ADIOS_1

183 11 4
                                    

Kebahagiaan itu tak selalu berperan sepanjang waktu, ada saat nya ia mengakhiri perannya dan membiarkan sesuatu yang lain berperan, misalnya kesedihan.

BRUK.

"iya iya, enggak kok ma seben..." dentuman keras dari dalam ruangan terdengar.

Zara yang sedang bertelepon dengan ibunya diluar ruangan itu terkejut.

"Ma nanti aja dirumah ya" Zara segera menutup telponnya. Ia melangkah masuk kedalam ruangan itu.

"ASTAGA TANTE" Zara yang panik reflek berteriak. Dihadapannya saat ini tergeletak seorang wanita paruh baya berusia sekitar 50 tahunan. Wanita itu jatuh dari ranjangnya. Mungkin waktu ia mengambil sesuatu dimeja dekatnya.

Zara segera menekan tombol merah diatas tempat wanita itu dirawat. Ia sangat panik.

"Tante, tante bangun" Zara tak bisa menahan dirinya untuk menangis saat ini. Ia merasa bersalah.

Tak lama dokter datang. " Kamu bisa tunggu diluar, kami akan menangani Bu Hana" kata dokter itu sembari para perawat memindahkan wanita bernama Hana itu ditempatnya semula.

Zara yang masih syok berjalan keluar ruangan. Pikirannya mulai tidak tenang. Ia berdiri didepan pintu sambil menggit kukunya sendiri. Ia bergetar. Ia sangat takut jika Hana tidak baik-baik saja nanti. Ia pasti akan sangat bersalah.

Zara merogoh handphone di saku rok putih abunya. Ia masih memakai baju sekolah. Pulang sekolah tadi ia disuruh Angga untuk menjaga ibunya sebentar.

"Angg..a tan..te Ha..na ja..tuh dari ran..jang" suara Zara bergetar. Ia berusaha menahan isakannya. Ia tau Angga hanya punya ibunya. Apapun yang terjadi pada ibunya akan sangat memengaruhi Angga. Ia sudah tau itu. Dan ini salahnya bagaimanapun itu nanti Angga berhak marah padanya.

Tit.

_ _ _

"Angga nih handphone lo. Pacar lo nelpon tuh." Abun menyodorkan handphone Angga. Tadi Angga meletakkannya dimeja. Abun yang kebetulan ingin minum melihat handphone Angga bergetar.

Angga yang baru saja memasukkan bola kedalam ring segera berlari kearah Abun dan menerima panggilan.

"Iya Hal..."

"Angg..a tan..te Ha..na ja..tuh dari ran..jang"
Suara bergetar menahan tangis Zara terdengar.

Angga yang baru saja ingin menyapa terpotong saat mendengar itu.

Tit.

Ia memutuskan sambungan. Angga segera meraih tas dan kunci motor diatas meja, berlari menuju parkiran. Ia hanya ingin ibunya saat ini.

"Bu Angga akan kesana. Ibu baik-baik aja kan" gumam Angga saat ia sudah menaiki motor hitam besarnya.
Mengabaikan suara Abun yang berteriak-teriak menanyakan apa yang terjadi.

___

"Zara bagaimana keadaan ibu" suara berat Angga terdengar gelisah. Zara yang terisak dengan posisi jongkok menutup wajahnya mulai menangis histeris.
Ia semakin terguncang. Apa yang akan terjadi setelah ini.

"Maaf, ibu Hana mengalami cedera hebat dibagian tulang belakang kepala karna benturan saat jatuh tadi. Ibu Hana tidak bisa kami selamatkan. Turut berdukacita. Sekali lagi kami minta maaf."

Suara dokter yang menangani ibu Hana tadi masih terngiang jelas ditelinganya. Ia belum masuk sama sekali setelah dokter mengatakan itu. Ia tidak kuat jika harus melihat wanita yang begitu disayangi Angga telah berpulang. Seharusnya saat ini ia memikirkan keadaan lelaki dihadapannya ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 10, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ADIOSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang