Puluhan musisi dari berbagai daerah di pulau jawa siap meramaikan festival musik tahunan di kota budaya Yogyakarta. Ribuan pecinta musik rock telah hadir di lokasi acara berantusias menunggu kemeriahan yang akan disuguhkan.
Para musisi yang telah tiba di belakang panggung sibuk mempersiapkan dirinya masing-masing, tak terkecuali dengan band rock beranggotakan 4 orang asal kota Bandung.
Ucok sebagai salah satu kru membantu segala hal yang berkaitan dengan alat musik dan perlengkapan band. Sedangkan Andhin sibuk merias wajah Saras sambil menyesuaikan dengan tema riasan yang Dara poles sendiri di wajahnya. Terlihat gadis remaja itu kesulitan membentuk riasan mata berbentuk cat eyeliner dipadukan dengan gaya smokey eyes seperti yang dicontohkan Dara.
Saras memutar bola mata ke samping melihat kesal pada perempuan yang duduk bersebelahan dengannya. "Di, make up nya gak usah susah-sudah lah anjir. Ini kasihan si Andhin, gak beres-beres jadinya,"
Sementara yang ditegur masih terfokus merias wajahnya sendiri. "Sebisanya aja. Nanti kalau ini udah beres, aku bantuin."
Usai dirasa cukup dengan hasil riasannya sendiri, Dara mengambil alih merias wajah sang vokalis band.
"Dhin, iket rambut aku dong. Iket satu aja kayak kamu."
Yang diperintahkan langsung menjalankan tugas lain. Andhin mengambil ikat rambut dan sisir, lalu merapikan rambut hitam panjang Dara yang masih belum tertata. Sederhana saja, hanya mengikat satu rambut itu agar lebih terlihat rapi.
Saat dirinya masih memegang rambut yang sudah terikat, Dara tiba-tiba memutar badan ke belakang hingga wajah mereka berdekatan. Sontak Andhin merasa cukup kaget hingga keduanya saling menatap gugup. Dara tersenyum tipis dan menjauhkan wajahnya perlahan. "Kayaknya kita udah beres. Itu coba bedakin Aris sama Ivan biar mukanya gak hinyai."
)*Hinyai : berminyak(Sunda)
Andhin bergerak cepat mengerjakan tugas selanjutnya. Ia menghampiri Ivan dan Aris untuk memberikan polesan bedak ke wajah mereka berdua. Dengan penuh canda, Andhin menawarkan mengoles lip colour berwarna merah merona. Kedua pria itu menolak sambil tertawa.
Di dekat ruang ganti, dua anggota perempuan datang menghampiri mereka. "Ayo siap-siap! Bentar lagi kita naik ke panggung!" Dara menyeru pada dua pria itu untuk segera bersiap. Lalu berjalan bersama Saras mendekati tangga di belakang panggung.
Mata Ivan terpana kala melihat penampilan yang berbeda dari gadis tomboi itu. Terlebih melihat rambut Dara yang terikat satu tak seperti penampilan cueknya sehari-hari. Ia lalu melangkah ke samping untuk berbisik pada Aris dari sudut pandang laki-laki.
"Rambutnya mengingatkanku pada sesuatu."
Aris menyeringai tersenyum lebar. "Ah, aing juga jadi inget. Hehe. Nanti minta lagi aja."
"Mana bisa." Raut wajah Ivan berubah cemberut.
Tak lama setelah itu, mereka melihat Saras kembali sambil berlari terbirit-birit menuju toilet. Di depan pintu toilet, ia tampak menahan buang air kecil saat menunggu orang keluar dari pintu itu. Ketika pintu toilet baru dibukakan sedikit, ia langsung mendorong pintu hingga membentur dahi seseorang di dalamnya. Di balik pintu itu ternyata Andhin yang baru saja selesai membuang hajat.
"Aduuhh.. " ia melenguh memegangi dahinya yang terbentur.
"Duh maaf, Dhin. Kamu gak apa-apa, kan? Lagi kebelet pipis nih udah keburu mau tampil. Maaf ya, Dhin." Terburu-buru, Saras masuk ke dalam toilet tak sabar membuang cairan sisa sisa pencernaan. Sedangkan Andhin mendekati cermin yang terpasang di atas wastafel untuk melihat dahinya baru saja terbentur cukup keras.
Di luar sana, Ivan terlebih dahulu menaiki panggung dan duduk di depan satu set alat musik drum. Matanya kembali terpana melihat Dara yang sedang mengalungkan strap gitar di atas panggung. Gadis itu terlihat lebih menarik di hari ini. Segera ia melepaskan perhatiannya dan bersikap lebih profesional dengan mulai menabuh drum.
Musik intro telah digaungkan, tidak tampak juga Saras yang seharusnya sudah menaiki panggung. Tiga orang anggota band yang ada terlihat gelisah menunggu sang vokalis yang belum juga naik ke atas pangung. Rasa gusar itu berubah lega ketika akhirnya mereka melihat Saras menampilkan diri ke atas panggung untuk menyanyikan lagu andalan milik Bridge. Penampilan mereka berlangsung sempurna dengan antusiasme penonton yang menambah kemeriahan acara.
Andhin menonton penampilan mereka di tempat yang terpisah dari penonton di bawah panggung untuk ikut memberi semangat. Kamera ponselnya merekam penampilan band rock asal Kota Parahyangan beranggotakan 4 personel itu. Ia sangat tak sabar mengunggah penampilan Bridge di akun media sosial miliknya.
Saat ini terasa spesial. Ia merasakan dunia yang berbeda dibandingkan sebelum bertemu Dara. Namun sesaat kemudian, raut wajah Andhin yang semula ceria kini berubah datar. Kamera ponselnya berpindah fokus hanya kepada sang gitaris band. Entah mengapa, ada perasaan yang janggal setiap melihat sosok yang kini ia anggap sebagai sahabat.
Tak jauh dari tempatnya berdiri, Ucok mengambil kesempatan menghampiri gadis yang telah menarik perhatiannya dari awal pertemuan. Pemuda itu berdiri tepat di samping Andhin. Mengajaknya berbincang meskipun mengenai hal-hal yang kurang penting. Gadis yang diajak bicara hanya sesekali menoleh dan tersenyum ala kadarnya, lalu berfokus lagi pada layar ponsel miliknya yang sedang merekam penampilan Bridge Band di atas panggung.
***
Seorang wanita berjas putih merenung menatap bingkai foto yang terpajang di atas meja kerja. Wajahnya terenyuh melihat potret masa kecil dua anak gadisnya yang berfoto bersama di masa lalu. Kesedihan itu tak tertahan lagi. Ia mengambil selembar tisu kala bulir air mata mulai menetes.
Next Chapter 🔽
KAMU SEDANG MEMBACA
About D ( Her Secret ) ✔
Teen FictionCerita Wattpad dengan visual ilustrasi di dalamnya. Andhini tak menyangka, di masa remajanya ia akan dipertemukan kembali dengan seseorang yang sempat datang di masa kecilnya. Dia adalah Dara, yang kini bersembunyi di balik nama barunya, Nadi. Nadi...