[57] Aku Tahu Itu Raja

3.5K 430 42
                                    

“Kamu bilang kamu mencintai aku? Iya, sungguh aku tahu itu, Raja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Kamu bilang kamu mencintai aku?
Iya, sungguh aku tahu itu, Raja.”

***

“Rahasiakan aku sedalam-dalamnya cintamu.”

Nadia menuliskan sebaris kalimat itu pada halaman buku puisi yang baru saja dia beli di toko buku. Dia duduk di sudut dalam kedai kopi, sesekali menatap kaca etalase—tempat duduknya berhadapan langsung dengan jalan—melihat trotoar yang sepi, hanya beberapa orang yang lewat, itupun tampak tergega-gesa, mencoba menghindari hujan yang turun dengan lebat. Kaca jendela kedai segera berembun dan Nadia berharap hujan akan berhenti dan dia bisa melihat langit biru kesukaannya.

“Mamah! Dirga mau, mau.”

Suara anak kecil menarik perhatian Nadia yang sedari tadi memandang keluar jendela, dia menoleh ke samping. Dirgantara Pangestu sudah berdiri di sofa, tangan mungilnya terulur hendak menggapai pancake es krim di atas meja.

“Dirga mau es krim?” tawar Nadia, tersenyum.

Dirga memamerkan senyum polos, sedangkan gigi tengahnya telah bolong. Nadia gemas, dia mencium puncak kepala Dirga yang wangi mint kesukaannya.

“Tapi duduk dulu Nak. Yang sopan.” Nadia mengajari. “Kalau mau makan itu harus duduk yang rapi dan jangan lupa baca Bismillah.” Dia menambahkan.

Nadia bingung mencari sendok di sekitar meja, namun dia akhirnya sadari, sendok itu sudah ada di dalam genggaman Dirga. Sungguh, Nadia tidak bisa marah kepada putranya itu.

“Dirga mau makan sendiri atau Mamah yang suapin?” Nadia menawari lagi.

“Makan cendili! Dilga bica, Dilga udah becal,” sahut Dirga bersemangat. Walaupun lidahnya cadel masih kesulitan menyebutkan huruf ‘r’ dan ‘s’. Tidak menyurutkan semangat Dirga untuk makan sendiri. Seperti sedang pamer kepada pengunjung yang menatap gemas kepada Dirga.

“Baiklah!” Nadia menyetujui, dia mengambil tisu lalu menyampirkan di sela kerah baju Dirga. “Tapi makannya yang pelan-pelan ya.” Dia meminta dan Dirga menyahuti dengan anggukan kepala.

Dirga menyuap mulutnya dengan es krim, ekspresi bahagia terlihat jelas, sembari menikmati es krim vannila, dia bergumam menyanyikan sebuah lagu.

Nadia bertopang dagu memperhatikan Dirga makan, memperhatikan bagaimana putranya yang sekarang berumur tiga tahun tumbuh besar. Waktu berjalan dengan cepat, serasa baru kemarin Nadia merasakan kehamilan, merasakan perihnya melarikan dan kemudian menyaksikan dengan kedua mata Dirga lahir ke dunia. Nadia tidak lupa bagaimana dia menggendong tubuh bayi mungil ke dalam dekapan dan sekarang? Dirga sulit untuk dikendalikan, terlalu hiperaktif dan ingin tahu. Membuat Nadia kewalahan karena dia seperti burung camar yang terbang bebas.

Jodoh Terbaik Nadia [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang