Initially

77 9 2
                                    

Hai kamu!
Bagaimana kabarnya?
Semoga kamu baik-baik saja disana.

Jangan tanyakan bagaimana kabar hatiku karena pasti kau sudah tau jawabannya.

Apa kau tau?
Aku masih menunggumu disini.

Cepat pulang!
Kembalilah kerumahmu ini iya rumahmu. Aku sudah menerima jika kau memanggilku rumahmu.

Ayo kembalilah!
Ketempat yang seharusnya kau jadikan sandaran ini.

Aku mengakui apa yang dikatakan Dilan kalau rindu itu berat. Tapi bedanya kau tidak menawarkan agar kau saja yang menanggung beratnya rindu ini.
Ah yasudah lah.
Kita tanggung rindu ini bersama saja agar adil.

Ku ulangi lagi,
Cepat lah pulang agar rindu ini tak terlalu berat nantinya.

—dariku, rumahmu.

Kututup buku bersampul merah itu. Buku itulah yang kupakai untuk mencurahkan segala kerinduanku kepada seseorang.

Ah anggaplah aku bucin karena memang kenyataannya seperti itu. Mengingat seseorang yang kita sayang pergi meninggalkan kita itu ternyata sangat sakit. Entah sudah beberapa kali aku menangis sampai rasanya air mataku sudah bosan untuk keluar.

Kupejamkan mataku, untuk mengingat kenangan indah saat masih bersamanya,

"Apa keinginan kamu dimasa depan lagi", lelaki disampingku tersenyum manis saat mendengar pertanyaan dariku.

"Hmm, yang pertama aku ingin membahagiakan orang tuaku", ucapnya sambil menatap langit gelap bertabur bintang.

"Terus apa lagi?"

"Mengejar cita-cita ku", mata nya yang berbinar menandakan betapa inginnya dia mengabulkan cita-citanya itu"

"Cuman dua itu keinginan kamu?"

"Sebenarnya ada satu lagi"

"Apa itu?", ucapku sambil melihat kearahnya.

"Menikah denganmu dimasa depan",

Aku mendengus saat mendengar jawaban darinya yang membuat jengkel. "Heol, gak usah gombal. Kamu bukan Dilan"

"Aku sungguh sungguh heh!"

"Kamu gak kesurupan kan?", ucapku selidik. Siapa tau dia kesurupan si tukang gombal, Jaemin.

"Imanku kuat, gak pernah kesurupan"

"Memang kamu berani bilang sama Papa?"

"Ya beranilah, tapi tunggu kalau aku udah sukses ya?", ucapnya lantang penuh keyakinan.

"Oke aku tunggu kamu menepatinya, janji?", ucapku sambil mengangkat kelingking ku.

"Janji", kelingking kamu pun bersahutan.

Tapi janji hanya janji.

Bertemu kembali dihari yang cerah itu, denganmu yang sedang menggendong seorang bayi dan seorang perempuan cantik disebelahmu.


▄▄▄▄▄▄▄▄▄▄▄▄▄▄▄▄▄
Gimana? masih mau baca sampai selesai.
Gomawo untuk yang menyempatkan diri baca cerita ini.

WISHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang