Prolog

536 36 10
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم
اللهم صل على سيدنا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين

بسم الله لا يضر مع اسمه شيئ في الأرض ولا في السمآء وهو سميع عليم

_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_*_

Manusia.
Sebuah kerangka yang tersusun terdiri dari; tulang, otot, saraf, daging dan lemak. Juga susunan milyaran sel yang mengatur satu kesatuan kerangka itu menjadi hidup, kemudian dibantu oleh ruh yang tidak pernah kita tahu bentuknya seperti apa.
Namun, manusia memiliki bagian terpenting yaitu; hati.

"Jika hati itu baik, maka seluruh perbuatan yang dilakukan akan baik".

Kurang lebih seperti itu redaksi hadits Rasulullah, yang ku ingat dari lisan guruku 6 tahun yang lalu.

Mengingat manusia yang paling dimuliakan Allah, manusia yang paling baik akhlaknya, manusia yang menjadi panutan seluruh umat, rasanya ingin sekali hati bertemu dengannya, bila mana ketenangan sudah tak ditemukan di dunia ini.

Rasulullah mengajarkan kita untuk berbuat baik dalam kekeluargaan, pilar utamanya ada pada sosok ibu dan ayah, bila keduanya baik maka akan sejahtera bahtera yang dilewati.

Bila tidak, maka sebaliknya.

Jika hidup bersama Rasul akan menghadirkan ketenangan, maka aku akan selalu merindukan pertemuan itu.

Tidak ada alasan lain bahwa hidup yang kita jalani adalah anugerah yang Allah subhanahu wa ta'ala berikan, apapun keadaannya, baik dan buruknya.

Tetapi, selalu ada pelajaran yang bisa diambil dari setiap napas manusia di seluruh dunia. Aku, kamu dan mereka semuanya memiliki kesulitan yang sama, yaitu; bertahan hidup.

Aku paham sekali bagaimana rasanya menangis tanpa suara, aku paham sekali rasanya memilih diam walau hati ingin berucap, aku paham sekali rasanya hati yang sesak dan tetap memilih untuk menangis dalam keheningan.

Semua itu adalah proses lazim yang akan dilalui semua manusia, tentu dengan keadaan yang berbeda-beda. Kita tidak sendirian untuk terus merasa bersalah.

Kisah terpendam selama 21 tahun, cukup membuat tulang-tulang ku terasa linu, karena memaksakan diri untuk terus berdiri.

Dan aku baru paham, ternyata Allah tidak memaksa kita untuk berlari, berjalan santai saja asal tetap melangkah melanjutkan hidup, walau banyak manusia latah yang ingin menambah siksaan batin kita, biarkan mereka. Karena Allah Maha Tahu, manusia mana yang bisa berlari jika sekujur tubuhnya berdarah, dan hanya Allah yang bisa menopang manusia yang sekujur tubuhnya berdarah untuk tetap berjuang walau merangkak sekalipun.

Hai kamu, semangat ya!

Rumah (tanpa) Tangga [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang