five;

542 57 13
                                    




[The Murphy's Law]

anything that could go wrong, will go wrong

.

.

.

.

They expect that things should work out in their favor, but turns out it's not. 

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Pagi itu adalah pagi yang dingin dan muram di Baltimore saat Yoona terbangun. Di sampingnya, seorang pria terlelap dengan tubuh terbungkus selimut tebal hotel seperti kepompong. Tidak butuh waktu lama baginya menyadari bahwa pria itu tidak mengenakan apapun. Well, begitupun dirinya.

Sambil mengumpat kecil, dia berusaha mengembalikan ingatannya tentang how the fuck she end up here with this some stranger guy. Dia ingat bertemu dengan ibu tirinya—a very annoying one—dan mengiyakan ajakan Claire untuk ke kelab malam langganan mereka. Memutuskan untuk menyelamatkan harinya yang buruk sedari pagi, dia menegak beberapa gelas vodka—uh oh vodka sure is her weakness—and meet this hot guy in high chair and kissed him hard on walls and yeah, you know what's happen next.

Wanita itu kemudian berjengit kaget saat sebuah nada keras alarm ponsel memecah keheningan pagi itu, secara spontan mengagetkan teman tidurnya malam itu. Dengan tubuh sewarna zaitun dan those messy hair—dan jika saja pagi ini dia tidak punya kelas demonstrasi langsung Cellular Laparoscopy, Yoona akan dengan senang hati diingatkan kembali tentang permainan panasnya tadi malam.

"Oh, kau sudah bangun?" menjawab pertanyaan itu dengan gumaman, Yoona meraih ponselnya dan menemukan Claire serta Benjamin berkali kali memanggilnya. Tersenyum kecil, wanita muda itu mengirim balasan singkat dan menyelesaikan ikatan sepatu bootsnya.

"Saya harus pergi uh Mr....umm....."

"Dave."

Mencoba membuat senyum sesopan mungkin, Yoona melangkah kearah lelaki itu "Right, Mr. Dave. Uh oh sorry, I mean Dave, yeah Dave—whoever your last name is." 

"You don't remember my name? I thought it was a good sex." lelaki itu tampak bingung dan mengantuk but it's still hella hot. Atau mungkin itu yang dikatakan hormon sialannya saat melihat si seksi bertanya dengan nada rendah yang sungguh menggiurkan. Wake the damn up, Im Yoona!

"Umm maybe? Vodka membuatku teler. I don't remember it well—" memasang wajah penuh penyesalan, Yoona memakai jamnya dan berdiri di hadapan Dave, "I mean for now, I don't remember it. Biasanya saya mulai mengingat beberapa jam setelah bangun dari hangover"

Dave tidak berusaha menyembunyikan senyumnya mendengar itu. Dengan cepat dia mencuri satu ciuman kecil dari bibir tipis wanita berkebangsaan Korea tersebut, "Great, means you can tell me next time, Yoona."

Mengibaskan tangannya, Yoona menepis undangan itu dengan tegas, "There won't be next time." Sebelum Dave sempat menyelanya, wanita itu memotong langsung dengan senyum manis, "Saya tidak one night stand dengan satu pria yang sama dua kali."

No strings attached

Dari sekian banyak pengalaman semalamnya—yang sebenarnya tidak terlalu banyak—dengan beberapa lelaki asing yang ditemuinya di klub, ia tidak repot repot mengingat nama mereka ataupun berniat mengulang permainan mereka no matter how good they are. Yoona bukan perempuan binal yang akan dengan suka cita membuka kakinya kepada pria seksi manapun yang ditemuinya. Meskipun dia menyukai ide mengulangi malam mereka dengan beberapa pria, wanita itu, jelas tidak akan mengencani pria yang ditemuinya di kelab walaupun untuk beberapa malam yang panas.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 16, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

love shotsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang