|✨|05. Permintaan

207 53 53
                                    

Now playing : Maroon 5 - Memories

"Maaf membuatmu marah. Aku hanya ingin memberi saran agar bebanmu sedikit terhapuskan."

Rion memasuki kelas tepat sepuluh menit sebelum bel masuk berbunyi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rion memasuki kelas tepat sepuluh menit sebelum bel masuk berbunyi. Tidak biasanya pemuda itu berangkat telat. Apalagi mengingat dia adalah ketua OSIS yang harus selalu memantau siswa-siswi SMA Renjana.

"Yon." Dea menepuk pundak Rion dari belakang. "Lo gak papa?" ujarnya memberanikan diri untuk bertanya.

Rion membalikkan tubuhnya menatap Dea. Pemuda itu mengangguk singkat lalu menelungkupkan tangannya di atas meja. Kepalanya ia sandarkan dengan mata terpejam.

Dea memperhatikan Rion dari belakang. Gelagatnya yang aneh membuat dirinya bertanya pada Deni—teman sebangku Rion. Tapi nihil, pemuda itu menggelengkan kepalanya.

"Yon, lo udah ngerjain PR fisika belum?" tanya Rara tiba-tiba. Gadis itu sedari tadi kelimpungan karena lupa mengerjakan PR. Ditambah, Dea juga lupa mengerjakan karena semalam bertengkar dengan abangnya.

Rion kembali membalikkan tubuhnya lalu mengangguk menjawab pertanyaan Rara. Ia menunjuk tas hitam yang disampirkannya di belakang bangku. Memberi kode pada gadis itu untuk mengambil bukunya di dalam tas.

Seperti mendapat jackpot, Rara segera mengambil buku fisika milik Rion dari dalam tas pemuda itu, lantas menyalin jawabannya ke buku catatan miliknya. Diikuti oleh Dea di sebelahnya. "Gue juga ikutan nyalin ya, Yon."

Selesai menyalin, Rara mengembalikan buku itu ke tempat semula lantas berterima kasih pada Rion.

Merasa Rion tidak baik-baik saja, Dea kembali bertanya. "Lo benaran gak papa?" Kali ini gadis itu sedikit memajukan badannya agar Rion bisa mendengar lebih jelas.

Rion membalikkan badannya. Tepat saat itu pandangannya bertubrukan dengan Dea dari jarak dekat. Mungkin, jarak antara keduanya hanya 5 centi. Sehingga membuat mereka terpaku beberapa saat. "Nanti gue cerita," ujar Rion pelan, lantas kembali membalikkan badannya.

"Oh ... o-oke," balas Dea sambil memundurkan tubuhnya ke tempat semula. Meredakan debaran aneh yang tiba-tiba terasa. Duhh kenapa sih nih hati. Bisa gak sih gausah baper cuma karena ditatap begitu.

"Selamat pagi anak-anak ...." Suara Pak Arsen membuat seluruh murid kelas XII IPA 2 menegakkan badannya. Kemudian, kompak menjawab sapaan dari guru berkumis tebal itu.

"Pagi, Pak!" seru mereka berbarengan.

"Hari ini kita ada ulangan. Kumpulkan buku catatan kalian di meja paling depan. Siapa pun yang ketahuan membawa sontekan, tidak akan mendapat nilai!"

Forever be a Friend [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang