Anjani

35 11 3
                                    

⊹  ·  ✧ Oneshot Plot

*Dianjurkan sembari mendengarkan lagu

Bolbbalgan4 - Lonely

     "Mas ... Mas akan pulangkan? Tanyaku dengan cemas.

     "Mas akan pulang anjani. Mas berjanji setelah perang melawan Belanda berakhir, kita dan calon anak kita akan pergi ke ibukota lagi," sambil memegang kedua pipiku yang tirus, tangan kasarnya yang terasa lembut di wajahku, dan tatapannya melihat ke dalam diriku dengan tenang. Ia tersenyum meyakinkan dan menenangkan kecemasanku.

     Ia mengeluarkan sebuah bungkusan lalu menyodorkan ke aku, "selamat ulang tahun rahayu anjani puspitaku yang ke dua puluh tiga tahun. Semoga kamu kian sehat, lalu calon anak kita bisa lahir dengan selamat dan kelak menjadi anak yang pintar, soleha, rajin beribadah, dan taat kepada ibunya, dan kamu berserta anak kita selalu mencintai mas."

     Aku hanya membalasnya dengan tersenyum dan memeluk erat sang pemilik hatiku.

     "Berjanjilah kamu akan pulang, entah kapan atau kondisi yang seperti apa, aku tidak peduli. Mas harus kembali."

     Kini ia memeluk diriku dengan erat, "Mas janji."

     "BUDI!!! AYO CEPAT KOMANDAN SURIPTO SUDAH MEMANGGIL!!!" teriak salah satu prajurit di depan rumah kami.

     "Mas pergi dulu anjani, jaga dirimu jika ada apa-apa pergi ke rumah ibu ok?" ia mengecup bibirku lalu perlahan melepaskan pelukan.

     Aku menahan air mata yang sudah bergelimang, "hati-hati mas, semoga Allah bersertamu dan Indonesia bisa merdeka secepatnya."

     "Terima kasih anjani, sampai jumpa nanti. Aku mencintaimu."

Aku terduduk jatuh, menangis.

     Tiga bulan kemudian, aku melahirkan. Aku memberi nama anakku Putra Agung. Dia mirip sekali dengan ayahnya dan aku memeluk putraku sembari berdoa 'kelak kamu akan seperti ayah yang bisa melindungi ibu dan semoga mas cepat pulang.'

     Dua tahun kemudian, mas belum kunjung kembali tetapi ia memberi kabar, 'Anjaniku sayang, mas sehat dan tentara Belanda mulai mundur dari Jayakarta. Apa putraku sehat? bagimana dia? apa dia mirip aku yang perkasa dan tegas? apa dia tumbuh sehat? semoga dia mempunyai sifat setia sepertiku hahaha. Aku merindukanmu, Anjani."

     Aku membalas suratnya dengan hati gembira akhirnya ada kabar dari mas tetapi hatiku masih cemas karena ia masih di pertempuran.

     Hari kian berganti, aku masih menunggu di tempat yang sama setiap hari, di jam yang sama, dan keadaan yang sama. "Semoga mas pulang hari ini dengan selamat."

     Putra kecil, ia sering bertanya 'ibu, ayah dimana? bagaimana kabarnya? ayah kangen ibu dan putra tidak?' pertanyaan ini selalu berhasil membuat air mataku turun. Aku hanya memeluknya dan berkata, "ayah sedang membela negara nak, ayahmu baik-baik saja, dan ayah pasti kangen kok buktinya ayah masih mengirimi surat untuk kita."

     Dua Belas tahun setelah mas meninggalkan rumah ini, ia masih bertempur dan aku masih menunggu di tempat dan posisi yang sama saat ia meninggalkan aku.

LonelyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang