan sambungan video call mereka dan bersiap pergi menuju rumah Celia.
"Maaf."
Celia menghela napas. Celia memilih nekat untuk bertanya hal ini kepada Johnny, tapi belum menyiapkan dirinya agar menerima hal terburuk sekalipun. Celia awalnya berharap Johnny akan menjelaskan kalau Nancy adalah sebuah kesalahpahaman dan tidak membenarkan soal ajakan balikan itu. Celia harap seperti itu.
Celia memutuskan untuk keluar kamar dan menunggu di sofa ruang tamu.
"Kakak!" Taeyong menoleh mendapati adiknya yang sedang duduk di sofa.
"Belum tidur?" Taeyong berjalan mendekati Celia dan mengusap rambutnya lembut.
"Kak, kalau misalnya Celi berhenti berjuang, gak salah kan?"
Taeyong tersenyum mengerti kemana arah pembicaraanya, "Johnny?" Celia mengangguk.
"Apapun ada resikonya, Cel. Apapun pilihanmu, kamu pasti sudah memikirkan dampaknya. Kakak tahu perasaan kamu bagaimana, tapi stop kalau itu membuat kamu merasa tersakiti terus. Ngerti?"
Taeyong tahu masalah Johnny dan Celia. Dua hari lalu, Taeyong tidak sengaja berpapasan dengan Johnny yang sedang menggandeng Nancy di sebuah supermarket. Taeyong marah melihat Johnny yang jelas-jelas mengkhianati Celia. Namun Taeyong tidak ingin gegabah, ia tahu adiknya, Celia, tidak sebodoh itu. Taeyong pun bergegas pergi menjauh dari dua orang itu.
"Kadang kita perlu mengalah untuk mendapatkan apa yang kita inginkan." Celia mengangguk paham.
"Itu kayakya Kak Johnny." Celia beranjak meninggalkan Taeyong.
"Celia." sapa Johnny ketika melihat Celia yang membuka pintu.
"Kakak kenapa ke sini?"
"Gak boleh?"
"Bukan. Kan ini udah malam loh, Kak. Kakak biasanya aja gak pernah ke rumah Celi kalau malam-malam, terus Kakak marah kalau Celi paksa." Johnny meringis. Padahal dirinya sering menginap di rumah Nancy.
"Maaf." Lidah Johnny bahkan terasa kelu untuk mengucapkan kata itu.
"Kakak mau jawab pertanyaan Celi tadi? Padahal Celi gak masalah kalau gak mau dijawab. Celi ngasal aja sih tadi, lagian—"
"Iya, Cel. Kakak balikan sama dia di belakang kamu. Stop positive thinking sama aku, Cel."
"Bohong kan ya, Kak? Celi ulang tahun masih dua puluh lima hari lagi. Mau ngeprank? Celi sudah—"
Johnny memeluk Celia tiba-tiba membuat Celia yang sejak tadi menahan tangisnya pun akhirnya mengeluarkan tangisnya.
"Seharusnya Celi gak punya feeling yang kuat kalau gini ya? Celi takut kejadian, eh malah benar."
Johnny masih diam.
"Kenapa Kakak gak bilang sama Celi kalau misalnya Kakak bosan? Kakak kan gak perlu merasa membohongi Celia." ucap Celia yang masih terisak di pelukan Johnny.
"Padahal kita baru aja ngerayain anniversarry. Celi tahu kalau Celi itu labil, Kak. Seharusnya Kakak bilang aja. Celi bisa ngerti, tapi kalau gini? Celi gak bisa apa-apa lagi."
Johnny melepas pelukan mereka dan menatap Celia dalam. Sakit. Johnny bodoh. Johnny sudah siap jika dirinya dimaki bahkan dipukul oleh Taeyong nanti. Tapi justru sikap lembut dan tidak enak Celia yang ia dapati.
"Ya sudah, Kak. Celia sadar kita sudah gak baik sejak Kakak ngomong ke Celia pas anniversarry waktu itu. Putusin Celia, Kak." Celia mendongak menatap Johnny yang menatapnya kaget.
"Ya?" ulang Celia.
"I can't possibly break this relationship with you."
Celia menghela napas, "Let's break up, Johnny. Thank you for three years. I love you."
Bahu Johnny melemas. Hatinya semakin sakit melihat Celianya yang masih bisa tersenyum."I love you too, Cel."
•••
(02.05.20)
KAMU SEDANG MEMBACA
Me After You || Johnny✓
Fanfiction"Kak? Kakak pernah dengar kalau apa yang sering kita lakukan itu bisa mesugesti?" Johnny mengangguk. "Kakak percaya?" Celia mendongak menatap Johnny yang kini menatapnya sambil menggenggam tangannya erat. Johnny berdesis, "Mungkin? Kenapa, kamu hab...