Brankar yang didorong tergesa, lalu kasak kusuk diskusi yang sangat genting terjadi. Ini mengenai hidup mati, Ghalea Kusumawardhani.
Sepasang mata lelah, masih dengan jas navy yang sudah tidak rapi dan berlumur darah. Hilir mudik serba takut dan kalut didekat ruang bedah.
Ya Tuhan, yang dioperasi disana Ghalea, Ghalea yang tadi siang masih cantik pakai kebaya.
Lelah dengan sendirinya, pria yang bahkan sudah tak lagi peduli dengan mobil ringseknya, mulai duduk lemas.
Andai, andai, andai...
Andai dia tidak bertengkar dulu dengan Ghalea dan langsung menuju mall terdekat saja, atau minimart dan membelikan Ghalea satu ton eskrim kesukaannya.
"Setyo,"
Mendengarnya Setyo bangkit dan menundukkan kepala.
"Maaf Om..." dia menyesal dengan sangat.
"Kecelakaan Yo, jangan menyalahkan diri sendiri, kamu sudah ke IGD? Lukamu juga perlu ditangani Yo," Yusuf berusaha tenang dan ia mulai memperhatikan luka pria dihadapannya ini.
"Saya menunggu Ghalea dioperasi Om, setelah itu--,"
"Ghalea tidak akan suka temannya terlalu susah untuknya, dan luka mu bisa infeksi, sudah nurut saja. Ghalea berulang kali jatuh dan dia masih hidup. Dia mungkin membutuhkan beberapa jahitan di perut, lengan, dan kaki, tidak apa-apa. Dia masih hidup dan sanggup mengomeli kamu jika kamu menolak dirawat sekarang Yo," Yusuf menyela tidak suka.
Mau tidak mau, Setyo menurut. Dia melangkahkan kaki ke IGD. Kali ini untuk dirawat bukan merawat.
"Darahmu sudah kering begini, kenapa tadi tidak langsung kesini?" seorang dokter menanyainya.
"Teman saya lebih butuh ditangani dok,"
"Wanita yang terlempar ke aspal itu temanmu?" dokter bertanya penasaran.
"Iya, kebaya pinknya bahkan sudah tidak pink lagi dok, semuanya berdarah. Saya menyesal mengatai orang yang disukainya anjing," Setyo mulai melantur.
Ah ternyata begini rasanya menjadi pasien kecelakaan, pantas saja banyak pasiennya yang ditanya apa dijawab apa.
Semua karena mereka bingung.
"Maaf?"
"Teman saya memang terlalu baik dok, sudah ditipu masih saja disayang. BUkankah laki-laki seperti itu anjing dok?"
"Anda kena friendzone?" dokter tersebut terus saja menjawab celetukan Setyo.
"Friendzone? Entahlah, saya hanya tidak suka saja wanita sebaik Ghalea Kusumawardhani mencintai orang yang pipisnya saja mungkin masih jongkok. Padahal laki-laki,"
Sambil menempelkan plester, mulut dokter terus saja menanggapi.
"Kenapa bukan anda saja?"
"Tidak, saya tidak seperti yang dokter pikirkan. Saya tidak seperti itu,"
Kali ini dokter yang juga laki-laki itu mengangguk.
"Dok, obatnya jangan yang pahit ya," Setyo memohon ketika melihat dokter mulai meresepi obat.
"Anda menahan perih demi teman anda, tapi tidak mau menahan pahit lima detik demi kesembuhan anda?" Dokter tersebut nyaris tertawa.
Setyo terdiam karena Om Yusuf tiba-tiba saja datang.
"Dokter Ferdi... Jaga siang ini?" basa-basi tentu saja.
"Iya dok, ada perlu apa?"
"Sudah selesai? Saya mau menjemput saja," Yusuf mengarahkan pandangan kepada Setyo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ghalea
Roman d'amourBercerita tentang Ghalea, perawat rumah sakit yang dibuat sakit hati oleh seorang pria. *** Derik bangsal yang didorong sepanjang lorong, raut cemas hilir mudik sampai cekikik usil ditengah deru isak masih ada, masih selalu ada. Seperti Arez ya? Gha...