Prolog

82 5 1
                                    

PoV 1

Hening, dikala terjebak didalam sebuah kegelapan. Menjadi sebuah tanda tanya pada diri sendiri yang entah berada dimanakah sebenarnya diri ini?, sudah sejak lama aku berada disini sambil berjalan pelan dan menemukan sebuah dinding.

Berjalan sambil meraba-meraba, setidaknya aku tahu bahwa sekarang aku sedang berada disebuah ruangan. Tapi ralat karena sedari tadi aku berjalan belum menemukan ujung ruangan, jadi bisa dipastikan bahwa aku sedang berada disebuah gedung atau bangunan polos tanpa ruangan.

Apakah gedung ini berbentuk persegi panjang tanpa ujung?, bisa jadi. Tapi meski begitu, dengan berjalan terus masih lebih baik ketimbang tidak melakukan apa-apa.

Oh! Sepertinya aku melihat setitik cahaya dari jarak yang jauh, setidaknya aku sudah punya tujuan jadi bisa lebih fokus kesitu.

(Sruk!) Aku mengernyit keheranan, sepertinya aku telah menginjak ranting pohon. Kucoba berjalan sekitar lima langkah lagi maka bisa kulihat sinar rembulan menyinari tempat ini, meski masih dominan gelap tapi dengan jelas terlihat pohon-pohon berjejer tak beraturan serta rimbun.

Hutan? Jadi ujung dari bangunan itu menuju kehutan, dengan segera aku berbalik dan berjalan.

Ini sudah lebih dari lima langkah tapi sedikitpun aku tidak melihat bangunan tadi, dan kembali hanya pohon-pohon saja yang terlihat.

Aku berbalik kemudian menuju ke cahaya yang kulihat diujung sana sambil bertanya-tanya, bagaimana bisa bangunan itu menghilang?.

Sedari tadi berjalan aku sudah semakin dekat dengan cahaya itu bisa kulihat dengan jelas bahwa warna cahaya itu yello white yang berasal dari lampu tumbler, pasti ada orang disana mungkin aku bisa bertanya.

(Tak! tak!) aku terperangah, bisa kurasakan serta kulihat tangan seseorang tengah memegang bahuku dengan keras sehingga aku kesulitan bergerak bahkan berbalikpun sulit.

Tenaga orang ini lebih besar dariku, siapa sebenarnya dia?.

Yang Tak Dapat KuhindariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang