= Gengsi ; 15 =

111 10 7
                                    

Nana gak akan capek-capek ngingetin kalian hal ini!

÷ Budayakan follow sebelum baca! ÷
÷ Voment kalo udah selese baca ,ya! ÷

Salam penuh cinta,
NanaCans 💕

...

Rara memperbaiki anak rambutnya yang tertiup oleh angin. Gadis itu berdehem, agak canggung saat harus berboncengan dengan cowok sinting didepannya ini.

Rara berusaha menguasai ekspresi wajahnya. Gadis itu melihat pemandangan pagi yang jelas tak akan ia lihat setiap hari. Diam-diam, gadis itu merasa nyaman dengan wangi parfum Arga, wangi khas cowok. Rara candu dengan wangi itu.

Biasanya, ia tak bisa mencium wangi itu sedekat ini. Hanya beberapa kali gadis itu mencium wangi parfum Arga, dan kali ini lah ia bisa menghirupnya dengan puas tanpa perlu ketahuan cowok sinting itu.

"Pegangan." Tiba-tiba, Arga buka suara. Membuat Rara terkejut bukan main. Gadis itu melirik Arga dari kaca spion, hingga akhirnya ia tersadar jika Arga sedang menatap wajah cewek itu lewat kaca spion. Rara buru-buru buang muka, seolah tidak pernah terjadi apa-apa barusan.

"Lo denger gue ngomong apa?"

"Hah?" Refleks, Rara maju. Tanpa sadar  gadis itu sudah mengikis jarak antara dirinya dengan Arga.

Arga yang sadar akan hal itu, berdehem kecil. Rara yang bingung apa maksud Arga mendelik, "lo tadi ngomong apa?" Tanyanya semakin dekat.

"Kata gue, pegangan." Sahut Arga sambil berusaha menetralkan ekspresi wajahnya.

"Ha? Apa? Lo kalo ngomong yang jelas dong!" Seru Rara kesal.

Arga berdecak, lantas meraih tangan Rara dengan sebelah tangannya. Rara yang merasa tangannya di pegang oleh Arga mendelik kaget, ingin melepasnya tapi terlambat. Tangan gadis itu sudah sempurna melingkar di perut Arga, membuat jarak mereka sangat dekat.

"Itu yang dari tadi gue bilang."

Rara menunduk, menatap kedua tangannya yang memeluk Arga. Gadis itu berusaha melepaskannya, namun tangan kekar cowok didepannya ini lebih dahulu menahan tangannya. Rara tanpa sadar sudah menahan nafas, ntah kenapa gugup sendiri.

Ia jadi takut, jika Arga bisa merasakan detak jantung Rara yang sudah bermarathon itu.

"Lo... kenapa nyuruh gue pegangan?" Tanya Rara memberanikan diri.

"Lo mau jatoh?" Arga balik tanya, tanpa melirik sedikitpun pada gadis itu.

Rara berdecih. Diam-diam, gadis itu sedikit melonggarkan pegangannya yang tadi sangat erat akibat Arga.

Arga yang merasakan tangan Rara bergerak sedikit demi sedikit itu hanya bisa menghela nafas. "Kalo lo jatoh, gue gak tanggung jawab."

"Ck, lo makanya jangan ngebut!" Seru Rara jadi sewot.

"Gue mau mampir dulu, mau sarapan."

"Hah?" Rara terdiam. Apa? Sarapan?

"Ha ho ha ho, lo emang budeg atau apa sih?" Sewot Arga.

Rara mencibir, tidak menghiraukan hal tersebut. "Kenapa harus gue yang nemenin lo sarapan?"

"Yang minta elo nemenin gue sarapan siapa?"

"Loh, elo yang jemput gue pagi-pagi gini, terus ngajak gue sarapan?" Ucap Rara sambil berdecak.

"Gue gak ngajak elo."

"Terus? Ini maksudnya apa?"

"Elo babu gue, dan babu harus setia mengikuti tuannya kemana saja."

Refleks Rara mengumpat dalam hati.

🌻🌻🌻

Rara segera turun dari motor Arga. Tanpa perlu mengucapkan terimakasih, cewek itu dengan santai pergi begitu saja. Arga yang baru saja hendak meletakkan helmnya, kembali memusatkan perhatiannya pada Rara.

"Lo gak bilang terimakasih?"

Rara refleks menghentikan langkahnya. Ia berbalik, balas memandang Arga.

"Buat apa? Lagian gue gak minta lo nganterin gue, lo yang maksa gue."

"Tapi lo tetep naik motor gue kan? Motor, motor siapa? Yang boncengin siapa?"

Rara memutar bola matanya malas. Dengan sangat terpaksa, gadis itu tersenyum. "Makasih, Tuan Arga. Berkat Tuan Arga, rakyat jelata seperti saya bisa merasakan naik motor. Sekali lagi, terimakasih."

Rara segera berbalik, berjalan meninggalkan Arga sambil berlagak hendak muntah akibat perkataannya sendiri tadi.

"Gila banget gue ngomong kayak tadi, ew." Batin gadis itu.

Sedangkan Arga masih memusatkan perhatiannya pada gadis yang perlahan pergi itu. Perlahan, bibir Arga terangkat, membentuk sabit kecil.

Entah kenapa, seorang Tamara Alizka bisa memberikan energi tersendiri untuk seorang Arga Angkasa.

...

Voment!
Voment!
Voment!

GENGSITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang