CHAPTER 1 (KELUAR KOTA)

13.6K 376 13
                                    


Pagi ini, aku sibuk sekali di dapur menyiapkan sarapan buat anak-anak dan suamiku. Biasanya, selesai mereka mandi, mereka langsung bergegas menuju meja makan buat sarapan. Dan tiba-tiba dari arah belakang ada yang mencolek pinggangku. Aku yang sedang mengulek sambel, sontak jadi kaget.

"Ma, masak apa? kok aromanya wangi banget?" tanya Gadis putri bungsuku.

"Ah, kamu bikin Mama kaget aja. Ini Mama lagi masak nasi goreng," jawabku lagi.

"Kamu udah mandi belum?" tanyaku lagi.

"Ya udahlah, Ma. Udah wangi gini, itu Abang yang belum mandi," jawabnya.

"Tolong bangunin Abangmu, suruh dia mandi!" pintaku kepada Gadis.

"Ah, males. Kan susah banget banguninnya. Apalagi dingin-dingin kayak gini. Enaknya mah, gulung selimut lagi," jawab Gadis seenaknya.

"Ya udah, kalau kamu tidak mau bangunin Abangmu, kamu yang gantiin Mama buat ngulek sambel ini yah!", perintahku pada Gadis sambil menyerahkan batu ulekan ke tangannya.

"Ogah, ah. Mending aku bangunin pangeran Mama itu, daripada aku harus gantiin Mama ngulek sambel. Aku kan udah mandi, Ma," ujar Gadis sambil berlalu pergi.

Kemudian, Gadis berjalan ke arah kamar Abangnya, Dimas. Kedengaran dia mulai mengetuk pintu kamarnya sambil teriak, "Abang, ayo Bangun! Ini sudah siang."

Tapi, tetap tidak ada respon dari Dimas. Kemudian, dibukanya gagang pintu kamarnya. Ternyata, pintu kamar Dimas tidak dikunci.

"Yes, untung tidak dikunci. Akhirnya aku bisa masuk dan mengganggu Bang Dimas yang sedang tidur," pikir Gadis sambil cekikikan dalam hati.

Gadis mulai melangkah masuk ke kamar Dimas. Kamar ini sungguh sangat berantakan sekali. Terlihat baju-baju, kertas-kertas dan buku-buku berserakan di lantai. Meja belajarnya pun kelihatan tidak rapi. Kemudian, Gadis memungut secarik kertas yang sudah remuk di lantai.

"Ini kertas apa yah?" pikirnya lagi.

Dan ternyata ketika Gadis membukanya, kertas tersebut adalah hasil ulangan harian Bang Dimas. Dan alangkah kagetnya Gadis melihat nilai ulangannya Dimas yang sangat jelek.

"Pantesan kertas ini kamu remukin yah, Bang. Andaikan saja nilai kamu bagus, mungkin sudah kamu pamerkan sama Mama dan akan kamu banding-bandingkan dengan nilai ulanganku. Ternyata nilaimu jauh lebih jelek daripada nilai ulanganku," ujar Gadis sambil tersenyum di dalam hati penuh rasa kemenangan. Dan pada saat itupun Dimas masih belum menyadari kehadirannya.

Dan tiba-tiba Gadis punya ide. Dia mulai berjalan mendekati Dimas yang lagi tidur di kasurnya.

"Bang, bangun, sudah siaaang!" teriak Gadis sambil berteriak dan menarik selimut Dimas, abangnya.

"Ah, kamu resek banget seh. Aku kan masih ngantuk", jawab Dimas sambil menarik selimutnya kembali.

"Nanti dimarahin Mama, loh", ujar Gadis dan menarik selimut Dimas lagi.

"Kamu bisa nggak seh biarin aku tidur dulu. Aku ini masih ngantuk tau. Udah sana, bantuin Mama di dapur!" perintah Dimas sambil menarik selimutnya kembali.

"Bang, lihat ini deh. Aku menemukan kertas ini," ujar Gadis sambil memperlihatkan kertas yang udah remuk ke muka Dimas yang lagi setengah tidur.

"Apaan seh? Udah keluar sana!" perintah Dimas setengah sadar.

"Aku menemukan nilai ulangan matematika Abang yang dapat nilai 4", bisik Gadis pelan ke arah telinga Dimas.

Mendengar hal itu, Dimas langsung terperanjak berdiri. "Apaan seh kamu, periksa-periksa kamar orang. Mana kertasnya?" tanya Dimas sambal merebut kertas tersebut dari tangan Gadis.

Di Rumah Aja, Pa!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang