"Baju saya di simpen di sini, nggak apa-apa?" Shera ragu setengah mati ketika Genta menanyakan hal itu padanya. Ia tidak tau apakah keputusan ini sudah benar apa belum. Ia takut Genta akan menjadi bumerang untuknya.
Shera mengangguk ragu. "Iya, di lemari itu aja." Ada lemari kecil di kamar Shera yang memang tidak terpakai. Shera membiarkannya saja karena tidak tau harus dikemanakan lagi lemari itu. Jika dilihat, baju yang dibawa Genta hanya sedikit. Lebih banyak ia membawa peralatan kantor dan dokumen penting. Sepertinya lemari itu akan cukup.
"Makasih, Ra." Jangan sangka Shera luluh pada sikap kebapakan Genta yang mau pindah sementara ke rumah mantan istrinya demi sang anak. Shera memiliki tameng kuat untuk melawan Genta. Lagipula, ia masih akan menjaga jarak dengan pria itu.
"Papa.." Avi sudah kembali dari rumah sakit lima hari yang lalu. Anak itu langsung merengek ingin pulang dengan Papa, dan meminta Papa untuk tidur dengannya. Genta tidak bisa menolak permintaan princess-nya. Ia juga meminta persetujuan Shera lagi agar ia bisa tinggal bersama anaknya.
"Kenapa, Sayang?"
Avi langsung meminta gendong pada ayahnya. "Avi laper, tapi mau disuapin Papa." Avi tetap manja sepulang dari rumah sakit.
"Mama bikinin, ya. Avi mau makan apa?"
Avi tampak berpikir. "Udang asam manis, Ma. Avi mau itu..." Shera tersenyum. Lega rasanya jika melihat anaknya sudah kembali sehat seperti biasa lagi.
Shera segera memasak apa yang diinginkan anaknya. Ia melirik Genta dan Avi yang ada di ruang keluarga rumahnya, sedang menonton acara tv kesukaan Avi; We Bear Bears. Dulu, Avi pernah bilang; "Avi jadi Panda, Mama jadi Ice Bear, terus Papa jadi Greez." Shera tersenyum sendu mengingat itu.
"Mama, besok Avi mau sekolah, ya?" Sudah lebih dari seminggu anaknya itu tidak sekolah. Pasti Avi merindukan teman-temannya, begitu pikir Shera. Tapi, tetap saja ia takut imun Avi drop lagi.
"Jangan dulu, Sayang. Lusa aja, ya?"
Avi merengek. "Mau sekolah, Mama..."
Shera selalu kalah dengan rengekan anaknya. Akhirnya, ia menyetujuinya. "Tapi jangan capek-capek, ya."
"Iya, tapi Avi pengen dianter Papa, Ma." Shera diam. Ia yakin Genta juga mendengar apa yang dikatakan Avi.
"Iya, nanti Papa anterin."
Entah sampai kapan ini akan berlangsung. Shera ingin Avi tau orangtuanya tidak bisa bersama lagi. Tapi di sisi lain, Shera juga tidak ingin memberikan dampak buruk bagi anaknya.
***
"Saya boleh minjem bantal, Ra?"
Pertanyaan dari Genta itu yang akhirnya menyadarkan Shera bahwa pria itu ada di sini untuk sementara dan tinggal di rumah Shera. Tentu Shera tidak ingin sekamar dengan Genta. Ia bahkan tidak memikirkan Genta akan tidur di mana. Ia tidak peduli. Selama tidak sekamar dengannya, Shera tidak masalah.
"Kamu tidur di sofa, kan?" tanya Shera. Ia melihat laptop Genta dan beberapa dokumen tergeletak di meja ruang tamunya.
"Iya. Saya mau minjem bantal, boleh?" Genta menghargai perasaan Shera yang masih ketakutan padanya. Tapi Genta yakin, semua itu akan berlalu. Genta ingin membantu Shera sembuh.
"Ini." Shera menyerahkan bantal dan selimut untuknya.
"Makasih. Malam, Ra." Shera hanya diam saja ketika Genta berkata demikian.
Genta membiarkan Shera menutup pintunya. Pria itu tidak berniat untuk tidur. Ia akan mengerjakan beberapa pekerjaannya yang belum tuntas.
"No..."
KAMU SEDANG MEMBACA
L'amour L'emporte [Complete]
General Fiction"I don't see any reason why we have to be together, still." "But, i still want you. That's the only reason." *** Sheravina Anjani Sanjaya tidak percaya lagi pada suaminya--Gentahardja Revan Subroto setelah semua hal yang telah dilakukan oleh pria it...