19. Lagi Gak Tau Arah

48 9 0
                                    

Happy Reading


◽◽◽

Malam ini rencananya, keluarga Dion itu akan pergi makan di luar. Namun, rencana itu batal seketika karena kedua orangtua Dion harus pergi karena urusan pekerjaan.

Rasanya susah sekali bagi Dion untuk bisa berkumpul dengan kedua orangtuanya. Berkumpul saja, keluarga nya masih sepi karena hanya bertiga. Apalagi saat kedua orangtua nya pergi, hanya ada Dion di rumah. Meski ada Bibi, sang asisten rumah tangga.

Siang tadi saat ia pulang mendadak atas suruhan Mamah nya, Dion memang kaget saat mendapati di rumahnya ada Papah nya. Pasalnya, pria paruh baya itu beberapa waktu lalu berada di luar negeri.

Dan secepat itu, malam ini ia harus berpisah lagi dengan kedua orangtua nya.

"Bi, Bibi!"

Panggil Dion pada Bik Yani sambil memakai jaket biru tua miliknya. Ia tengah berjalan di tangga.

"Bibi di mana?"

Tanya Dion mencari keberadaan asisten rumah tangga nya itu. Ia sampai di lantai bawah dan menatap sekeliling dapur.

"Bibi di sini! Aden mau pergi ke mana malam-malam begini?"

Ujar Bik Yani setelah beberapa menit Dion sampai di lantai bawah. Wanita yang usia nya sudah menginjak kepala lima itu muncul dari dalam kamar.

"Dion mau pergi ketemu temen-temen dulu, Bik."

"Aden gak mau makan dulu? Biar Bibi masakin."

Rencana awal yang hendak makan di luar bersama kedua orangtua Dion itu membuat Bik Yani mengurungkan niatnya memasak sejak sore hari nya. Itupun atas perintah nyonya besar, Mamah dari Dion.

Dion menggelengkan kepalanya sembari mendekat pada Bik Yani. Ia mengulurkan tangan nya pada wanita itu.

"Makan di luar aja, biar Bibi gak capek-capek masak. Nanti kalau sampe jam sepuluh Dion belum pulang, Bibi tidur aja, gak usah nunggu Dion pulang."

"Jangan malam-malam pulangnya, Den."

"Dion usahain cepet pulang ya, Bik."

Lelaki itu menyalami Bik Yani. Wanita yang sudah ia anggap sebagai ibunya sendiri. Sejak kecil, ia lebih banyak menghabiskan waktu dengan asisten rumah tangga nya itu.

◽◽◽

Malam ini, Dion tidak tau kenapa dirinya bisa sampai di tempat ini. Tak ada janji untuk bertemu seseorang di sini, atau bahkan latihan.

Tapi, saat ini ia menginjakkan kaki nya di sana. Di dalam memang ramai, tapi ia tak tau ada siapa saja. Ketiga sahabatnya itu bahkan tak ada kabar, kapan akan memulai latihan kembali.

Dion duduk di bangku tepi lapangan futsal. Memasukkan kedua tangannya di dalam saku jaket sambil menatap mereka yang sedang sparing di lapangan. Yang Dion lihat, mereka bukan seumurannya, beberapa tingkat di bawahnya.

"Wehh, bro! Lo yang waktu itu menang tanding futsal di Gor Jlatri 'kan?"

Melirik seseorang yang tiba-tiba duduk di sebelahnya, Dion berusaha mengingat wajah orang itu. Kenal atau tidak, tapi ia rasa dirinya itu tak mengenal lelaki di sebelahnya ini.

"Lo siapa ya?"

Tanya Dion.

"Gue Bagas, anak SMA sebelah SMA lo, SMA Nusa Bangsa 'kan?"

Akhirnya mereka berkenalan, Dion menjabat tangan lelaki itu.

"Gue, Dion."

"Lo lagi nunggu temen lo buat main atau--- "

See You [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang