Happy Reading
...Keadaan terbalik dalam sekejap, kini giliran Humairah yang mengabaikan keberadaan Langit. Melakukan banyak penolakan dan tidak peduli sama sekali dengan apapun yang dilakukan oleh Langit.
Sekarang, Langit telah memahami seutuhnya apa yang dirasakan Huamirah selama ini karena sikap bodohnya.
"Gimana kabar kamu Humairah?"
Langit meletakkan bungkusan buah yang ia bawa ke atas meja.
"Sudah lebih baik," jawab Humairah seadanya.
"Ini saya bawa buah, mau saya kupaskan gak?"
"Enggak usah, Terimakasih."
"Yaudah, kalau kamu nanti pengen makan buahnya langsung bilang aja." Langit tersenyum, sementara itu Humairah tidak memberikan jawaban dan reaksi apapun, ekspresi Humairah tampak datar.
"Kamu butuh sesuatu?"
"Enggak Mas."
"Kalau butuh sesuatu jangan sungkan-sungkan, langsung bilang aja ya Humairah."
"Iya," jawab Humairah Singkat.
"Kamu sekarang jadi irit ngomong ya?" Langit terkekeh.
"Jadi dulunya aku cerewet gitu?"
"Iya, cerewet banget." Langit menaik turunkan alisnya.
"Oh," jawab Humairah lebih singkat.
"Oh iya, kata Ummi kamu udah bisa pulang ya siang ini? Alhamdulillah banget ya Humairah, semoga nanti kalau kita udah pulang ke rumah lagi, ingatan kamu akan berangsur kembali." Langit mengalihkan topik, karena sepertinya Humairah tidak begitu suka dengan caranya bercanda tadi.
"Aku mau pulang ke Pesantren, ke rumah Abah sama Ummi. Aku belum siap Mas, tinggal berdua sama kamu sementara dalam ingatan aku, kamu masih selayaknya orang asing."
Langit terdiam, ucapan Humairah itu cukup menohok bagi Langit.
"Tapi kita kan udah menikah Huamirah, sudah seharusnya yang menjadi tempat pulang kamu adalah rumah kita."
"Tapi aku belum siap Mas, aku masih butuh waktu untuk menenangkan diri di Pesantren."
"Baiklah." Langit menghela nafas berat.
"Tapi dengan satu syarat, saya juga harus ikut ke Pesantren bersama kamu."
Humairah menganggukkan kepalanya.
"Dan aku juga mengajukan satu syarat, aku tetap tidur di kamarku. Dan Mas bisa tidur di kamar tamu."
"Hmmmm, Baiklah jika itu akan membuatmu nyaman, saya akan izinkan." Langit menghela nafas lagi.
Seperti sebauah de javu, ketika dulu kata-kata seperti itu keluar dari mulut Langit, sekarang kata-kata seperti itu dikembalikan lagi oleh Humairah.
...Langit, ikut turut serta bersama Humairah tingga untuk sementara waktu di Pesantren.
"Ummi, biar saya aja yang mendorong kursi roda Humairah."
"Oh iya Lang, boleh." Ummi Khadijah tersenyum.
"Gak usah Mas, biar Ummi aja," tolak Humairah dengan terang-terangan.
"Nduk, gak boleh gitu sama suami sendiri," tegur Ummi Khadijah.
"Gak masalah kok Ummi, kalau misalnya Humairah lebih nyaman kalau kursi rodanya Ummi yang dorong." Langit mengalah.
"Maafkan sikap Humairah yang kurang sopan sama kamu ya Lang."
"Gak perlu minta maaf Ummi, namanya Humairah masih dalam tahap pemulihan." Langit tersenyum tulus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ada Cinta
RomanceSuatu cerita klasik tentang perjodohan. Dua orang manusia yang terjebak dalam pilihan orangtua, yang menjadikan keduanya terikat secara agama dan hukum dalam ikatan pernikahan yang sah. Mereka adalah Langit dan Humairah, keduanya memiliki perbedaa...