"Daddy, aku ingin menikah dengan nya titik. Pokok nya Jiyi mau menikah sama Mark!"
Gadis kecil yang tengah menggembungkan pipinya nya itu terlihat marah pada sang ayah. Bagaimana tidak, sang ayah tidak mengizinkan nya menikahi Mark. Si anak tetangga yang tampan dan baik hati.
"Jiyi," tutur sang ayah dengan nada lembut. Johyuk menyamakan tinggi nya dengan sang anak yang umur nya masih 7 tahun. "Jiyi masih kecil, lagi pula Mark kan tidak mengenal Jiyi."
"Tidak! Jiyi mau menikah sama dia. Tidak ada penolakan!"
Johyuk malah tertawa. "Memang nya Mark mau sama Jiyi?"
"Mau kok, waktu itu Mark menolong Jiyi dari anjing. Mark baik hati, dia pasti suka sama Jiyi."
Anak gadis nya begitu polos. Sampai Johyuk tidak ingin menghancurkan kebahagiaan nya. "Nanti yah, kalau Jiyi udah besar. Daddy bakal nikahi Jiyi dengan Mark."
Gadis kecil itu pada akhirnya memeluk sang ayah. "Yes, terimakasih Daddy."
Lekas gadis kecil itu berlari ke arah teman-teman nya yang sudah menunggu.
Si Daddy hanya bisa tersenyum. Berharap agar diri nya bisa membuat mimpi anak nya terkabul.
°°
Park Jiyeon tersenyum mengingat kejadian di masa kecil nya. Tiada hari tanpa berfikir tentang Mark Tuan. Mengapa Jiyeon bisa mengenal nya? Karena Mark adalah malaikat masa kecil nya.
Malaikat yang melindungi nya dari anjing tanpa mengetahui nama Jiyeon. Selama ini, Jiyeon hanya bisa melihat Mark dari kejauhan. Tanpa bisa menggapai nya karena gadis itu terlalu malu untuk segala nya.
Hingga saat ini, dia bisa dengan puas nya melihat wajah tampan nya. Wajah yang begitu dia kagumi. Melihat wajah seorang Mark Tuan secara dekat.
Ini adalah impian nya. Dan entah karena apa diri nya bisa menikah dengan Mark. Yang pasti Jiyeon tidak mau tahu. Yang terpenting bagi nya saat ini adalah maju ke depan dan membuat Mark menyukai nya.
Ya, itu adalah misi nya.
Mengerjapkan kedua mata nya. Jiyeon lantas beranjak dari kasur nya. Jam sudah menunjukkan pukul 5 pagi. Segera mungkin, Jiyeon melangkah ke kamar mandi. Mulai membersihkan diri nya.
°°
Dorine Tuan, menatap kagum pada sosok gadis baru di dapur nya saat ini. Dorine tidak mengerti, padahal rumah besar ini begitu banyak seorang pembantu. Tapi, Jiyeon memilih untuk masak sendiri. Katanya untuk Mark, Dorine bersyukur punya menantu seperti nya. Dia berharap Mark bisa membuka hati untuk nya.
Dorine bahkan iri pada gadis muda itu. Dia tidak pernah memegang apapun peralatan dapur. Semua nya pembantu yang melakukan. Tapi Jiyeon, dia beda. Gadis itu dengan piawai nya memasak.
Bahkan aroma masakan nya tercium. Dorine menghampiri gadis tersebut, tersenyum pada nya. "Kau pintar sekali masak," puji nya.
Jiyeon tersenyum malu-malu. "Aku sudah belajar sejak kecil eomma-nim."
"Aku harap Mark suka semua nya tentang diri mu, nak."
Jiyeon mengangguk. Dia berdoa agar ucapan ibu mertua nya terkabul. "Terima kasih eomma-nim," ucap nya.
Dorine memantapkan kaki nya untuk melangkah. Sebelum benar-benar jauh dia menatap Jiyeon. "Semoga saja dia tidak pernah tau kebenaran tentang Mark, ini akan menyakiti hati nya."
°°
"Apa semua ini?"
