Jungkook sedari kecil sudah punya panutan. Panutannya itu adalah seorang pria yang ia kagumi dari segi apapun Jungkook melihat. Nama pria itu adalah Namjoon, kakak laki-lakinya.
Dari kecil yang Jungkook tahu dia hanya tinggal berdua. Ia tak ingat presensi orang lain yang tinggal di rumah bersamanya, selain Kak Namjoon. Memang ia merasa aneh setiap kali ia bermain di rumah temannya, Taehyung. Taehyung punya dua orang paruh baya yang ia panggil ibu dan ayah. Tapi kata Taehyung, Jungkook juga boleh memanggil mereka dengan sebutan yang sama.
Namun bagaimanapun Jungkook kecil tak pernah bertanya pada Kak Namjoon, mengapa ia tak punya sosok tersendiri untuk dipanggil seperti itu. Jungkook rasa pertanyaan itu tidak perlu. Perlakuan sosok ibu dan ayahnya Taehyung yang ia lihat, sama seperti bagaimana Kak Namjoon memperlakukannya selama ini. Itu sebabnya Jungkook menganggap Kak Namjoon sebagai panutan.
Ayah Taehyung mengantar dan menjemput Taehyung ke sekolah, Kak Namjoon juga melakukan hal yang sama untuk Jungkook. Bahkan Kak Namjoon lebih hebat dari ayah Taehyung yang kadang-kadang suka terlambat menjemput Taehyung, bahkan tak jarang Taehyung ikut pulang bersama Jungkook dan Kak Namjoon. Kata Taehyung, kalau ayahnya tidak bisa menjemput, itu berarti dia sedang sibuk dengan pekerjaannya. Jungkook sering sekali kagum dan membusungkan dada pada Taehyung karena Kak Namjoon tidak pernah terlambat menjemputnya, bahkan tidak pernah absen menjemput Jungkook, walaupun Kak Namjoon pasti juga punya pekerjaan.
Ibu Taehyung sering menyuguhkan makanan saat Jungkook bermain di rumah Taehyung. Jungkook mengakui bahwa masakan ibu Taehyung sangat enak. Dan ia juga mengakui bahwa Kak Namjoon memang tidak bisa memasak seandal ibu Taehyung. Sungguhpun begitu, Jungkook tak pernah kelaparan atau kekurangan makanan. Sepulang bekerja, Kak Namjoon selalu membawakan Jungkook makanan yang enak-enak dan bervariasi setiap harinya. Kadangkala Jungkook merasa lapar di malam hari, Kak Namjoon berusaha untuk membuat sebuah hidangan untuknya. Butuh waktu lama untuk Kak Namjoon memasak, walaupun hanya mencoba memasak omelet atau mi instan. Dia sangat berhati-hati sekali menakar bahan masakannya. Ia khawatir Jungkook tidak menyukai makanan buatannya walaupun hal itu tak pernah terjadi. Setiap kali Jungkook ingin membantunya, ia menolak, katanya takut wajah tampan adiknya itu terciprat minyak yang panas.
Menginjak remaja membuat Jungkook mengalami banyak hal yang belum pernah terjadi di hidupnya, misalnya tentang hari-hari buruk yang ia alami di sekolah. Sebenarnya tidak begitu buruk, hanya saja Jungkook merasa sedih, bahkan tak jarang ia menangis. Ia menangis karena mendapat nilai rendah dalam pelajaran bahasa Inggris, walaupun Kak Namjoon sudah semalaman mengajarinya. Kak Namjoon pintar berbahasa Inggris dan Jungkook kagum. Jungkook juga pernah menangis karena dikeluarkan dari kelas sebab ia lupa membawa tugas matematika, padahal ia sudah mengerjakan tugas itu semalaman. Pun Jungkook pernah berlari pulang ke rumah sambil menangis karena ia tidak jadi dipilih menjadi atlet taekwondo mewakili sekolahnya di tingkat kota. Ia menangis karena malu pada Kak Namjoon yang sudah mengambil cuti kerja untuk menonton pertandingannya. Ia kecewa pada dirinya sendiri karena belum bisa membuat Kak Namjoon bangga. Sambil masih tersedu-sedu, Jungkook juga menggerutu karena murid pengganti yang dipilih untuk mengikuti pertandingan itu adalah anak kepala sekolah, walaupun kemampuannya di bawah Jungkook.
Kak Namjoon adalah role model pertama dan terakhir Jungkook. Jungkook selalu merasa tenang saat menghadapi masalah karena afeksi berupa sikap dan perbuatan yang Kak Namjoon berikan padanya. Kak Namjoon adalah orang yang sangat bijak. Jungkook mulai memikirkan bagaimana dunia bekerja terhadap manusia dan bagaimana kehidupan yang berlalu setiap harinya karena pemikiran yang selalu Kak Namjoon bagikan kepadanya.
Jungkook ingin juga menjadi berguna untuk Kak Namjoon. Ia juga ingin bisa menghibur Kak Namjoon saat kakaknya itu sedang sedih. Tapi itu seringkali membuat Jungkook bingung. Apa lagi kalimat bijak yang bisa ia ucapkan untuk menenangkan Kak Namjoon? Kak Namjoon sudah tahu segalanya. Buku bacaan Kak Namjoon saja sudah sangat banyak. Jungkook takut kalimatnya menjadi tidak berguna. Namun semakin ia memahami Kak Namjoon, ia sudah lumayan tahu cara memperlakukan jika kakaknya itu terlihat sedang kusut.
Semua yang Kak Namjoon butuhkan saat sedang tertekan atau kewalahan dan pikirannya berisik adalah mantra. Air wajahnya berubah cerah, pipinya terangkat, dan matanya menyipit, saat dikatakan bahwa ia telah bekerja keras, bahwa ia telah melakukan semua hal dengan baik, dan bahwa semuanya akan baik-baik saja. Namun kadang rasanya terlalu klise dan basi untuk mengucapkan mantra itu dengan cara atau kalimat yang sama.
Jungkook kembali memutar otak. Hingga pada suatu malam, ia ingin memasak makanan untuk makan malamnya dengan Kak Namjoon. Ia sengaja tak mengajak serta Kak Namjoon dengan menyuruhnya membantu. Kak Namjoon yang tadinya duduk sendiri di kursi tamu, berkutat dengan ponselnya, tiba-tiba beranjak ke arah dapur menemui Jungkook. Jungkook berusaha bersikap alami.
"Sedang memasak apa, kook? Kakak mau ikut bantu."
"Sudah hampir selesai. Tapi kentang ini rasanya agak kurang banyak. Kak Namjoon kupas dan potong seperti ini, dua buah lagi ya." ujar Jungkook sambil menunjukkan kentang yang baru saja dibersihkan.
Kak Namjoon segera mengambil pisau. Ia melihat terlebih dahulu sisi pisau mana yang tajam dan mana yang tumpul. Kemudian ia sedikit menyingkir dari Jungkook dan mulai mengupas kentang tersebut.
Jungkook melirik pekerjaan Kak Namjoon diam-diam. Sebenarnya semuanya sudah selesai. Kentangnya juga sudah cukup. Jungkook hanya ingin melihat Kak Namjoon mengalihkan pikiran berisiknya ke hal lain, untuk saat ini, ya mengupas kentang.
"Nah, sudah selesai semuanya. Mudah ya, ternyata?"
Kak Namjoon tidak ahli memegang pisau, apalagi memasak, juga tak bisa multi-tasking, jadi ketika ia sudah memberikan semua fokusnya pada kentang yang sedang ia kupas, dia bisa melupakan hal lain.
"Wah, Kak Namjoon rapi sekali potongan ini. Hebat! Lain kali kupanggil Kak Namjoon saja kalau kita memasak kentang lagi."
"Benarkah? Kalau begitu besok kita masak makanan ini lagi. Jadi Kakak bisa menunjukkan kemampuan ini lagi."
Lesung pipit Kak Namjoon telah muncul, pertanda senyum telah disunggingkan. Jungkook bahagia. Setidaknya malam ini ia sudah bisa mengusir pikiran buruk yang bersarang di kepala Kak Namjoon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cara Mengalihkan Pikiran Berisik
FanfictionKak Namjoon sudah tahu segalanya. Buku bacaan Kak Namjoon saja sudah sangat banyak. Jungkook takut kalimatnya menjadi tidak berguna. Namun semakin ia memahami Kak Namjoon, ia sudah lumayan tahu cara memperlakukan kakaknya yang sedang sedih.