Setelah menyimpan tas, Kanania merasa haus sekali. Akhirnya ia memutuskan pergi ke dapur. Tapi saat diambang pintu, sayup sayup ia mendengar obrolan Kenan dan ibunya, dan menyebut nama dirinya. Juga Kenan menyebut nama Arkan disana.
Kanania urung masuk dan memilih menajamkan pendengarannya.
"Maaf tapi, Bu. Yang dikasih keringanan hukuman sama Nia, yang nabrak ayah itu," Kenan menggantung ucapannya. Runi mengangkat sebelas alisnya.
Terdengar Kenan menghela, "Arkan."
"Tunggu, Arkan?" Nada bicara ibunya terdengar tak percaya.
"Arkan temennya Nia?"
"Ibu jangan benci dia."
"Ayah kamu meninggal sudah di gariskan oleh Allah dengan kejadian seperti itu, Nak. Dengan Arkan yang, ya kamu juga tau sendiri kan dia masih belajar dan ayahnya juga dimintai keterangan."
"Waktu itu Arkan gak berani nunjukin muka dia ke kita kan, mungkin caranya kenal Nia, ia bisa sedikitnya mengakui. Tak perlu bertanggung jawab. Cukup mengakui ke Nia juga udah jadi laki laki tangguh."
"Kalo Nia sampai tau, ya ibu juga gak akan tau secara dia yang paling terpukul waktu itu. Tapi ibu yakin, dia bisa mengerti."
Tanpa berpikir apa apa, Kanania segera berlari menuju kamarnya. Mengunci diri di dalam sana, menangis sejadi jadinya.
Jadi selama ini Arkan baik pada dirinya hanya untuk menutupi kesalahnnya? Pikirannya melambung jauh ke kejadian di ruang sidang saat itu.
Hakim menjatuhkan hukuman 3 tahun penjara karena usia pelaku masing sangat muda. Kenan yang saat itu sangat emosi, meminta hakim untuk menghukum mati sang pelaku.
Kanania tercengang, Kenan sama jahatnya kalau begitu. Meski ragu, Kanania angkat bicara.
"Dia masih seumuran saya kan? Dia juga berhak memperbaiki hidupnya. Menjadi lebih baik lagi dari sebelumnya."
Akhirnya semua menyetujuinya meski Kanania tak tahu bagaimana wajah pelaku tersebut. Ia sama sekali tak menampakan wajahnya.
Dan sekarang ia tahu, orang yang ia beri keringanan adalah orang yang membuat hatinya berat. Berat menerima kenyataan bahwa mungkin tak ada jalan untuk mereka bersama. Hanya sebatas teman yang terjebak dengan zona nyaman.
Ia belum bisa memaafkan Arkan. Bukan karena masa lalu, tapi Arkan tahu dan tidak memberikan penjelasan apapun pada dirinya. Ia benar benar kecewa pada Arkan.
*****
Arkan masuk ke dalam kelas diikuti Bobby dan Zaki. Matanya menatap gadis yang seperti biasa, tanpa ekspresi. Yang membuatnya meringis adalah, gadis itu bersama orang yang memeluknya waktu itu.
Arkan menyipit melihat name tage pria itu. Tertulis disana, Revaleno Bram.
Kanania menatap Arkan lalu sepersekian detik kemudian ia memalingkan tatapannya. Valen tersenyum miring.
"Nyawa mesti dibayar nyawa," ujar Valen.
Kata kata itu membuat Arkan menoleh, perasaannya mulai tidak enak. Apakah Kanania sudah tahu? Bukannya Arkan meminta Kenan tidak membicarakan ini semua agar ia yang menjelaskannya sendiri?
Dan siapa Valen itu? Kenapa ia mengatakan hal seperti tadi?
Arkan mendekat kearah Kanania. Valen semakin terlihat menantang. Kanania masih dengan wajah datarnya.
"Ya," panggil Arkan.
Kanania tak menatapnya sama sekali, "pergi lo."
Arkan seperti tersetrum, Kanania kenapa? Bukannya kemarin masih biasa biasa saja?
"Lo bunuh bokap dia kan?" Valen berbicara dengan nada sinisnya.
Bugh.
Satu pukulan berhasil mendarat di pipi Kiri Valen. Kanania terperanjat kaget dengan semua ini. Ia menatap Arkan benci dan kecewa.
