[60] Sebuah Mimpi Buruk (2)

3.8K 444 25
                                    

“Sabr”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Sabr”

***

“NADIA!”

Dodit memanggil nama Nadia begitu keras, dia terbangun dan berkeringat dingin. Napasnya berhembus cepat sedangkan matanya mencari keberadaan perempuan itu.

“Hei Hasyim! Ako bicara, Ako bangun!” Qabil menarik Hasyim, mereka mendekati Ako dengan wajah takjub.

Dodit memaksa tubuhnya untuk duduk, tapi sulit. Kedua kakinya sama sekali tidak bisa digerakkan. Kakinya mati rasa. Dodit mengerang, dia memegang kepalanya yang serasa mau pecah.

“Astagfirullah!” rintihnya.

“Apa yang dia lakukan? Hasyim ambilkan air segera! Beri dia minum,” suruh Qabil.

Hasyim menuruti, dia mengambil segelas air, sedangkan Qabil memangku tubuh Dodit memaksa Dodit untuk minum. Walaupun tersedak hebat, Hasyim tetap memberikan air kepada Dodit.

“Kalau ingin hidup cepat minum!” hardik Hasyim.

Dodit tidak mengerti apa yang mereka ucapkan, namun Dodit tahu kalau mereka menggunakan bahasa Mesir, mereka adalah penduduk Mesir. Dodit menegak air, walaupun tenggorokannya seperti teriris, dia memaksa meminum air untuk menghilangkan dahaga.

Setelah Qabil melihat Dodit sedikit tenang dan tidak mengerang kesakitan lagi. Dia membaringkan Dodit.

“Siapa namamu?” tanya Qabil.

Can you speak english?” tanya Dodit balik dengan menggunakan bahasa inggris. Dia masih sangat lemah. Setiap kata yang terlontar membuatnya terengah.

“Dia bicara apa sih!” Hasyim bingung. Qabil menggeleng.

“Di mana ini? Kairo?” 

Mendengar kata Kairo, wajah Qabil berbinar, dia menggelengkan kepala.

“Bukan Kairo, tapi kita di pulau yang jauh dari Mesir, kita di pulau Eymth.” Qabil menjawab.

Dodit tidak mengerti namun dari balasan Qabil dia tahu dia tidak berada di Kairo, tidak mungkin! Terutama dia masih mendengar debur ombak dan angin yang bersahutan. Dodit merintih lagi, tubuhnya seperti ditusuk. Dia hanya bisa mengaduh dan menyebut nama Allah. Di saat dua orang itu menatap Dodit dengan bingung, datanglah seorang lelaki tua masuk ke dalam kamar.

“Paman! Ako bangun,” beritahu Qabil. “Dia sudah bisa bicara, tapi aku tidak mengerti apa yang dia ucapkan!”

Salman duduk di bawah, dia menatap Dodit. “Kau baik-baik saja?”

Jodoh Terbaik Nadia [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang