[59] Sebuah Mimpi Buruk (1)

3.9K 432 12
                                    

“Kau hadir lagi meskipun dalam mimpi, kau memang tidak bisa teralihkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Kau hadir lagi meskipun dalam mimpi, kau memang tidak bisa teralihkan.”

***

Suara sirine terdengar bergema, memantul dengan air hujan yang turun, sedangkan tiupan peluit mengiringi, membuat ketakutan menjadi ratusan kali lipat, di saat Kapal The Golden terombang-ambing oleh ombak yang terus menerjang. Awak kapal berlarian kesana-kemari mencoba menyelamatkan diri. Terdengar jerit, tangis dan permintaan tolong, semua menjadi satu dalam gelap malam, dengan petir yang menyambar di langit.

“Amankan penumpang! Turunkan sekoci sekarang!” Dodit berteriak. Dia memberikan isyarat kepada salah satu ABK yang terlihat bingung. Tidak tahu apa yang harus dilakukan.

“Astagfirullah hal adzim!”

Dodit kehilangan keseimbangan, tubuhnya terhuyung, terhempas ke pinggir kapal ketika ombak besar lainnya datang menghantam sisi kapal. Kepala Dodit berdenyut sakit, seketika telinga berdenging panjang, sedangkan pandangannya mengabur, walaupun sekelebat dia melihat para penumpang berlarian, saling dorong, bahkan menurunkan kapal sekoci dengan sendirian. Dodit dalam usaha untuk menyadarkan diri melihat dengan takut ketika tubuh manusia terjatuh dari kapal, hanyut tertelan oleh ombak. Dodit berdiri lagi. Mencari pegangan, kapal telah miring.

“EVAKUASI! EVAKUASI!”

Suara teriakan keras terdengar dan letusan kembang api menyala di langit malam. Para penumpang dan ABK berebut pelampung, menaiki sekoci, meskipun tali pengikat belum dilepaskan. Mereka berebut bahkan saling menyingkirkan. Tidak peduli yang mereka dorong ke laut adalah orang tua ataupun anak-anak.

“KAPAL MIRING! TERJADI KEBOCORAN! TINGGALKAN KAPAL SEGERA. EVAKUASI SEMUA ORANG KE KAPAL SEKOCI!”

Entah siapa yang berteriak. Dodit sulit melihat, pandangannya mengabur dan dia merasakan ada yang panas mengalir dari sisi matanya. Darah segar, keningnya terluka, ada sobekan panjang akibat hempasan kuat tadi.

“Ya Allah, Astagfirullah.” Dodit berkata lirih, kakinya kebas. Dia mencoba meraih tali saat kapal seketika saja miring tujuh puluh derajat, membuat beberapa penumpang gagal menyelamatkan diri dan tercebur ke laut yang dingin membeku.

Peluit terdengar lagi, sirine berbunyi lagi dan mata Dodit melihat percikan kembang api lagi, sebuah pertanda permintaan tolong untuk kapal terdekat untuk menolong mereka, namun usaha itu seperti sia-sia. Hujan lebat, angin bertiup kencang dan ombak tinggi menerjang tanpa henti. Mereka terkurung dalam badai lautan.

“OMBAK! AWAS OMBAK!”

Seorang perempuan muda berteriak dari sisi kapal, menunjuk penuh ketakutan pada ombak yang menggulung datang, lebih besar dan lebih kuat dari sebelumnya. Sebelum Dodit bisa meraih apapun untuk berpegangan, ombak menghantam kapal dengan kuat, menggulung semua yang ada di depannya ke dalam pusaran.

Jodoh Terbaik Nadia [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang