15

3.9K 367 15
                                    

Pukul dua dini hari, malam ini jaemin benar benar tidak bisa terlelap. Sekuat apapun jaemin berusaha, rasa kantuk itu tidak datang sedikitpun.

Belum lagi memikirkan si peneror, perasaan takut dan cemas itu ada, terlepas dari itu jaemin juga merasa begitu marah. Namun apa yang bisa ia lakukan selain mengerang, mengacak-acak rambutnya frustasi.

Tadi setelah melacak nomor ponsel itu, jaemin benar benar tidak tenang sekarang. Bagaimana tidak, orang itu seakan tau apa yang akan dilakukan oleh jaemin. Sehingga saat dilacak, nomornya sudah tidak aktif lagi dan sudah tidak bisa dihubungi lagi. Namun, bukan itu yang membuatnya khawatir, tapi keberadaan terakhir orang itu adalah dirumahnya. Ternyata orang itu sempat kerumahnya tapi entah kapan.

Drrtt...drrtt...

Diraihnya ponsel yang sedak tadi bergetar itu. Ia mengernyit melihat nomor si pemanggil, ah.. tenyata berbeda dari biasanya. Meski begitu jaemin yakin bahwa itu masih orang yang sama, merasa jengah akhirnya jaemin memutuskan untuk mengangkat nya.

"Cukup bukan untuk disebut sebagai kejutan?"

"Apa mau mu?" Tuntut jaemin penuh penekanan.

Terdengar suara tawa meremehkan dari sebrang telpon. Beberap saat jaemin hanya mendengar suara pria tertawa,,, rasanya jika orang itu ada di depannya, jaemin ingin mencabik cabik wajahnya. Walaupun itu jika berani.

"Saya tidak meminta banyak, cukup ingat semuanya dan berikan apa yang ku mau"

"Apa yang anda mau?!"

"Tenang saja, kau akan tau setelah kau mengingatnya, ah satu lagi aku ada hadiah untukmu"

Jaemin berdecih, sudah berapa kali pria itu mengatakan hal yang sama. Lagipula tentang mengingat, jangankan pria itu, jaemin pun menginginkan hal yang sama. Sekalipun hidupnya akan semakin berat, jaemin tidak peduli, sebab kunci dari masalahnya sekarang hanya satu, coba untuk mengingat semuanya.

Jaemin meletakan kembali ponselnya setelah sambungan itu terputus. Beberapa saat ia hanya membiarkan hening kembali menyelimuti, menemani jaemin dengan segala pikiran yang menyiksanya.

Sampai suara ketukan pintu terdengar, jaemin tercekat--tidak mungkin kan ada tamu pukul dua dini hari seperti ini. Kalaupun itu yangyang ataupun teman temannya yang lain, itu bahkan lebih tidak mungkin.

Namun begitu, agaknya orang diluar sana tidak akan berhenti mengetuk pintu sebelum jaemin membukanya.
Dengan terpaksa, jaemin turun dari ranjang, sekalipun ada rasa takut jaemin harus melakukannya.

Tepat setelah pintu terbuka, jaemin mengernyit--tak ada seorangpun disana selain sebuah kotak berukuran sedang di dekat kakinya. Siapa yang mengirimkan ini.

Baiklah jaemin sudah tidak bisa berfikir positif lagi, tidak mungkin seorang teman, sudah pasti ini bagian dari teror.

Sejujurnya jaemin ragu untuk mengambil kotak tersebut, mendadak detak jantungnya berpacu lebih cepat dari biasanya, bayangan bayangan negatif tiba tiba saja bermunculan di kepalanya.

Namun begitu, perlahan tapi pasti jaemin meraih kotak tersebut. Kerutan di dahinya nampak ketika ia merasa kotak itu begitu ringan.

Hingga akhirnya pikiran jaemin rasanya sudah tidak berfungsi dengan baik, tubuhnya bergetar hebat ketika bau anyir dari dalam kotak menyeruak. Jaemin benci-- ah tidak, jaemin takut darah.














***
__Kejadiannya begitu cepat, tubuhnya mematung beberapa saat, pikirannya hanya dipenuhi oleh adegan dimana mobil hitam itu terus berguling akibat hantaman kencang dari truck yang belawanan arah.

My Page | NaJaeMin ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang