Happy reading ♥️
* * * * *
Suasana di kantin SMA Artheolus tampak ramai seperti biasanya. Para siswa tampak memenuhi seluruh penjuru kantin.
"Aelah gak kebagian meja nih kita," keluh Adel setelah memperhatikan semua meja sudah terisi penuh.
"Yahhh terus kita makan dimana dong," sahut Clara kecewa
"Yaa udah sih pesan aja, kita kan bisa makan dikelas." saran Dina disetujui Naya dan Echa yang sedari tadi diam saja.
Setelah mendapatkan apa yang mereka inginkan. Kelima sahabat itu menuju kelas mereka untuk menikmati pesanan mereka.
"Nay lo kesambet apaan sampai pake tuh sepatu balet?" tanya Adel setelah mereka sampai di kelas. Adel tampak heran ketika melihat Naya menggunakan sepatu itu, Pasalnya selama ini sepatu itu tak pernah disentuh Naya dan hanya teronggok 'tak berguna di kolong mejanya.
"Terpaksa gue, gegara cowok sedeng," sahut Naya sembari menikmati bakso yang tadi dipesannya.
"Cowok sedeng siapa Nay???" tanya Adel, Clara, Dina, dan Echa kompak.
"Biasa aja woyy, muncrat nih."
"Hhehehe yaa maaf Nay. Abisnya kita kan kepo."
"Apa hubungannya lo pake sepatu balet sama tu cowok?" tanya Dina bingung.
"Sepatu gue diambil sama tuh orang, jadi ya mau gak mau gue pake nih sepatu dari pada gue dihukum kan," terang Naya.
"Kok bisa diambil??"
"Yaa bisalah kan dia punya tangan."
"Iss gue juga tahu Nay-,"
"Terus ngapain lo nanya kalo udah tau."
"Ehh monyet gak usah motong omongan gue napa. Maksud gue apa alasan tuh cowok bawa sepatu Lo Nayaa," cerca Adel panjang lebar.
"Gue abis nimpuk dia," jawab Naya santai.
"Yaa ampun Nay bikin masalah mulu lo, heran deh gue," semprot Clara geleng-geleng kepala.
"Dia yang mulai bukan gue. Jadi jangan salahin gue lah." Naya pun menceritakan apa yang sudah terjadi tadi pagi hingga sampai membuatnya harus memakai sepatu balet. Keempat sahabat Naya tampak manggut-manggut mengerti setelah Naya menjelaskan.
"Terus gimana sama sepatu lo yang diambil tu orang?" tanya Echa.
"Besok deh gue ambil, sekarang lagi malas gue nyari tu orang," jawab Naya.
* * * * *
Naya baru saja menginjakkan kakinya kedalam rumah terdengar suara Ayahnya memanggil.
"Naya kamu ikut Ayah kebelakang dulu." perintah Hendra.
Naya mengikuti Ayahnya dengan malas. Entah apalagi yang akan terjadi setelah ini.
"Ada apa Yah?" tanya Naya to the point begitu dirinya sampai di halaman belakang.
"Dari mana saja kamu hah? Jam segini baru sampai rumah." Tanya Hendro menahan amarah.
"Pasti kamu kumpul dengan cowok-cowok gak jelas itu kan? Atau jangan-jangan kamu pergi ketempat gak guna itu lagi iyaa!" Belum sempat Naya menjelaskan apa yang terjadi, tetapi Hendro sudah menduga-duga tanpa tau apa kebenarannya.
"Apa peduli Ayah, mau Nay darimana juga bukan urusan Ayah," jawab Naya cuek.
"Kamu itu perempuan Nay! Perempuan! Jadi tolong bersikaplah sebagaimana perempuan pada umumnya, jangan jadi begajulan seperti ini. Lihatlah-"
KAMU SEDANG MEMBACA
ANAYA [On Going]
ChickLitSenyumannya itu hanyalah kepalsuan belaka. Kebahagiaannya itu hanyalah kepura-puraan saja. Semua yang terlihat tak sesuai kenyataan yang ada. Akankah ia mendapatkan apa yang seharusnya ia terima? "Kalo kalian gak tahu siapa gue, mending gak usah ngo...