[53] Pelabuhan Terakhir, Mesir

3K 411 30
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


“Kutemukan tempat terindah untukku tinggali.”

***

“SUNGAI NIL!”

Suara girang Dodit Dirgantara terdengar sangat jelas dari video yang dia kirim kepada Rahma. Lelaki itu melentangkan kedua lengan, merasakan angin berhembus dan menyapu rambutnya hingga berantakan. Rahma tersenyum lebar begitu pula Husien yang berdiri di belakang sofa tempat di mana Rahma duduk.

“Apa kalian lihat? Ini benaran sungai Nil! Ini bukan editan loh, saya akhirnya berhasil melihat Nil dengan mata kepala saya sendiri.” Dodit menyombongkan diri. Kulitnya terlihat menggelap pasti karena terlalu lama di bawah sinar matahari.

“Dia senang banget!” celetuk Husien tertawa.

Rahma mengangguk mengiyakan. “Iya, aku belum pernah melihat Dodit seceria ini.” Dia menengadahkan kepala, menatap pada suaminya. “Semenjak jadi ABK kapal pesiar beberapa bulan yang lalu. Dodit nggak berhenti pamer dan mengirimkan banyak video.”

“Paling enggak, apa yang Dodit impikan sejak dulu akhirnya terwujud.” Husein masih menyunggingkan senyuman. “Dia melakukan apa yang dia suka sekarang.”

“Saya di Mesir!” Dodit berteriak.

Dengan latar belakang sungai Nil yang mengalir tenang serta langit membiru, Dodit terlihat gagah di depan kamera, terutama ketika dia mengenakan kacamata hitam. Di sekeliling leher ada kamera canon yang mengantung. Hobi barunya untuk mengabadikan tempat-tempat indah yang dia kunjungi.

“Setelah ini kami akan pulang ke Indonesia.” Dodit memberitahu, dia menyandarkan punggungnya di pagar pembatas. “Lalu jeda satu bulan kami berangkat lagi, apa kalian tahu destinasi The Golden berikutnya?” Senyum lebar menghiasi bibir.

“Nggak tahu!”

Rahma dan Husein menyahuti dengan bersamaan, padahal mereka hanya melihat video yang dikirimkan seminggu yang lalu, video yang baru saja terlihat oleh Rahma. Ini bukan sambungan videocall melalui skype atau apapun.

“Sebuah tempat yang tersembunyi,” bisik Dodit mendekatkan kamera. Seperti enggan membocorkan rahasia kepada sungai Nil di belakangnya. “Nanti kalian bakalan tau ke mana saya pergi nanti. Pastinya saya akan mengirimkan video lagi. Saya tunjukan sebuah surga yang sebenarnya!” Sangat bersemangat dan membuat kamera tidak fokus dan tidak membidik wajah Dodit tapi melainkan turis lelaki gemuk yang lewat.

Rahma dan Husien tertawa keras. Hanya bisa menggelengkan kepala, melihat tingkah Dodit Dirgantara yang biasa mereka kenal sangat kalem sekarang seperti anak kecil, terlihat bebas. Tanpa beban.

Jodoh Terbaik Nadia [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang