28

607 66 8
                                    

"Kata Eunsang, dia pernah di gaplok Wonjin kalau Wonjin lagi tidur. Tapi kok dia nyaman aja tuh gua peluk gini?"

Minkyu memasuki ruang tamu keluarga Wonjin. Disana tidak ada siapa-siapa, di meja dekat ruang tamu tertulis sebuah kertas bertulis sesuatu. Sepertinya, papa dan mama nya Wonjin sedang tidak ada dirumah. Hanya ada seorang perempuan paruh baya yang membukakan pintu ketika Minkyu memencet bel rumah.

Papa dan mama pergi ke rumah nenek. Kamu bersama bibi Kim dulu ya? Papa dan mama akan pergi selama seminggu sebab nenek sakit dan harus dirawat di rumah sakit. Papa sudah kirim uang ke rekening mu, papa sudah bilang kepada bibi Kim untuk menjaga mu di rumah. Tadi papa ingin mengajak mu untuk pergi bersama, tapi disaat papa menghubungi mu, tidak di angkat. Dan, besok kamu harus pergi sekolah karena liburan telah usai.
-papa.

"Ohh, lagi ke rumah nenek nya ya?" Lirih Minkyu. Bibi Kim menunggu di samping Minkyu yang menggendong Wonjin seperti sedang menggendong koala berukuran besar.

"Bibi Kim?"

"Iya? Ada yang bisa saya bantu?"

"Ahh, tidak. Bibi bisa beristirahat, saya akan antar Wonjin ke kamar. Anak ini sedang tidur, akan susah bila bibi yang membawa nya."

"Tidak apa-apa, bibi saja yang akan membawa nya ke kamar nya."

"Tidak perlu, bibi. Minkyu bisa sendiri kok, bibi istirahat saja,"

Minkyu tersenyum sambil membenarkan posisi Wonjin yang sedang di gendong olehnya.

"Benarkah?"

"Iya, bibi bisa beristirahat."

"Kalau begitu, bibi ke kamar dulu ya. Tolong antarkan Wonjin sampai ke kamar,"

"Baiklah, akan Minkyu antar dengan selamat."

Bibi Kim pergi ke kamar nya. Sepertinya, itu bukan pembantu yang berada di rumah Wonjin. Tapi, itu memang bibi nya Wonjin, adik dari mama nya Wonjin.

Minkyu berjalan ke kamar Wonjin, sulit untuk menaiki tangga, tapi Minkyu tetap berusaha untuk melangkahkan kakinya. Wonjin hampir saja terjatuh, tetapi untung saja Minkyu sudah lebih dulu memegang pegangan tangga.

"Manis banget diliat dari deket gini,"

Minkyu kembali melangkahkan kakinya, lalu menatap satu-persatu kamar yang ada di hadapan nya. Ada 4 pintu, tetapi satu pintu terdapat gantungan yang menempel pada pintu tersebut, bertuliskan peringatan kecil.

Kamar Ham Wonjin. Ketuk dulu kalau mau masuk! Jangan main nyelonong! Emangnya ini rumah mu! -ham wonjin.

"Ketuk gimana? Kan orangnya aja lagi gue gendong gini."

Tetapi karena Minkyu menaati aturan, akhirnya dia mengetuk pintu tersebut. Ketika ingin membukanya, ternyata pintunya terkunci. Sepertinya Wonjin memegang kuncinya.

"Kenapa harus dikunci sih? Pasti kuncinya di kantungin nih,"

Minkyu merogoh kantung celana Wonjin. Meskin Wonjin sedang tertidur, tetap saja merasa tidak nyaman ketika tangan Minkyu masuk ke dalam kantung celana Wonjin.

Wonjin menggeliat dan menggerutu, entah apa yang ia bicarakan, tetapi Minkyu tidak perduli dan mencoba lebih pelan-pelan agar tidak mengganggu.

"Ah, dapet." Minkyu mengeluarkan kuncinya, lalu membuka pintu kamar Wonjin.

Ketika masuk, kamarnya sangat rapih. Bahkan, Minkyu jadi malu sendiri ketika melihat kamar Wonjin sebersih dan serapih itu, berbanding terbalik dengan kamar Minkyu. Boro-boro untuk merapihkan ranjang, untuk bangun dari ranjang dan mandi saja masih bermalas-malasan.

Candu [Junsang+Hwangmini+Wonkyu]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang