bagian tiga puluh tiga : End

424 23 5
                                    

Setelah menemani Alma bernostalgia di rumah lamanya, kini giliran Alma yang menemani Bima menyiapkan keperluannya.

Bima menceritakan semua kenangan benda di kamarnya. Kadang Alma tertawa karena beberapa benda konyol di kamar Bima dan kadang Alma menjadi sedih karena tanpa sadar membangkitkan ingatan sedih Bima tentang keluarga nya yang dulu Harmonis berubah menjadi dingin.

Alma menggenggam tangan Bima. "Kamu punya aku, nggak usah sedih lagi."

Bima mengangguk lalu memeluk Alma. "Iya, makasih sayang."

Alma melepas pelukan keduanya dan memasang wajah seolah tak suka padahal pipinya merona karena panggilan Bima barusan. "Ih, apaan sih."

"Sayang." Bima menggoda Alma lagi, menurutnya ekspresi Alma saat ini sungguh menggemaskan.

"Bim ..." Alma mengeram kesal lalu mengalihkan pandangan nya. Dan alangkah malunya Alma saat melihat Sarah berdiri di pintu sambil tersenyum.

"Tante," ujar Alma kikuk.

Sarah tersenyum hangat. "Mama seneng akhirnya kalian bisa barengan kayak gini."

"Tante ..." Alma semakin merasa bahagia memiliki mereka sekaligus sedih atas apa yang terjadi pada Sarah.

"Jangan Tante lah sayang. Panggil mama, hanya mama."

Alma menatap Bima seolah meminta persetujuan, Bima mengangguk dan tersenyum.

"Mama." Alma lalu memeluk Sarah. Sarah merenggangkan tangannya lagi, Bima mendekat dan bergabung dengan keduanya.

"Keluarga mama kembali lengkap, makasih ya Alma." Sarah mengelus Surai Alma lembut.

"Alma yang makasih ma, udah bawa Bima ke Alma."

...

Di bandara, Revan menunggu kedatangan Alma dan keluarga Bima. Ini bukan pertama kali dirinya patah hati. Tapi kali ini adalah patah hati yang melegakan untuk Revan.

Karena pada akhirnya Alma menemukan cinta yang selama ini dia harapkan. Dan sepertinya Revan harus kembali menjalani kehidupan membosankan miliknya.

Dia hanya berharap semoga suatu hari menemukan seseorang yang akan membawa cinta lagi dalam hidupnya.

"Revan." Suara Alma menginterupsi Revan.

"Eh."

Revan memaksakan bibirnya untuk membuat lengkung sempurna agar tidak membuat Alma merasa bersalah.

"Udah siap?"

"Udah." Alma mengangguk semangat seraya menunjukkan tiket dan barang bawaan mereka.

Revan tanpa sadar mengepalkan tangannya pada pegangan koper. Ternyata pura-pura baik-baik saja itu tidak mudah.

"Aku check in dulu ya."

Revan mengangguk. Setelah Alma, Sarah dan Gina pergi, Bima mendekati Revan.

"Thanks bro, buat semuanya. Buat relain dia. Gue janji nggak akan biarin dia nangis dan nggak akan ninggalin dia."

"Tepati janji buat diri Lo sendiri." Setelah mengatakan itu Revan meninggalkan Bima dan pergi menuju pesawatnya.

Bima paham itu tidak mudah untuk Revan. Bima benar-benar berdoa semoga Revan bisa mendapat seseorang yang mencintainya sebaik Revan mencintai Alma.

...

"Annyeong!" Gina berteriak begitu semangat begitu pesawat mereka mendarat di Korea. Negara impiannya.

"Mah, ayo cari oppa-oppa di drama Korea." Gina menarik Sarah begitu semangat dia seakan hidup kembali.

Alma dan Bima yang melihat itu tersenyum senang.

Alma menyandarkan kepalanya di bahu Bima. "Di drama Korea adegan ini sering banget muncul."

"Terus si cowoknya bakal usap-usap lengan si cewek."

Bima hanya tersenyum mendengar itu. Bima lalu mengubah posisinya dan memegang kedua lengan Alma.

Perlahan Bima mendekatkan wajahnya ke wajah Alma hingga nafas keduanya saling bersentuhan. Alma memejamkan matanya dengan jantungnya yang berdegup sangat kencang.

"Di drama Korea adegan kissing juga sering muncul.Iya, kan?" Tanya Bima.

Alma menjawab dengan mengangguk pelan tanpa membuka matanya. Bima tersenyum saat melihat Alma yang begitu manis.

Satu detik

Dua detik

Tiga detik

Alma membuka mata karena tak terjadi apa-apa. Yang dia lihat hanya Bima yang memandangnya penuh cinta.

"Aku punya sesuatu." Bima merogoh kantong jaketnya. Lalu mengeluarkan tangannya dalam bentuk kepalan. Tak lama jari-jari tangan itu berubah menjadi finger heart ala Korea.

"Saranghae."

"Saranghae oppa."

Tak perlu seseorang yang sempurna untuk menyempurnakan. Hanya butuh dia yang bisa mengerti dan memahami.

Kisah mereka memang tak se apik drama Korea. Tapi bagi mereka kisah mereka adalah yang terbaik. Karena mereka adalah pemeran utama dari kisah mereka.

Dan yang terbaik dari sebuah kisah adalah akhirnya. Dimana mereka bisa bersama-sama dengan orang-orang yang mereka cintai.

End.

"Terimakasih sayang, sudah mengalah dengan ego dan membiarkan ku memilikimu seutuhnya."
-Bima Ragatta

___________________________________

Terimakasih sudah membaca cerita amatir ini.

Ternyata menulis tidak semudah menyalin tugas rangkuman sekolah. Butuh waktu satu tahun untuk menyelesaikan cerita yang biasa-biasa saja ini.

Lawan terburuknya adalah rasa malas. Padahal 20 bab pertama cerita ini hanya butuh waktu satu bulan.

Author secara pribadi mengucapkan terimakasih sudah membaca cerita ini sampai akhir.

See you next time di cerita baru aku.

..................

Kira-kira butuh epilog nggak ya? Atau sequel? Masih ada yang bingung sama alurnya? Atau teka-teki nya?

Atau cerita nya Revan? Haha kali aja kan ada yang mau cerita tentang Revan.

Ada pertanyaan?

Ada saran buat author?

Atau buat pemerannya?

Bima?

Alma?

Revan?

Alina?

Lainnya?

Romansa SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang