Penantian Terindah #33

603 45 0
                                    

Aku hanyalah jiwa yang terperangkap yang kini telah terlepas dari batas.

🌿🌱🌿

Flashback On

Tekad, hanya itu yang aku miliki saat ini. Hidup dan menyusup dalam sarang musuh, serta mengikuti permainan yang di mainkan. Tak ada pilihan lain selain menang dengan resiko dan menyerah dalam kekalahan. Aku sadar, sejak awal hidupku memang penuh dengan derita. Tapi kali ini biarlah aku tersakiti untuk terakhir kali. Maskipun nanti aku tak dapat keluar dari sarang musuh dengan selamat, setidaknya aku pergi dengan tenang.

Kulanjutkan langkahku menuju ujung sebuah lorong yang gelap. Sungguh, jika boleh memilih, aku tak akan pernah sudi untuk menjejakkan langkah dalam tempat terkutuk ini. Tapi kali ini aku harus menahan hal itu demi kebaikan orang-orang yang aku sayangi.

Masih teringat di benakku tentang sebuah pernyataan yang aku dengar siang tadi antara Sinta dengan seorang pria misterius. Sungguh, aku benar-benar penasaran dengan maksud dari kedua orang itu dan aku bertekad akan mencari jawabannya sekarang juga.

Gelap, sepi, dingin, bahkan tidak ada tanda-tanda kehidupan sedikitpun di ujung lorong ini, dan entah kenapa hal itu membuatku was-was. Karena tidak mungkin jika sebuah tempat penyimpanan data penting akan di biarkan sepi tanpa penjagaan. Namun aku berusaha menepis pemikiran itu untuk saat ini. Biarlah nanti aku pikirkan jalan keluarnya, dan lagi pula statusku adalah asisten dari Safira. Jadi tidak akan mungkin ada yang menentangku. Setidaknya hanya sementara, sampai misi ini selesai dan aku harap semua berjalan dengan sempurna.

Kulangkahlan kakiku memasuki satu-satunya ruangan yang berada di ujung lorong. Ruangan yang menjadi tempat penyimpanan data dan berkas penting perusahaan, serta bukti dari kejahatan Safira.

Cklekkk

Sepi, itulah kesan pertama dari suasana ruangan yang hanya terdapat beberapa brankas dan lemari. Tapi ada satu hal ganjil yang membuat nafasku tercekat.

'Bau? Bau maskulin ini ... Apakah...'

"Selamat datang di ruanganku, Nona." kata seseorang dari arah belakangku, membuat tubuhku terkejut dan membuyarkan opiniku.

Sungguh, andai waktu dapat di putar ulang. Aku bersumpah tidak akan pernah mengikuti rasa penasaran ini yang justru membuatku terjebak dengan seorang pria yang tidak kukenal dalam satu ruangan.

Ku balikkan badanku menghadap seorang pria yang tengah menatapku dengan bersandar pada pintu ruangan. Aku memang tidak dapat melihat wajahnya, tapi keremangan cahaya bulan dari jendela dapat sedikit membantuku untuk melihat sosoknya.

Melihatnya yang hanya diam, tanpa berkata sepatah kata pun membuatku heran. Tetapi...

'Tunggu, postur tubuh dan suara itu...'

"Mengingat sesuatu, Nona Aliza?" kata pria itu berjalan mendekat ke arahku.

"Ah ya, maaf. Maksudku Nona Aulia, Najmi Aulia Mumtaza." katanya tepat di depanku sambil merentangkan kedua tangannya.

Entah lelucon macam apa yang telah berada di hadapanku saat ini, tapi yang pasti perasaanku saat ini sungguh campur aduk.

Bukk Bukk Bukk

"Aakkkhhhh, Awww... Aduh, sakit."

"Dasar kakak sepupu kurang ajar! Kenapa kamu menghilang dan kemana saja kamu selama ini, Mas!" bentakku pada pria misterius yang ternyata adalah kakak sepupuku sendiri.

"Sial! Gila kamu, Dek. Baru ketemu maen pukul saja. Ternyata kamu dari dulu tetap sama aja, yah. Dasar pecicilan." katanya sambil mengusap lengannya yang baru saja aku pukul.

Penantian Terindah ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang