BAB 11

6.9K 507 17
                                    

Shooting hari kedua di sanggar tarinya dan Syrena terlambat. Dia sampai mengumpat di tengah jalan Kota Jakarta yang sangat sibuk. Jika dia tidak datang secepat mungkin, maka ini akan berakhir untuknya. Jadwal akan terganggu dan ini sama saja menyusahkan Regan.

30 menit. Itu waktu yang sangat lama untuk membuat Regan kesal dan Syrena tiba di sana dalam jangka waktu tersebut.

"Maaf, aku terlambat," ucap Syrena yang langsung menemui Regan. Pria itu sedang duduk di kursinya tadi, membaca naskah dan memberi arahan kepada aktor-aktrisnya.

Regan melihat Syrena, kemudian matanya fokus ke jam tangan yang melingkari pergelangan tangannya. "Kita mulai 10 menit lagi. Kamu nggak telat, kok."

"Eh, serius?" Syrena langsung berdiri dengan tegak dan melihat ponselnya untuk memeriksa jadwal. Jadwalnya benar dan seharusnya Syrena terlambat. "Aku---"

"Kamu siap-siap aja."

Dengan deru napasnya yang masih berat, Syrena pamit kepada Regan dan  pergi untuk mengganti pakaiannya. Setelah mengganti pakaian, dia juga pergi sebentar ke ruang make up untuk diberi polesan make up.

Saat Syrena akan keluar, dia langsung bertemu dengn Shakila yang akan masuk ke ruang make up. Syrena menyapanya dengan baik, kemudian berlalu.

"Syrena."

"Iya?" sahut Syrena langsung ketika Shakila memanggilnya.

"ng-nggak jadi."

Kening Syrena berkerut. Sebenarnya ada apa dengan aktris satu ini? Kenapa Syrena merasa bahwa Shakila terdengar dekat dengannya sampai memanggil namanya seperti itu?

"Nona, Syrena, ayo kita siap-siap."

"Ah, iya."

Syrena pun mengikuti kru itu dan dia langsung dibawa ke area panggung. Kali ini, adegannya adalah dimana Shakila akan beragumen dengan Syrena karena masalah peran yang ditampilkan oleh Shakila. Ini merupakan bagian dari konfliknya dan Syrena harap dia bisa mengimbangi akting Shakila.

Beruntunglah Syrena tidak segugup kemarin, jadi dia baik-baik saja untuk berakting hari ini.

"Ready, action."

Adegan pun dimulai. Ada adegan dimana Shakila nanti akan marah dan membuat dirinya terjatuh. Syrena sudah mempersiapkannya di apartemen untuk adegan ini, dan dia merasa semua akan lancar kecuali pada adegan terakhir yang membuat Syrena membatu.

Iyaps, adegan saat Shakila terjatuh ketika turun dari panggung dan membuat kakinya terluka. Syrena bergeming, pikirannya dipenuhi dengan sekelebat bayangan yang menghampirinya.

Perlahan, tubuhnya mundur dan kepalanya mendadak sakit. Syrena menyentuh pelipis kanannya yang berdenyut dan memberikan sakit yang tak dapat dia tahan.

Aw

"Kak Regan...."

Ada sebuah suara. Suara kesakitan dan memanggil nama Regan. Dengan kepalanya yang masih berdenyut, Syrena mengedarkan pandangannya ke semua kru dan tatapan terakhirnya jatuh pada Regan yang melihatnya dengan panik.

Hingga akhirnya tubuh Syrena terjatuh ke belakang, membuat pria yang panik itu berlari ke arahnya. Syrena merasa dejavu. Dia seolah pernah mengalami hal ini.

"Syrena!"

Dada Syrena menjadi tak terkendali. Dia kehabisan napas dan yang dirasakannya adalah ketidaksadaran. Hal terakhir yang dirasakannya adalah tubuhnya diangkat langsung oleh Regan.

Kak Regan....

Dan beberapa saat kemudian, dia terbangun. Syrena membuka matanya, mengedarkan pandangan ke ruangan putih yang tampak familiar. Dia langsung bangkit dan menyadari bahwa dirinya ada di UGD.

Sesaat setelah Syrena nengingat apa yang terjadi sebelumnya, dia terdiam dalam cukup lama dan baru menyadari jika bayangan itu pasti merupakan bagian dari ingatannya yang hilang. Syrena tidak sengaja mengingatnya, dan rasa sakit di kepalanya benar-benar tidak bisa dia tahan.

"Gimana kondisimu?"

Syrena mendongak dan melihat Regan yang muncul sambil menutup tirainya dan duduk di sebelah Syrena.

Wajah Regan yang terlihat khawatir, Syrena terus melihatnya. Sebenarnya apa yang hilang dari kepalaku? Pertanyaan itu menghantui Syrena dan dia percaya jika Regan tahu semuanya.

Syrena akhirnya memegang kepalanya dan mengembuskan napas berat. "Kakak kenapa ke sini? Shooting-nya gimana?"

"Masih sakit?"

Regan tidak menjawabnya. Syrena pun menatap pria itu dengan wajahnya yang sedikit pucat. "Mungkin, kalau Kakak ngasih tahu apa yang terjadi sebelum aku hilang ingatan, sakitnya bakal hilang."

"Syrena---"

"Tadi aku ngerasa ngingat sesuatu, cuma masih buram. Yang jelas ada Kak Regan di sana."

"Itu cuma pikiran kamu."

"Nggak," balas Syrena yang menolak anggapan Regan. Kemudian dia mengembuskan napasnya dan berkata, "Kita balik aja. Aku nggak mau ngerusak jadwal Kakak."

"Ana, kamu---"

Syrena diam. Ana? Regan memanggilnya dengan Ana? Bukankah itu nama ibu kandung Ezra?

"Kayaknya Kakak sulit banget lupain Ana, ya...."

Seolah kelepasan, Regan terlihat mengubah topik dengan mengajak Syrena untuk pergi. Melihat tingkahnya itu saja membuat Syrena mengembuskan napas dengan perasaan yang sakit.

Ana, siapapun kamu, kamu cukup beruntung dicintai Regan seperti ini. Kalimat itu selalu saja menjadi perkataan Syrena di dalam hatinya. Dia iri, cemburu dan ingin menjadi Ana yang dicintai Regan.

Dan percaya atau tidak, Syrena merasa akrab dengan nama itu padahal mereka tidak pernah bertemu. Ah, lama-lama Syrena bisa gila sendiri.

Hi, Syrena [Sequel Hello, Ky]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang