Satu jam yang lalu ....
"Alah kau ini, aku kebelet kencing tau?! Kau mau aku ngompol di sini? Macam bayi besar?!"
Salah satu petugas BIN yang mendapatkan giliran sift untuk menjaga sel tahanan itu menghela napasnya. Dia hanya duduk seraya memainkan ponselnya tanpa ada niat untuk merespon kalimat dari pria batak tersebut. "Heh! Kau tuli ya?" protesnya.
Lalu penjaga itu menyentakkan kepalanya dan bersungut-sungut. "Apaan, sih?!"
"Ini aku mau kencing. Izin lah sebentar ke toilet!" pintanya.
Tapi penjaga itu memutar kedua bola matanya, dan mengambil sebuah botol bekas. "Nih, kencing di situ!"
Pria batak itu terperangah dan melotot kesal. "Tega kali kau, Bodat!" ucapnya tidak terima.
"Yaudah, terserah. Ngompol aja sana!" Penjaga itu tertawa jahil, kemudian kembali duduk dan memainkan ponselnya. Pria batak itu mendengkus. Dia memutar otaknya kembali.
"Heh, kau tau tidak?" katanya kepada penjaga itu.
"Gak tau."
"Aku belum selesai ngomong! Gak sopan kali kau ini!"
"Apaan emangnya, sih?"
Pria batak itu mendekati jeruji besi. "Di sel ini ada penunggunya. Kau tahu tidak?" tanyanya.
Si penjaga hanya mengangguk. "Tau, kok. Situ kan penunggunya."
Pria batak itu menepuk jidatnya dan mengusap wajahnya kasar. "Bukan itu lah yang ku maksud! Kau itu bodoh apa bagaimana sih?!" protesnya. "Nih, penunggu di sini tuh macam kuntilanak. Kepalanya buntung dan punggungnya bolong," lanjutnya.
Seketika membuat si penjaga menjadi ikut tersugesti. "Masa sih?!" katanya. Tiba-tiba teringat dengan kejadian salah satu anak STIN yang kesurupan arwah kuntilanak kemarin. Membuat bulu kuduknya berdiri.
"Lah kau ini. Aku ngomong bener, no bohong-bohong. No tipu-tipu. Nah, kalau aku kencing di sini, aku takut kalau dia marah, dan menampakkan diri. Kau mau, hah?!" ucap si pria batak tersebut.
Penjaga itu langsung menggeleng.
"Makanya, izinkan aku pergi ke toilet sebentar."
Akhirnya, penjaga itu membuka pintu sel. Pria Batak itu pun akhirnya keluar. Namun, belum sempat si penjaga memborgol tangannya, pria itu telah menghantam perut si penjaga dengan lututnya, kemudian membanting kepalanya ke dinding.
Dalam sekejap, situasi berubah. Pria batak itu mengambil id card dan pistol miliknya. Dan secepat kilat, pria batak itu pergi meninggalkan sel tahanan dan bergegas mencari pintu keluar.
Pria itu masuk kedalam lift dengan bantuan id card yang barusan dia ambil. Tangannya sudah siap-siap memegang pistol jika saja ada orang saat pintu lift terbuka.
Ting!
Benar saja, saat pintu terbuka, terdapat dua orang berada di luar lift. Ekspresi mereka tentu saja terkejut. Belum sempat mereka ingin menghadang pria itu, tiba-tiba mereka sudah lebih dulu ditembak olehnya. Cepat-cepat dia pergi meninggalkan tempat tersebut dan masuk kedalam kawasan rumah tempat kamuflase markas ini.
"Richard melarikan diri. Sekali lagi, Richard melarikan diri!"
Orang yang barusan ditembak menyempatkan diri untuk melapor kepada anggota yang lain untuk berwaspada. Terutama kepada Dewata dan teman-temannya yang kebetulan berada di kawasan rumah. Mereka terkejut lantas menyebar ke sekeliling rumah.
Pria batak itu bersembunyi di dapur. Dia melihat kaca jendela yang langsung mengarah ke pagar rumah. Matanya pun menyusuri seisi dapur, hingga tak sengaja mendapati sebuah foto polaroid di meja bar. Pria itu dengan cepat mengambil salah satu foto yang terdapat gambar Koko dan Keke. Lalu setelahnya, dia menembak kaca jendela dan melompat keluar.
KAMU SEDANG MEMBACA
yang baik belum tentu baik
AçãoDisclaimer dikit: ini hampir 2 tahun lebih di-unpublish karena gaya penulisannya yang menurutku kurang. Sengaja dipublish lagi untuk mengenang perkembangan gaya penulisan gue yang dulunya suka sok ke-jaksel-jakselan. Aslinya mah orang Bogor wkwkw. *...