Bel pulang masih lama, Echa melihat jam di dinding kelas. Masih dua jam lagi untuk menghirup udara segar. Echa sudah bosan mendengar guru menjelaskan di depan.
"Raynia, coba kamu maju ke depan, kerjakan soal yang saya buat, dari tadi saya liat kamu gak fokus"
Suara Bu Rana membuat Echa terkejut. Echa pun maju ke depan dan mulai mengerjakan soal, untungnya gadis itu memiliki pemahaman yang tinggi."Makanya jangan sok-sok an jadi badgirls deh, modelan cupu kayak lo gak pantes!"
Celetuk Amel. Echa hanya memutar bola matanya malas."Bagus, jawaban kamu benar. Tapi ibu harap, kamu lebih memperhatikan lagi saat saya menjelaskan, mengerti?" Echa hanya mengangguk dan kembali duduk ke bangkunya.
"Lo gak asik Ay, bilang dong kalo bu Rana lagi merhatiin gue" Echa berbicara sedikit berbisik.
"Gue udah nyadarin lo, tapi tingkat bengong lo udah ke level tertinggi, lo nya sih gak nyadar-nyadar, mikirin apa coba?" Echa menghela nafas kasar. Sejujurnya ia masih memikirkan jalan untuk mencari uang.
"Gue cum-"
"Raynia, Ayla. Kalian lagi ngobrol apa, sampai tidak memperhatikan saya menjelaskan? Mau saya hukum?"
Ayla menepuk jidatnya dan langsung menggeleng bersamaan dengan Echa. Bu Rana pun kembali menjelaskan materinya.***
Tama dan sahabatnya saat ini sedang nongkrong ganteng di kantin. Mumpung freeclass, mereka manfaatkan untuk kembali mengisi perut.
"Mumpung hari ini gue lagi baek, jadi ChaCha gue bebasin, dan makanan kita pesen pake duit masing-masing" Aldi tersenyum lega mendengarnya. Sedangkan yang lain hanya mengangguk.
"Em namanya Echa bos" Azka memperingatkan Tama.
"Ah gak peduli gue sama namanya"
Azka dan Arel pun beranjak untuk memesan makanan."Tama lo pesen apa?" Tama menggeleng dan hanya memesan es jeruk. Lalu dengan santai Tama mengeluarkan bekal yang ia terima pagi tadi.
"Wiihhh bagi dong" Arel ingin merebut kotak bekal itu namun di tepis oleh Tama.
"Kita buka sama-sama" Tama menatap temannya serius. Mereka ber lima pun duduk dengan kotak bekal warna baby blue itu di tenah
"1, 2, 3 Jeng jengggg"
Tama dan yang lain membuka secara bersamaan. Tama menatap isi bekal tersebut dengan alis terangkat, begitupun yang dilakukan temannya. Bekal tersebut berisi, nasi goreng lengkap dengan telur mata sapi dan beberapa sayuran, kerupuk, dan yang paling menarik adalah beberapa cilok yang dibaluri dengan saos kacang."Sebagai percobaan, gue yang coba duluan" Arel meneguk salivanya ingin sekali menikmati makanan tersebut. Di suapan pertama, Tama tersanjung dengan rasa nasi goreng yang membuat Tama ingin menambah suapan kedua, tak lupa Tama mencoba Cilok yang menggoda itu apalagi dengan saos kacang yang menurut Tama sangat lezat.
"Gue juga pengen Tam" Rama merebut kotak bekal tersebut dan mulai menyantapnya. Tak beda jauh dari Tama , sepertinya Rama juga ketagihan.
"Enak aja lo, gue juga mau" Aldi merebut kotak bekal tersebut dan makan bersama dengan Arel dan Azka.
"Pengen lagi, sumpah enak banget" Azka bahkan menjilati kotak bekal tersebut.
"Ya Allah Azka, yaudah pulang sekolah lo ke rumah gue. Kayaknya lo gak di kasih makan deh sama bonyok lo" ujar Arel dan membuat temannya tertawa terpingkal.
"Kok gue berasa gak asing ya sama makanannya, apalagi sama tuh cilok, kayak pernah makan tapi gue lupa"
Aldi berpikir keras."Serius? Dimana Di? Kalo emang ada yang jualan, gue borong deh, sekalian ama mbak tukang masaknya" Tama menatap Aldi dengan tampang serius. Seketika Aldi teringat dengan seseorang, namun Aldi menepis pemikirannya itu karena menrutnya itu mustahil. Tama pun membeli air mineral untuk mencuci kotak bekal tersebut sesuai permintaan dang pengagum, jika bukan karena makanan itu, Tama tidak akan sudi untuk mencucinya, Tama hanya takut gadis itu tidak mau membuatkannya bekal seperti itu lagi.
"Tumben bos, rajin amat" Arel menatap Tama yang sedang membersihkan kotak bekal tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
MATCHA : Luka Dari Masa Lalu.
Ficțiune adolescențiFitnah itu, pembunuhan dan trauma yang mendalam. Bagaimana rasanya menjadi tersangka pembunuh padahal kau tidak melakukan apa-apa, trauma yang membekas dari masa lalu kelam yang kian menyiksa. Gadis itu, tersiksa mental sebelum waktunya. Batin dis...