BAB 17

6.5K 542 75
                                    

Setelah Syrena berlari masuk ke dalam apartemennya, Kyra masih menunggunya di dalam mobil, tapi setelah satu jam lamanya, putrinya itu masih belum turun atau mengucapkan kata maaf dan sebagainya. Karena memang, jika Syrena seperti itu dulu, dia akan menghubungi Kyra untuk sekadar meminta maaf, tapi tidak ada.

Kyra mencoba untuk menghubungi Syrena, tapi gadis itu tidak mengaktifkan ponselnya dan itu membuat Kyra mengusap wajahnya gusar.

"Nyonya, anda ingin tetap di sini?"

Suara Lando setelah satu jam lamanya tidak berbicara membuat Kyra melihatnya. Sepertinya Kyra tidak akan bisa membujuk Syrena, apalagi apartemen ini memiliki keamanan yang ketat sehingga membuat Kyra tidak tahu harus melakukan apa.

"Kita kembali ke rumah Regan."

"Baik, Nyonya."

Selama perjalanan, fokus Kyra hanya tertuju ke luar jalanan Jakarta yang macet. Dilihatnya kendaraan pribadi yang berlalu lalang dengan tujuannya sendiri.

Ketika tiba di lampu merah, Kyra membuka sedikit jendela mobilnya untuk membiarkan udara masuk karena dia terlalu sesak berada di AC mobil sepanjang hari sejak dari Bandung. Meskipun polusi di tempat ini tidak baik untuknya, tapi dia akan menghirupnya untuk sekali agar tidak terlalu kecanduan dengan pendingin.

Ketika Kyra akan menutup jendel mobilnya, kedua matanya menangkap sosok perempuan yang tidak asing di bagian belakang mobil yang parkir di sebelahnya. Kyra menyipitkan matanya dan dia tidak tahu apakah itu adalah orang yang sama atau tidak.

"Lando," panggil Kyra kemudian.

"Ya, Nyonya?"

"Apa kamu masih ingat Rena?"

"Maksud Nyonya, Rena yang dulu---"

"Iya, bagaimana kondisinya setelah bertahyn-tahun ini?"

"Terakhir kali, sebelum pencarian berakhir, perempuan itu tidak pernah terlihat di Indonesia. Kartu kreditnya bahkan tidak pernah digunakan saat itu."

Kyra mendadak diam. Mungkin dia salah lihat. Tidak mungkin perempuan itu adalah Rena. Lagipula ini sudah puluhan tahun berlalu. Kyra mungkin sudah lupa dengan wajah Rena yang sebenarnya.

Meskipun Kyra ingin menemukan Rena, tapi Kyra berharap bahwa perempuan seperti Rena tidak akan muncul di dalam hidupnya dan hidup keluarganya.

"Nyonya, Tuan menelepon."

Lamunan Kyra buyar dan dia langsung melihat ponselnya, ternyata Kenzo menghubunginya sebanyak dua kali. Sembari mengambil ponsel Lando, Kyra memasukkan ponselnya kembali ke dalam tas.

"Ada apa?"

"Kamu di mana? Ezra di UGD sekarang."

"UGD?" Kening Kyra berkerut. "Apa yang terjadi?"

"Aku nggak lihat tadi, dia salah makan dan alerginya kambuh."

"Astaga, Kenzo. Di UGD mana? Aku sekarang ke sana."

"Di RS Pelita."

"Oke, jaga Ezra baik-baik."

Setelah menutup telepon, Kyra meminta Lando ke rumah sakit yang dimaksudkan oleh Kenzo dan setelah tiba di sana, Kyra langsung berlari ke UGD dan menemukan Ezra yang sedang dirawat oleh para dokter.

Deru napas Kyra hampir tidak stabil. Leher Ezra merah-merah dan cucunya itu tampak kesulitan bernapas.

"Dia bik-baik aja kan, Dok?"

"Kami sudah memberikannya Epinephrin, dia akan baik-baik saja. Tapi lain kali, tolong makanannya dijaga."

"Baik, terima kasih, Dok," ucap Kyra pada dokter muda yang ramah itu. Ketika dokter itu pergi, Kyra langsung berjalan ke arah Ezra dan membelainya dengan lembut.

"Kenzo, kamu---"

"Oke, aku salah, maaf," jawab Kenzo yang membuat Kyra menggelengkan kepalanya dan menggenggam tangan Ezra.

"Gimana kondisi Ezra?"

Kyra menolehkan kepalanya dan dia melihat Regan muncul dengan napasnya yang terburu-buru.

"Dia bakal baik-baik aja," jawab Kenzo. "Padahal aku udah minta kamu untuk jangan datang."

"Maaf," ujar Regan yang berjalan ke sisi Ezra lainnya dan menggenggam tangan putranya itu.

Kyra yang melihat kehadiran Regan hanya bisa mengembuskan napas dan berkata, "Kamu lagi kerja, kan? Sebaiknya kamu kembali. Biar kami yang jaga Ezra."

"Aku baik-baik aja---"

"Kami lebih telaten merawatnya," potong Kyra. "Syrena juga pernah ngalamin ini."

"Ky...."

Kyra mengabaikan panggilan Kenzo dan terus berkata, "Kamu sebaiknya kembali bekerja. Dengan begitu projekmu akan segera selesai."

Melihat dari mata Regan, Kyra tahu jika pria yang ada di hadapannya tidak ingin pergi dari sisi Ezra sedikitpun.

"Regan," panggil Kyra ketika perkataannya tidak diserap oleh Regan.

"Bukannya Kakak mau bawa Syrena pulang? Aku pikir ada baiknya kalau Kakak---"

"Ezra cucu saya," sahut Kyra. "Kesehatannya adalah prioritas utama. Prioritas kamu adalah bekerja dengan cepat dan meninggalkan Indonesia."

"Kyra," panggil Kenzo, tapi Kyra tidak meresponnya lagi.

"Kamu tahu kondisi Syrena akan lebih buruk jika dia denganmu. Kamu sudah menghancurkan hidup Syrena. Kamu membuatnya kehilangan mimpi, hidup dan semuanya. Seharusnya dari kejadian itu kamu bisa mikir untuk nggak kembali ke Indonesia---"

"Ky, udah cukup. Ini rumah sakit. Kita fokus ke Ezra aja sekarang."

Kyra menghela napasnya, kemudian dia mengusap wajahnya dan kembali menatap Regan yang menunduk sendu menatap Ezra.

"Kamu masih cinta kepada Syrena?"

Regan menoleh, menatap Kyra yang serius memberikannya pertanyaan.

"Kalau kamu cinta dengan Syrena, kamu nggak akan ngebuat dia ingat hal itu."

"Kak---"

"Apa kamu nggak akan nikah? Usia kamu udah dewasa. Cari perempuan seusiamu dan menikahlah. Dengan begitu Syrena nggak akan dekat kamu lagi."

"Kyra, cukup."

"Kamu juga, Ken!" ucap Kyra. "Segera carikan suami untuk Syrena. Dia harus menikah dan melupakan traumanya secara permanane."

Setelah Kyra mengatakan itu, tidak ada lagi yang bersuara. Entah itu Regan atau Kenzo, mereka diam karena apa yang Kyra ucapkan.

Hingga akhirnya, selang beberapa detik, Regan berkata, "Jodohkan Syrena dengan Eros. Mereka pernah pacaran. Ini mungkin yang terbaik untuk mereka."

Dan Kyra melihatnya, bagaimana mata Regan yang menyimpan air. Dari kedua mata itu saja Kyra bisa tahu jika Regan belum melupakan Syrena.

Hi, Syrena [Sequel Hello, Ky]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang