"Ya ampun, si Elvan ganteng bangetttt!" Pekikan itu terdengar dari sebelah Anna. Yang tak lain tak bukan adalah Rosa.
"Elvan? Anak mana tuh?" Ujar Anna sambil memakan snack.
"Ihh, masa lo nggak tau sih, itu loh si anak baru itu."
"Si Preman itu?" Tanya Anna memastikan.
"Nggak ada kali preman seganteng dia," dengus Rosa tak terima.
Anna mencibir heran, bagaimana tidak? Hampir semua siswi mendewa-dewakan Si Preman itu bahkan temennya pun ikut-ikutan.
"Ngomong-ngomong si Preman, dia pernah ngajak temenan."
Ucapan Anna itu membuat Rosa tersedak keripik pedas yang sedang dia kunyah. Rosa terbatuk-batuk, belum lagi hidungnya terasa perih karena bumbu pedas itu.
Dengan buru-buru gadis itu meraih minuman yang berada di atas meja. Meneguknya seperti orang sehabis berlari puluhan kilometer.
"Gila lo, ya?! Kalo mau ngomong itu pake salam dulu." Ujar Rosa dengan masih terbatuk-batuk.
"Lah, kok lo nyalahin gue? Lo-nya aja makan nggak baca bismillah."
Setelah meredakan batuknya Rosa kembali berujar, "Lo nggak usah ngarang deh, Na. Masa iya, dia ngajakin lo temenan? Nih ya, setau gue belum ada tuh cewek yang di deketin sama dia."
Anna berdecak, "Gue serius."
Rosa memutar badannya menatap Anna, memusatkan seluruh perhatiannya ke Anna. "Kok bisa? Di SMA Nusa itu banyak yang cakep-cakep dan sebagian cewek cakep itu juga lagi berusaha ngedeketin dia akhir-akhir ini. Kok bisa dia malah tertariknya sama lo?"
"Heh! Secara nggak langsung lo meragukan kecantikan gue, ya!"
"Ya, ya nggak gitu maksud gue, diibaratkan ya di atas langit masih ada langit." Balas Rosa, "terus, terus, lo nerima permintaan pertemanan dia dong?"
"Nggak." Singkat, padat, dan jelas.
"APA?!" Teriak Rosa heboh, "kok bisa dengan teganya lo nolak cogan?"
"Nggak cuma nolak, gue bahkan siram dia karena udah ganggu ketenangan gue yang lagi makan,"
"HAH?!" Untuk yang kesekian kalinya Rosa berteriak.
Jika saja Rosa bukan temannya sudah dipastikan mulut Rosa itu akan Anna lakban. Berisik banget!
"Nggak usah teriak-teriak juga. Yang ada satu kompleks bakal dateng ke sini," ujar Anna sensi.
Rosa menggelengkan kepalanya, kenapa Anna dengan teganya menyiram wajah tampan Elvan? Fix, mata Anna perlu diperiksa!
Coba saja Rosa ada di sana dia pasti dengan suka rela mengelap wajah Elvan.
"Woyyy, lo kok malah bengong?" Anna menyentak Rosa dari lamunannya.
"Kok lo tega nyiram wajah gantengnya Elvan sih, Na?" Sungguh Rosa nggak terima.
"Siapa suruh dia ganggu gue."
"Dia kan cuma mau minta damai sama temanan aja."
"Nggak ada yang namanya pertemanan untuk seseorang yang jelas-jelas pernah mengibarkan bendera perang di depan gue."
Rosa berdecak kesal. Pokoknya dia masih nggak rela kalau si Elvan di siram Anna. Walaupun Anna temannya, tapi tetap saja wajah tampan Elvan jadi basah. Besok dia akan ceritakan ini pada Lisha. Dia yakin Lisha jauh lebih waras ketimbang Anna.
***
"APA?!" Teriakan itu membuat Anna yang sedang menyalin PR temannya itu tercoret.
Ya, Tuhan. Salah apa dia punya teman yang suka teriak-teriak? Kemarin Rosa dan sekarang Lisha.
KAMU SEDANG MEMBACA
In The Name Of Love 2
أدب المراهقينBeberapa orang mengatakan bahwa "Mempertahankan jauh lebih sulit daripada mendapatkan." Lalu, apa jadinya jika Annabela Roselani dihadapkan kenyataan seperti itu? Sanggupkan Anna mempertahankan cintanya? Bukan hanya cinta Kenziano melainkan juga cin...