Pertemuan?

2.8K 286 5
                                    

"Aku tak percaya, anda adalah ayah kami!" ucap Seiji merendahkan dengan mata yang sama seperti Akashi Seijuuro sang Emperor,

"Anda pasti haus, silahkan-" ucap Kuroko kini tanpa intonasi seperti biasa.

"Apa kau bahagia tanpa melihat kami tumbuh dewasa tanpa sosok seorang Ayah?" ucap Seiji tiba tiba begitu menusuk hati Kuroko,

"Menurut pangeran, apakah aku bahagia?" ucap Kuroko.

"Iya" ucap Seiji dingin, seperti saat pertama kali Kuroko bertemu dengan Akashi dahulu, di saat ia menjadi tumbal.

"Sou~" ucap Kuroko seperti tahu ini akan terjadi, lalu Seiji yang kesal dengan jawaban Kuroko, mulai melangkah pergi,

"Sayonara" ucap Seiji bahkan tanpa memandang Kuroko.

TES. TES.  TES.

Kuroko meneteskan air mata sesaat setelah Seiji pergi, dari awal dia tahu bahwa pertaruhan ini adalah hal yang mustahil, namun apa salahnya percaya sampai akhir, segala sesuatu harus di coba menurutnya, dan ini adalah hasilnya.

"Huft, sudah cukup.

Menangis pun tidak mengubah apapun,

Aku sangat lelah dan mengantuk" ucap Kuroko lalu diapun mulai membaringkan tubuhnya di atas kasur,

Dan seketika dia terlelap dalam tidurnya,

.

.

.

Besoknya Seijuuro ke menara Kuroko untuk berkunjung, namun saat dia masuk Kuroko masih tertidur,

Besoknya lagi, dia datang kembali namun Kuroko masih tertidur,

Begitupun besoknya dan besoknya lagi, Akashipun jatuh dalam kepanikan,

Dia lalu memanggil Shintaro secara rahasia dan membawanya ke dalam menara Kuroko.

"Jadi menurutmu apa yang terjadi dengannya?

Mengapa dia terus tertidur begitu lama seperti dahulu?" ucap Akashi tampak pucat melihat tubuh Kuroko yang sama pucatnya.

"Ini!?

Hamba rasa, Kuroko-sama mengalami sleeping beauty sindrom, nanodayo" bahkan Midorima pun sama terkejutnya,

"Jadi apakah kau tahu kapan dia akan terbangun?

Hmp!?" ucap Akashi,

"Penyakit ini sangat amat jarang terjadi yang mulia, nanodayo.

Jadi hamba tidak tahu kapan Kuroko-sama akan terbangun, nanodayo"

"Oto-sama apa yang kau lakukan di tengah menara yang jauh ini?" ucap Seichi yang lugu di ikuti Seiya dan Seiji.

Namun bukannya menjawab, Akashi berjalan ke arah tubuh Kuroko yang dingin itu, meski masih hidup.

Dia memeluk erat Kuroko, matanya terpejam namun air mata justru mengalir dari sisinya, sungguh pemandangan yang sangat mengejutkan bagi ke 3 Akashi junior itu,

"Tetsuya" ucap Akashi untuk pertama kali semua mendengar suara yang begitu lemah dari sang emperor,

'Tetsuya?'

Jadi itu namanya' ucap Seiji di dalam hati,

"Tolong jangan lakukan ini, Tetsuya.

Kumohon kembalilah~" ucap Akashi seolah berbisik sendu.

"Tetsuya!"

"Egh?

Yang mulia, apa yang anda lakukan di kamar-?

Eh?" ucap Kuroko mulai membuka matanya perlahan namun yang di dapati adalah betapa ramai kamar nya saat ini.

"Tetsuya?" Akashi begitu terkejut bahkan Midorimapun sama,

"Yang mulia?" ucap Kuroko bingung apa yang terjadi.

"Eh, suara ini?

orang yang membangunkan ku dari mimpi buruk waktu itu" ucap Seichi berlari dan langsung menyelinap masuk dan memeluk tubuh Kuroko.

"Seichi?" ucap kedua kakaknya yang khawatir.

"Kau tumbuh sangat besar, Seichi" ucap Kuroko lembut.

Kutukan sang emperor mengatakan, para keturunan Kuroko dan Akashi kelak akan membenci Kuroko sebanyak Akashi membencinya,

Namun itu juga bisa berarti, akan menyukai Kuroko sebanyak Akashi menyukai Kuroko juga.

"Seichi menjauh darinya,

Dia bukanlah Ayah kita!" ucap Seiji menarik tubuh Seichi lembut namun menatap tajam Kuroko selayaknya musuh,

"Nii-chan?" bahkan Seiyapun masih terkejut dengan keberadaan Kuroko,

"Tapi nii-chan!?" ucap Seichi hendak menolak dan ingin tetap tinggal di sisi Kuroko lebih lama lagi dan merekapun keluar dari Rungan itu, para Akashi junior.

Namun sesaat setelah ke tiga pangeran pergi, tiba tiba jantung Kuroko terasa tidak baik, dan jantung yang berada di tubuh Akashipun komplikasi,

"Egh!?" Alhasil Akashilah yang memuntahkan darah?

Jantung Akashipun mulai ikut sakit karena saat tubuh Akashi kesakitan,

jantung di dalam tubuh Kurokopun merasakan hal yang sama.

"Egh!" Kuroko pun ikut muntah darah,

"Yang mulia, Kuroko-sama?" seketika Midorima mulai merasa panik,

"Sumimasen, yang mulia.

sepertinya aku sudah pada batasku,

sumimasen" ucap Kuroko meneteskan air mata dengan tersenyum sendu.

"Kalau begitu, seperti yang di taruhkan.

kau tidak boleh lagi pergi dari pandanganku, Tetsuya" ucap Akashi kini memeluk Kuroko sembari membaringkan tubuh Kuroko di atas Kasur, dan diapun ikut berbaring di sisinya, dengan sama sama bersimbah darah.

"? ? ?"

"Shintaro, bisakah kau membantuku lagi untuk yang terkahir kalinya?" ucap Akashi seolah tahu Midorima pasti mengerti apa yang di bicarakan AKashi.

"Apa yang yangmulia ingin hamba lakukan, nanodayo" ucap Midorima dia tahu ini adalah saat saat terakhir dia bisa melayani sang emperor.

"Tolong bantu aku menulis surat untuk Seiji, Seiya dan Seichi"

"Wakarimashita, nanodayo"
.
.
.
Di tempat para Akashi Junior,

"Nii-chan apa mencium bau sesuatu terbakar?" ucap Seiya tiba tiba teralihkan,

Dan ke 3 nya melihat menara tempat Kuroko berada terbakar membara warna crimson ke emasan pun mulai menghiasi langit, Seiji dan ke dua adiknya segera berlari kembali ke arah menara.

Dan yang di temui hanya Midorima Shintaro yang berada di luar menara, memandang ke atas dimana kamar Kuroko berada.

"Oji-sama apa yang terjadi?

mengapa kau diam saja?

dimana Oto-sama dan Ayah?" ucap Seichi panik dengan air mata.

"Yang mulia, dan Kuroko sama berada di dalam menara, nanodayo.

sekarang Akashi Seiji lah sang emperor selanjutnya, nanodayo"

BRUKKK!!!!

"SEICHI??"
.

.

.
TBC

Pengantin Dunia BawahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang