12. Penelpon Misterius

381 29 14
                                    

SEBELUM MEMBACA JANGAN LUPA BACA DOA !!!
-
-
-

***

  "Nadia kemana ?" Ucap Sindy tiba-tiba membuat semua orang yang berada disana menoleh.

Mereka saling pandang dan baru menyadari bahwa Nadia tidak ada di sekitar mereka.

   "Tadi pas gue tidur, Nadia masih ada di samping gue. " Ujar Mila.

   "Dia pasti udah ngambil Nadia sekarang. Hiks. Dia itu orang jahat....Dia itu nggak sebaik yang kita pikir... Hiks." Rengek Silvi sambil menatap temannya satu-persatu.

   "Hiks. Gue ngga mau tau, gue mau pulang sekarang !! Gue mau pulang !! Gue mau pulang.... " Imbuh Silvi.

Rianda mengelus bahu Silvi yang kini bergetar menahan isak tangis. Ia tahu persis bagaimana karakter Silvi saat gadis itu berada dalam ketakutan hebat. Seperti halnya kejadian dimana Silvi pertama kali menginjakkan kaki di rumah Mak Roro.

   "Tenang, Sil. Kita pasti akan pulang secepatnya kok, lo sabar ya. " Ujar Rianda.

   "Tapi gue mau pulang sekarang Rin !! Gue takut !! Gue takut kita semua akan mati disini !! " Teriak Silvi.

   "Tapikan Tyo belum ketemu, Sil. Ditambah sekarang Nadia menghilang ngga tau pergi kemana. Kita ngga bisa pulang gitu aja dan ninggalin mereka berdua di hutan ini. " Sindy mencoba menahan amarahnya.

   "Mereka berdua itu udah ngga ada, Sin. Dia- "

   "SILVI STOP !!!" Teriak Nugro memotong ucapan Silvi. Wajahnya terlihat memerah, rahangnya mengeras tanda ia benar-benar menahan amarah.

   "GUE MOHON... JANGAN BERTINDAK SEPERTI ANAK KECIL DISAAT SAAT SEPERTI INI !! GUE TAU LO TERTEKAN, GUE JUGA PENGEN KELUAR DARI HUTAN INI SECEPATNYA !! TAPI KESELAMATAN KEDUA SAHABAT KITA JUGA NGGA KALAH PENTING, SIL !! " 

Kalimat demi kalimat itu meluncur begitu saja dari mulut Nugro. Semuanya tercengang, yang mereka tau Nugro adalah sosok laki-laki yang jarang naik pitam. Nugro selalu mengahadapi masalahnya dengan kepala dingin dan kadang dapat bertingkah konyol hanya untuk membuat teman-temannya tertawa.

   "Nugro, jaga emosi lo. Lo boleh ngomong kayak gitu ke Silvi, dia sahabat kita. " Ujar Dimas sembari menepuk bahu Nugro agar cowok itu lebih tenang. Namun Nugro menepis lengan Dimas secara kasar. Sekali lagi Dimas dibuat tak percaya oleh sikap Nugro kali ini.

   "Tapi gue ngga mau mati, Gro... Hiks. Plis gue mau pulang sekarang, Dimas gue mohon lo bujuk mereka semua, kita harus pulang sekarang, Dim.. hiks. " Mohon Silvi sambil terus terisak.

   "LO SAHABAT MACAM APA SIH, SIL ? LO PUNYA OTAK NGGA ? LO MIKIR... GIMANA KEADAAN TYO SAMA NADIA DI LUAR SANA, GIMANA KALO TERJADI SESUATU SAMA MEREKA SEMENTARA KITA MALAH PERGI DARI HUTAN INI !!"

   "SATU HAL LAGI, GUE NGGA MAU.... ORANG YANG GUE SUKA MEREGANG NYAWA CUMA GARA-GARA KE-EGOSIAN LO !!" ucap Nugro sambil menunjuk Silvi, nafasnya kini mulai tak beraturan.

Kalimat terakhir Nugro sukses membuat yang lainnya terkejut. Pria itu menyukai Nadia ? Astaga...Mereka bahkan baru menyadarinya, pantas saja Nugro bisa semarah itu saat mengetahui Nadia menghilang.

Nugro melangkahkan kakinya dengan tergesa-gesa. Urat-urat di lehernya nampak terlihat jelas.

   "Gro, lo mau kemana ?" Tanya Barok yang sejak tadi memilih diam. 

   Nugro menghentikan langkahnya di ambang pintu, "Nyari Nadia ! Terserah kalian mau ikut gue apa enggak, gue bisa nyari Nadia sendiri !" Ujarnya ketus.

RONGGENGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang