Seruni masih duduk di kursi yg ada di peron stasiun, sedang menunggu kereta yg akan membawanya ke tujuan akhirnya, rumah.
Matanya tak henti-hentinya menyusuri setiap sudut peron.
Tak ada yg ia cari, apa dan siapa, tak ada.
Seruni menenggak lagi minuman dingin dalam kaleng yg ada digenggamannya.
"Jakarta indah, ya?"
Seruni melihat kesebelahnya, lelaki itu tersenyum, manis, bebas, ada kebebasan yg Seruni lihat dari tatapan matanya.
"Indah, tapi kejam"
Lelaki itu tertawa dan mengambil kaleng minuman dingin yg sedang di genggam Seruni.
"Memang orang mati bisa minum?"
Seruni tertawa, lalu bangkit dari duduknya dan berjalan menuju ujung peron sambil sesekali melihat kedepan, ke hamparan lampu kota sepanjang matanya memandang.
"Runi, tunggu aku"
"Aku selalu menunggu kamu Gam, aku bahkan terlalu sering menemui kamu padahal kamu yg pergi"
"Bukan itu, aku ketinggalan, pelan pelan jalannya"
"Memang orang mati butuh ditunggu?"
Seruni berhenti, menoleh ke belakang dan tersenyum.
"Memang orang mati harus ditunggu?"
Ulang Seruni, namun lelaki itu tidak ada, Seruni melihat kaleng minuman dingin yg masih ada di genggamannya.
"Memang kalau kamu mati aku harus tetap menunggu, Gam?"
"Agam? Tuh kan kamu selalu pergi, selalu begini..." Ucap Seruni lirih.
Seruni melihat tak ada siapapun di sepanjang peron ini kecuali dirinya dan seorang petugas kebersihan.
Dan, yg sekarang akan datang adalah kereta terakhir menuju Bekasi, tujuannya.
Seruni mengumpulkan kesadarannya dengan energinya yg sangat terbatas, ia bersiap, berdiri di belakang garis kuning.
Ting
Pintu kereta terbuka, Seruni masuk.
Sebelum pintu tertutup, lelaki itu, Agam, muncul.
"Runi, pulang ya, udah, jangan tunggu dan temui aku lagi"
Ting
Pintu tertutup, kereta pun melaju, membawa Seruni yg kini berusaha menahan air matanya.
"Kamu jahat Gam, kamu bebas sendiri"
***
Untuk sahabatku tersayang, yg merdeka lebih dulu dari segala kesakitan.
Kisah ini untuk kamu yg terkadang muncul dikala aku rindu, dan dikala jarak antara diriku dan kewarasan sangat jauh.
Terimakasih untuk dua belas tahun ini sudah membersamai langkah ku.
Dimulai dari kita dengan warna yg terbatas, sampai kita dengan terlalu banyak warna yg menyatu dan menghitam.Maaf aku gak datang dan berpamitan, aku kesal karena kamu merdeka duluan.
Tian, terimakasih ya.
Doaku untukmu selalu disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
KELINDAN
Short StoryKUMPULAN CERITA PENDEK Kelindan (ke-lin-dan), adalah istilah umum yang merujuk kepada empat pengertian, yakni: 1. Sebagai benang yang baru saja dipintal 2. Benang berpilin untuk menjalankan jentera atau kincir 3. Benang yang sudah dimasukkan ke dal...