01 | We Young

30 4 0
                                    

Archipelago High School adalah salah satu sekolah swasta bertaraf internasional yang terletak di Jakarta. Selain memiliki fasilitas yang sangat memadai, sekolah ini juga memiliki banyak murid yang sangat berprestasi, inilah yang menjadikan Archipelago sebagai sekolah bagi tingkat menengah atas yang diberikan penghargaan sebagai sekolah terbaik dengan rata-rata murid yang membanggakan dari Negara.

Karena mahalnya biaya pendidikannya di Archipelago, kebanyakan murid harus memupuskan harapannya kala tak diterima sebagai siswa disini. Setiap tahunnya, hanya sepuluh murid dari kalangan biasa yang akan mendapatkan beasiswa penuh di Archipelago. Mereka akan diseleksi secara terliti, baik itu dalam bentuk ujian tes tertulis maupun tes mental yang baik. Oleh karena itu, di Archipelago tak ada murid yang masuk lewat jalur prestasi maupun olahraga.

Segala fasilitas yang diinginkan semua murid ada di sekolah ini. Mulai dari lapangan indoor dan outdoor yang masing-masing memiliki fungsi tersendiri seperti futsal dan basket juga voli, kolam renang indoor, tempat ekstrakurikuler dari mulai karate, musik, bahasa, jurnalis, semua bidang olahraga, sampai panahan. Selain itu, sekolah juga memberikan fasilitas kelas hingga barang-barang yang berkualitas agar menunjang kreativitas para siswa.

"Ck, gue udah baca ini brosur tiga kali! Sekarang yang keempat,"

Javier menggerutu sambil menghempaskan brosur itu ke mejanya. Dia menghela napas, melirik semua teman baru di kelasnya yang juga tampak bosan. Yaiyalah, ini hari pertama mereka sekolah, tapi guru kayaknya belum mau masuk kelas. Javier memilih memainkan ponselnya, melihat Instagram, siapa tahu ada informasi baru, yakan.

Oh ya, Javier masuk kelas IPS 1, kesemua muridnya berjumlah dua puluh orang perkelas. Itu sebabnya mereka memiliki meja dan kursi masing-masing, juga kelas yang besar dengan AC juga loker yang tersimpan di setiap kelas. Javier memilih kursi paling depan, dia mau fokus merhatiin pelajaran sebenarnya. Nilainya harus tetap dipertahankan agar beasiswanya tidak dicabut. Ada untungnya pula kelas segede ini, Javier jadi nggak akan desak-desakan kayak sekolah lamanya.

"Oit, lo si Javier-javier itu?"

Seseorang menendang kursinya dari belakang, bikin Javier meletakkan hapenya diatas meja dan langsung menoleh, "Yoi, kenapa?"

Bukannya menjawab, cowok itu malah tersenyum lebar lalu mengulurkan tangannya, "Gue Arjuna, panggil aja Juna. Gue sudah mendengar banyak tentang lo sebenarnya."

"Tentang gue?"

"Lo anak beasiswa kan?" Tanya Juna.

Javier mengangguk, "Kenapa?"

"Kuping gue udah gendheng dengerin cewek-cewek alay ngomongin anak beasiswa yang cakep sih sebenernya. Ternyata setelah dilihat-lihat, masih tetep cakepan gue." katanya pede.

Javier terbahak, memilih memutar bangkunya ke belakang, "Lo anak beasiswa juga?"

"Oh enggak, gue masuk sini lewat jalur duit."

"Pantes." Javier mengelus dagunya, memandang Juna seksama.

Juna cengengesan, "Kenapa? Aura old money gue terpancar macam cahaya ilahi? Woyajelas. Tiap hari mandi berlian."

"Bukan itu maksud gue syetan. Maksud gue pantes, karena dilihat dari manapun, lo ini macam Wendy di sinetron Abege jadi manten."

"Yeu, asu."

Keduanya tertawa terbahak, tak menghiraukan seruan anak perempuan yang menatap mereka dengan mata berbinar. Bahkan beberapa diantara mereka mengabadikan keduanya lewat ponsel. Soalnya lihat dua cowok ganteng yang ketawa sama-sama tuh jarang, cuy. Kayak lihat bintang bertaburan di langit Jakarta, udah jarang.

INEFFABLE | Na JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang