IZINKAN AKU MEMILIKIMU

39 9 6
                                    

-Ini adalah sebuah kisah cinta seorang sahabat, dan kisah ini adalah kisah khayalan saya pribadi pertama di dunia kepenulisan-

”Hai, Dikta!” teriak Alena dari kejauhan.

”Eh, kamu, Alena. Lagi ngapain kamu? Pagi-pagi udah di taman aja,” sahut Dikta.

”Lah, kamu sendiri ngapain? Aku mau ke sana beli pensil,” ucap Alena.

”Oh, aku sih jalan-jalan pagi aja. Oh iya, kamu sibuk nggak sore ini?” tanya Dikta.

”Sore ini, ya? Hm ... nggak sih. Ada apa emang, Dik?" tanya Alena.

”Aku sih maunya jalan, kebetulan ’kan ini malam minggu. Kita ke warung kopi biasa aja, mau nggak?” tanya Dikta lagi.

”Hm ... boleh deh. Nanti aku tunggu di rumah. Jemput ya, Dik," jawab Alena sambil pergi meninggalkan sahabatnya itu.

”Eh, main pergi aja, belum selesai juga ngomongnya. Okedeh, nanti kujemput!” teriak Dikta.
 

    Dikta dan Alena adalah sabahat sejak SMP. Mereka terlihat sangat dekat. Usia mereka sekarang sudah tujuh belas tahun dan sekarang mereka duduk di kelas 11 SMA bahkan mereka juga satu kelas.
      Dikta ngajak aku jalan nanti sore. Berduaan? Uh, aku harus beres-beres, dandan yang rapi yang wangi, ucapnya dalam hati sambil senyum-senyum nggak jelas. Setelah Alena bersiap-siap dengan segala persiapannya, sampailah sore hari. Dia pun duduk di teras menunggu Dikta menjemput. Hatinya sangat bahagia sekali, dari dulu Dikta memang suka ngajak dia jalan. Namun, tiba tiba ....

”Eh, btw si Dikta ngajak si Vany nggak, ya? Emm, tapi dia tadi nggak bilang kalau dia mau ngajak si Vany. Ah, tau ah! Bodo amat!” ujar Alena sambil menunggu Dikta.

”Alena, ayo!”

”Eh, udah datang aja tuh anak. Iya, tunggu dulu bentar!” ucap Alena.

”Ayo cepetan, lama  amat kaya keong!”

    Di jalan, Alena salah tingkah saat rem mendadak ketika ada polisi tidur. Helmnya pun terbentur ke helm Dikta dan hampir saja mereka jatuh dari motor itu.

”Ngapain sih rem mendadak? Kayaa nggak pernah bawa motor aja! Sakit nih jidat,” ucap Alena ketus.

”Ya, sorry ... ’kan aku nggak niat, kamunya aja yang duduknya terlalu depan!”  ucap Dikta.
Iya juga sih, aku duduknya terlalu depan, ucapnya dalam hati.

”Tuh, dah sampai. Turun!”

”Iya, ini turun! Rempong amat sih jadi cowok,” balas Alena yang masih kesal soal rem mendadaknya tadi.

”Tuh, si Vany udah datang. Yuk, samperin!” ajak Dikta.

"Oh, ada Vany? Kok nggak bilang dia datang juga?” tanya Alena.

”Kan tadi pagi kamu langsung ngabrit, padahal aku belum selesai ngomong juga. Udahlah, yuk samperin si Vany,” jawab Dikta.

    Aku kira mau ngedate malam mingguan sama kamu, Dik. Kapan sih aku dan kamu jadi kita? lirih Alena dalam hati dengan penuh harap.

”Hai, Dikta, Alena. Baru sampai, ya? Sini duduk,” sapa Vany, teman Dikta dan Alena.

”Iya,” jawab Dikta sambil duduk.

”Iya, baru sampai nih, Van. Eh, aku ke tolilet bentar, ya,” ujar Alena.

”Ok!” kata Vany.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 08, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

IZINKAN AKU MEMILIKIMUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang