Surat Tunggal

10 2 0
                                    

28 April 2021 adalah hari ini, 6 tahun berjalan, 1001 lebih peristiwa terjadi, 18 - 19 umur hidupku, 288 santri dan santriwati (salah satunya diriku sendiri) baru saja merasakan moment indah yang paling ditunggu-tunggu dari awal menuntut ilmu di pesantren la tansa, lebakgedong, Lebak, Banten.

Aku sedang di perjalanan pulang. Sukabumi menantiku, rumah akan menyambutku. Entah bagaimana caranya, aku tahu itu benda mati, tapi dia tetap makhluk yang bisu, dia tahu aku bagian darinya.

"Cieee yang udah lulus... Bentar lagi nyusul si teteh" ucap mamah ku.

Hanya ku jawab dengan senyuman. Aku senang akhirnya bisa lulus, mulai bisa merasakan kebebasan, bisa mulai berusaha untuk mencapai semua target yang ku coret di atas kertas maupun yang ku simpan dalam angan. Ya, mamah ku berharap aku bisa melanjutkan pendidikan ke Al Azhar Cairo, Mesir. Kakak ku sudah 2 tahun di sana, mungkin tahun sekarang aku bisa menyusulnya. Mungkin. Aamiin.

Semua angkat bicara membalas cerita tentang apa saja yang pernah ku alami selama di pesantren. Mulai dari prestasi sampai aib sendiri. Mulai dari peringkat pertama sampai peringkat pertama di urutan terakhir. Mulai dari manggung sampai malu sehabis manggung. Mulai dari asap sampai botak. Mulai dari kamar mandi sampai lantai tiga masjid. Mulai dari jatuh sampai dapur ustad. Hahaha, semua itu sulit terlupakan. Sampai lupa menyampaikan kepada kalian, bahwa aku sudah sampai di tujuan. Ya, Rumah.

Tak menunggu lama aku pun segera membawa pulang barang-barang ku dari mobil ke rumah lalu ke habitat nya. Ruangan 3x3 Meter di mana aku biasa bebas berekspresi. Lelah nya perjalanan mereka terlihat begitu bahagia, begitupun diriku. Barang-barang ku tidak hanya di simpan begitu saja, aku harus merapihkannya langsung menyusun rapi dan di tempatkan pada tempatnya. Banyak sekali barang-barang tidak penting terbawa pulang yang sepertinya itu penting untuk mengingat masa lalu yang harus kita banggakan. Aku membawa berkas-berkas OSIS resmi yang ku buat sendiri saat masih menjadi seorang Sekretaris OSIS. Lumayan banyak dan tebal. Entah akan aku apakah kertas-kertas itu, yang pasti bukan masalah kertas nya, tapi cerita di baliknya. Bukan hanya berkas-berkas, aku pun membawa baju-baju lama, sepatu lama, wajah lama, dompet kosong, ID Card saatku menjadi santri yang bertuliskan namaku "Ardian Lutfi Maulana, Sukabumi" yang lama-lama aku teringat sesuatu.

Aku lepas perlahan ID Card ku dari cangkangnya yang ternyata masih tersembunyi sepucuk surat tunggal dari seseorang yang sangat aku rindukan dari sejak duduk di bangku 2 SMK di pesantren. Tepatnya jawaban singkat dari surat ku yang panjang lebar untuk nya. 2 Minggu lebih aku menunggu balasan suratnya, itu pun sedikit aku paksa. Kalian tahu bagaimana jawaban suratnya? "Waalaikumussalaam, Insyaallah" Hanya dua kalimat! Simple, padat, jelas!!! Astagaaa... Tapi kenapa aku seneng banget ya Allah...
Karena di pesantren ku wajib hukumnya memakai ID Card Kemanapun dan kapanpun, sengaja tidak sengaja aku membawa surat itu kemanapun dan kapanpun. Dia selalu bersama ku, di hati ku. Cuaaakksss

Setiap kali aku melihat surat tunggal itu, saat itu juga aku berdoa. Bukan hanya surat nya yang aku miliki, tapi....... (Isi sendiri aja lah bebas)

Sampai ketemu di BAB selanjutnya

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 04, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Proposal CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang