"Because you're a coward demon bastard"
Ucapan ini menyulut emosi Decan. Decan segera mengambil pisau lipat dari kantong belakang celananya. Gadis ini tersentak, siapa yang memperbolehkan siswa membawa senjata tajam? Demikian juga Dhea dan Moe.
"Hahaha... lo gak bisa kemana-mana lagi, Althea." Kata Decan.
Althea yang tadi memukul Decan kaget bahwa laki-laki ini mengenal namanya.
"Oh gue tau semua tentang kalian. Lo Althea, murid baru di sekolah, dan sekarang udah berani ngelawan gue. Asal lo tau, gue anak donatur sekolah. Gue bisa lakukan apapun yang gue mau, termasuk ini"
Decan mulai berlari mendekati Althea sambil memegang pisau lipatnya. Pisaunya hampir saja mengenai perutnya tubuh Althea kalau dia tidak menggeser badannya. Lalu ia merasa nyeri di tangannya. Setelah dilihat, ternyata tangannya terkena goresan dari pisau itu. Sepertinya cukup dalam, karena darah yang keluar cukup deras. Amarahnya tersulut.
Althea mengambil tangan Decan dan menekuknya hingga Decan mati kutu. Tubuh Decan ia jatuhkan ke lantai gedung olahraga degnan tangan menekuk di belakang. Althea mengambil pisau yang dipegang lalu melemparnya sejauh mungkin. Decan akhirnya mulai merasa terkalahkan. Kepalanya tertunduk malu.
Althea mengambil tali yang kebetulan tersedia di dalam gedung olahraga, lalu mengikat tangan Decan dengan ketat.
Althea lalu memanggil Dhea. "Lo. Telepon kepala sekolah sekarang juga." Dhea segera melakukan apa yang gadis di depannya suruh.
Althea mengeluarkan kertas dan pena dari dalam tasnya kemudian mengambil pisau lipat milik Decan. Ia kemudian menulis di kertas tersebut.
Dear Mr. Principal
Seperti yang anda lihat sendiri, seorang anak donatur tertidur di lantai dengan tangan di belakang terikat. Saya tidak akan bertele-tele. Decan adalah seorang siswa yang memiliki masalah psikologi. Baru-baru ini, dia melakukan kekerasan fisik kepada perempuan, Decan mencekik leher Adhea, Ia mendorong Moe dengan keras hingga terduduk, dan Decan hampir membunuh saya dengan pisau lipat.
Peraturan anda tidak berpengaruh terhadap siswa seperti Decan. Ia bahkan berani membawa pisau lipat didalam kantongnya. Kalau anda tidak percaya silakan cek di kantongnya dan tanya dia. saya sarankan anda jangan terlalu lembut terhadap siswa-siswi seperti Decan. Tolong bantu dia, saya tahu ini bukan salahnya sepenuhnya.
"Kepala sekolah otw ke sini." Dhea baru selesai menelpon kepala sekolah dan berkata kalau kepala sekolah dalam perjalanannya ke gedung olahraga.
Althea mengangguk. "Bawa temen lo ke uks. Dorongan Decan tadi berbahaya kalo sampai kena tulang ekornya."
Dhea berjalan ke arah Moe yang masih terbaring. "Moe? Lo gak papa kan?"
"Pinggang gue sakit." Jawab Moe. Lalu, Dhea membantu Moe untuk berdiri. Setelah bisa, mereka lekas berjalan menuju UKS. Saat mulai berjalan, Dhea teringat sesuatu. Ia membalikkan badannya lalu melihat Althea sedang terduduk di bangku penonton sambil memegang tangannya.
"Hey, tangan lo..."
Althea menoleh kembali. "Bawa teman lo ke uks. Cepat. Gue baik-baik aja."
Dhea merasa Althea berbohong, namun Moe adalah prioritasnya sekarang. Ia menoleh ke belakang sekali lagi memastikan gadis itu baik-baik saja, lalu segera membawa Moe ke UKS.
Sepanjang jalan ke UKS, pikirannya tak pernah berhenti memikirkan gadis tadi. Saat gadis itu memeluknya mencoba membantunya melawan si gila Decan, entah kenapa hatinya tak mau berhenti menggebu-gebu setiap kali ia melihat gadis itu. Tanpa sadar, wajah Dhea memerah. Moe meliriknya lalu bertanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HIDING
Teen Fiction2 manusia dengan latar belakang yang berbeda. Berapa kemungkinannya mereka bertemu? Yang satu selebriti remaja yang sedang naik, dengan keadaan sempurna, wajah, harta, keluarga, sahabat. Yang satu manusia biasa, tanpa ada istimewanya. Itu yang dipik...