Mark menatap semua makanan dengan tajam. Tidak biasa nya makanan di rumah penuh akan lauk-pauk sayuran. Mark tidak bisa melihat semua ini.
"Makan saja apa susah nya?" Raymond Tuan buka suara. Mark hanya saja tidak tahu siapa yang memasak.
Mark berdecak kesal. Dia tidak bisa makan sayur. Kebiasaan nya dari kecil tidak suka sayur. Bahkan jika dia melihat sayur, dia akan membuang nya ke tong sampah dan itu di depan koki nya sendiri.
"Pa, kau 'kan tau aku tidak suka sayur? Dan semua pelayan juga sudah tahu jika aku melarang mereka memasak sayur."
Mark dengan kesal beranjak dari kursi nya. Tapi, seorang Jiyeon malah menghadang jalan nya. Membuat Mark menatap dingin diri gadis di depan nya.
"Aku yang memasak semua itu, coba makanlah sedikit, kau pasti akan jatuh cinta dengan rasa nya."
Mark memutar malas bola mata nya. Sebelah sudut bibir nya tiba-tiba terangkat. "Hey, kau siapa? Hanya karena kau istri ku kau tidak berhak mengaturku seperti ini!"
Ucapan Mark benar-benar mengiris hati Jiyeon. Rasa nya jantung nya tengah di robek-robek oleh pria di hadapan nya ini. "Buang saja semua masakan mu itu, aku tidak akan memakan nya."
Mark bergegas pergi. Dia bahkan belum mendengarkan penjelasan dari Jiyeon. Gadis itu hanya bisa menunduk dengan rasa sesal terbesar dalam hidup nya.
Melihat nya Dorine menghampiri sang menantu. "Maafkan dia nak, tapi apa tidak ada pelayan yang memberitahumu jika Mark tidak suka sayur?"
"Ini salah ku eomma-nim. Mereka sudah bilang pada ku tapi aku malah dengan percaya diri memasak sayur agar Mark bisa suka. Tapi tetap saja, apa yang di katakan pelayan benar. Mark tidak akan suka pada sayur."
Jiyeon sedih, Jisung diam-diam menghembus kasar nafas nya. Jika begini Mark tidak akan bisa membuka hati nya pada Park Jiyeon.
°°
"Noona," Jiyeon mendengar suara panggilan. Lantas, menatap ke arah sumber suara. Ternyata ada Jisung di depan nya.
Jiyeon tersenyum ramah. "Ada apa Jisung? Kau perlu bantuan?"
Jisung hanya menggeleng. "Tidak Noona, aku hanya ingin bilang jangan sakit hati dengan ucapan kak Mark. Sebenarnya dia orang baik," ucap nya.
Entah apa yang harus Jiyeon ucapkan. Dia hanya bisa tersenyum. "Hey, itukan bukan salah mu. Jadi santai saja oke," Jiyeon mengelus rambut Jisung. Betapa bahagianya dia karena semua orang di rumah ini menyukai nya, kecuali Mark.
Jisung membalas senyuman Jiyeon. "Terima kasih Noona, kau sudah mau mengerti."
Jiyeon mengangguk. Mereka saling tersenyum satu sama lain. Sebelum akhirnya Jiyeon menghembus nafas nya. "Baiklah, lebih baik kau ceritakan tentang Mark pada ku. Lagi pula aku ingin mengenal suami ku lebih dekat."
Jisung cengengesan. "Dengan senang hati Noona."
Jisung mulai menceritakan semua nya tentang Mark Tuan. Kakak nya yang dingin, yang hanya bisa di luluhkan oleh satu gadis hingga tidak menyukai ini dan itu. Semua Jisung jelaskan dengan baik. Dan Jiyeon, setia menjadi pendengar walaupun dia penasaran dengan gadis yang di maksud Jisung.
TBC
Apa kalian gk curiga Lian sama Jiyeon itu satu orang?
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑊ℎ𝑜 𝐴𝑟𝑒 𝑌𝑜𝑢?
RomanceIni tentang kehadiran seorang gadis yang sangat mirip dengan kekasih nya. Membuat Mark Tuan bertanya 'Siapa kau?'