"Apa apaan lo, hah!?"
Arkan terkekeh sinis, "emang dia siapanya elo? Sampe lo bela belain dia?"
Kanania terdiam, lalu menjawab, "dia pacar gue."
Arkan benar benar di hantam sesuatu di dalam sana. Di dalam hatinya.
*****
Arkan kembali mengingat perkataan Kanania saat di sekolah tadi. Kanania memang tak memiliki perasaan apapun pada dirinya. Ia saja yang terlalu berharap. Lalu adzan maghrib berkumandang dengan merdunya.
Arkan ingin menenangkan hati dan pikirannya. Menenangkan jiwanya. Ia segera membersihkan diri dan akan pergi ke mushala dekat rumahnya.
Arkan tak langsung pulang setalah jamaah yang lainnya satu persatu meninggalkan mushala. Sudah jarang sekali ia tak pergi shalat di mushala jadi ia lebih memilih menyendiri disini.
Berbeda dengan Kanania, ia tengah dilanda bingung. Setelah ia mengatakan bahwa pada Arkan Valen adalah kekasihnya, Valen menganggap itu serius.
Bahkan sudah beberapa kali Kanania mengatakan bahwa ia tertekan waktu itu, Valen tetap kukuh pada pendapatnya bahwa mereka itu resmi berpacaran.
"Ah gue bodoh!"
Kanania menceritakan siapa pelaku tabrak lari waktu itu dan Valen kaget saat Kanania memberitahunya kalau itu adalah Arkan.
Jika Valen tidak berkata seperti tadi, mungkin situasi seperti ini tak akan pernah ia alami.
Pintu kamarnya diketuk seseorang, "Nia?"
Ternyata itu Kenan. "Masuk," kata Kanania.
Kenan masuk kedalam kamar Kanania dengan secangkir kopi di tangannya. Ia duduk di tepian tempat tidur Kanania.
"Kenapa lo?" Tanya Kanania meninju pelan tangan adiknya itu.
Kenan tak menjawab, hanya meniupi kopi di tangannya itu. Sesekali menatap Kanania lalu kembali menatap kopi di tangannya.
"Kenapa sih?"
Kenan menaruh kopi itu di meja belajar Kanania lalu menatap Kanania dengan tatapan yang Kanania artikan sebagai tatapan bertanya 'lo yang kenapa?'
"Lo pacaran sama Si Valen?"
Kanania menghela nafas, "gosip itu udah nyebar?"
Kenan mengangguk, "beneran?"
"Enggak, Nan."
"Enggak gimana? Tadi Si Valen sampe nyebut gue ade ipar, dih ogah gue!"
Kanania hanya diam menatap Kenan yang sepertinya sangat kesal pada dirinya.
"Lo jangan bareng-bareng sama dia lagi lah, mending sama si Arkan sekalian. Gue gak suka lo sering ketemu sama si Valen itu sampe dikira kalian pacaran," ujar Kenan tanpa menatap Kanania.
Kanania teringat nama itu lagi. Orang yang mati-matian ia hindari. Rasa benci dan kecewa mulai muncul dalam dirinya pada Arkan.
Kanania pikir, Arkan hanya memanfaatkannya saja agar kejahatannya itu tidak diketahui siapa-siapa. Ia memang sudah ikhlas melepas ayahnya, hanya kecewa pada Arkan yang tak mau berterus terang sebelumnya.
"Tapi Arkan jahat, Nan."
"Lo bakalan tau suatu saat nanti siapa yang paling jahat antara Arkan dan Valen pacar lo itu."
Setelah mengatakan itu, Kenan keluar dari kamar Kanania. Tak lupa membawa lagi secangkir kopi yang aromanya menggugah selera itu.
Apa yang di maksud Kenan yang paling jahat diantara Arkan dan Valen?
*****
Minggu, 31 Mei 2020.
Pantengin besok ya guys!
See u next part!❤
Luv u all!
-Thank you!:)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Ombrophobia Girl [✓]
Подростковая литература7 April 2020 - 22 Agustus 2020.✨ Cerita ke-2 setelah 'The Last Hope.' <><><><> Tidak ada yang mau memiliki kekurangan. Bahkan memiliki phobia terhadap sesuatu tidak ada yang mau. Semua orang ingin hidup normal seperti hal nya manusia biasa. Kanania...