Part 8

16 2 0
                                    

"... Hargailah setiap usaha orang lain.."
_unknown_

Setelah keluar dari kafe, Riana pulang dengan naik Taxi. Jesika, Tiyo dan yang lainnya masih berada di Kafe. Tiyo mencoba untuk keluar dari kafe untuk berniat menyusul Riana, saat berjalan, tangan Tiyo dipegang oleh Jesika.

"Tiyo... Mau kemana? Anterin aku pulang"

"Ngapain nganterin kamu pulang? Bisa pulang sendiri kan?" Cetus Tiyo

"Kok kamu gitu sih sekarang? Ayok anterin aku pulang" pinta Jesika dengan eksperesi muka yang memelas

"Jes, kita..." Ucap salah satu teman Jesika belum kelar langsung dipotong oleh Jesika

"Apa? Mau pulang?! Pergi!" Ucap Jesika dengan berteriak hingga membuat teman-temannya sedikit kaget

Teman-temannya pun pergi berlalu meninggalkan Jesika dan Tiyo yang masih ribut.

"Bener ya apa kata Yana dan sekarang gue baru sadar kalau Lo itu emang anak manja!"

"Tiyo!" Bentak Jesika

"Kenapa? Itu fakta, udahlah sekarang kita putus!"

"Hah? Aku nggak mau lah"

Tiyo berjalan dengan cepat dan berusaha melepaskan pegangan tangannya Jesika yang terus menggandengnya hingga diluar kafe, namun tidak berhasil karena pegangannya begitu erat. Jesika menangis tersengguk-sengguk dia tidak mau putus dengan Tiyo.

"Tiyo maafin aku, janji deh nggak bakal kayak gini lagi" ucap Jesika dengan menangis

"Udahlah pulang aja sana" tangan Jesika berhasil dilepaskan oleh Tiyo. Ia memakai helmnya dan menaiki motor tanpa memperdulikan Jesika yang terus menangis. Tiyo menghela napasnya sebelum menyalakan mesin motornya dan memandang Jesika dengan rasa tidak enak dengan apa yang telah ia lakukan.

"Jes.. Nanti kita bicara baik-baik ya kalau emosi kita udah reda, udah jangan nangis terus" ucap Tiyo dengan rasa tidak tega, tanpa menunggu jawaban dari Jesika, Tiyo langsung menjalankan motornya dan pergi menjauh dari kafe, Jesika terus menangis dan terus melihat Tiyo hingga tidak terlihat lagi karena sudah jauh.

"Tiyo..." Rintih Jesika yang terus menangis, tidak lama kemudian Jesika masuk kedalam mobilnya dan menyetir mobil sembari terus menangis, sesekali ia menghapus air matanya dengan salah satu tangannya.

∆∆∆

Saat telah tiba di rumah, jam sudah menandakan pukul 4 sore, Riana membuka pintu rumahnya dengan pelan dan mengucap salam

"Assalamualaikum" berpikir bahwa tidak ada orang di ruang tamu, tiba-tiba Rini datang berjalan di tangga

"Dari mana aja kamu?"

"Ada orang salam harusnya dijawab jangan tiba-tiba nanya yang nggak penting" gerutu Riana

"Walaikumsallam" jawab Rini dengan menghela napas dan berjalan mendekati Riana

"Yana capek mau mandi dulu, bajunya juga kotor" berjalan meninggalkan Rini

"Yana..." Panggil Rini dengan nada sedikit keras

Riana menghela napas panjangnya ketika dipanggil oleh kakaknya dengan nada yang keras, dia membalikan badannya

"Kenapa sih teh? Bicaranya bisa nanti kan setelah Yana mandi" setelah berbicara Riana langsung berjalan ke tangga untuk menuju ke kamarnya yang berada di lantai atas. Rini sedikit kesal dengan sikap Riana yang seperti itu kepadanya.

"Rin, Yana udah pulang?" Tanya Ibu Maryam yang datang dari ruang TV

"Iya bu udah, anaknya lagi mandi"

"Oh ya udah jangan lupa apa yang ibu bilang ke kamu semalam ya"

Ya, pada malam hari Ibu Maryam menasihati Rini untuk meminta maaf kepada Riana, Memang bagi kebanyakan orang yang lebih tua lah yang harusnya mengalah, begitupun dengan Rini yang sebagai kakak dari Riana atau anak pertama ia harus mengalah dan meminta maaf kepada adiknya yaitu Riana supaya keadaan rumah damai, karena Ibu Maryam yang sekarang sebagai ibu tunggal pastinya tidak mau adanya perang saudara di keluarganya.

Lebih Baik (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang