8 | That's love

1.4K 182 25
                                    


- BOURNE -

▪️▪️▪️


Hana dan sungjin terlihat menenteng sebuah koper keluar dari kamarnya. Jungkook tebak pasti kedua orang tuanya akan pergi berkunjung ke rumah nenek yang berada di busan. Ya, setiap akhir musim pasti mereka akan berkunjung. Jungkook sangat ingat ibunya pernah berkata bahwa, bagi semua orang tua di dunia ini, tidak ada yang lebih bahagia selain melihat anak dan cucu berkunjung untuknya. Apa yang hana katakan itu benar, yang bisa di lakukannya hanyalah menghibur mereka di hari tuanya.

Jungkook menatap jongsan yang kini menghirup susu di tangannya. Jungkook lalu mensejajarkan dirinya di depan jongsan, "Jongsan-ah, katakan pada halmoni, hyung akan berkunjung bulan depan"

"Hyung tida itut?" Tanya jongsan yang masih belajar bicara.

"Tidak, besok hyung harus ke sekolah.."

"Ha..jima.. hyung haluth pelgi belthamaku" rengek jongsan membuat jungkook tertawa. Rasanya menyenangkan mempunyai adik yang jaraknya sangat jauh darinya.

"Jungkook-ah.." panggil sungjin-ayah jungkook.

"Ya?"

Sungjin lalu menyodorkan sebuah kunci pada jungkook, "Ini kunci mobilmu. Mulai sekarang kau bisa menggunakan mobilmu, jangan repotkan jaehyun lagi" ucap sungjin pada putranya.

Jungkook hanya bisa tersenyum senang. Akhirnya kepemilikan atas mobilnya kembali, "baiklah, terimakasih Appa"

"Jongsan.. ayo kita berangkat" panggil hana lembut membuat jungkook dan jongsan menoleh bersamaan.

"Ne eomma" jawab anak kecil di samping jungkook. Sebelum jongsan pergi, jungkook mengelus puncak kepalanya dengan gemas. Jongsan lalu berlari dalam pelukan hana. Mereka sudah siap untuk berangkat.

"Jungkook, Kau ingat pesan eomma?" Tanya hana.

"Hmm araseo, Eomma" jawab jungkook. Tidak boleh pulang larut malam, jungkook mengingat pesan hana dengan baik. Lagipula jungkook bukan tipe orang yang suka pergi ke club atau semacamnya. Tak lama kemudian mobil yang membawa keluarganya itu mulai menjauh.

▪️▪️▪️


Sinb terkejut menatap tumpukan buku yang baru saja diberikan baek saem di atas mejanya. Tak hanya sinb, jisoo juga menatapnya tak percaya.

"Bukankah itu bagus?" Ucap jisoo melirik sinb.

"Kau satu-satunya yang terpilih untuk mengikuti olimpiade di kelas ini untuk mewakili sekolah" kata jisoo membuat sinb bingung.

Sebenarnya sinb malah menjadi agak takut, karena biologi bukan pelajaran yang mudah seperti yang orang lain pikirkan. Jika matematika memiliki rumus dan cara penyelesaian yang nyata, beda halnya dengan biologi yang memerlukan pemahaman yang mendalam soal morfologi, anatomi, dan hal lainnya yang berkaitan.

"Yak, itu artinya kau berhasil mengalahkan yerim" ucap jisoo

"Mungkin yerim mengikuti bidang studi lainnya?"

"Ani. Dia benar-benar tidak ikut tahun ini. Aku juga tidak tahu kenapa, agak aneh.. tapi itu faktanya" kata jisoo sambil memainkan rambut kuncir kudanya.

Sinb hanya terdiam mendengar sambil berpikir alasan kenapa yerim tidak ikut kali ini. Apa mungkin sekolah tidak merekomendasikannya? Itu tidak mungkin. Dari semua siswa siswi berprestasi, yerim menjadi salah satu yang diutamakan. Jadi kemungkinan tadi itu tidak masuk akal. Atau mungkin ada hal lain, sinb tidak ingin pusing memikirkan itu sekarang karena mengingat kompetisi pianonya sudah didepan mata.

BourneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang