15. Maaf ?

407 31 2
                                    

TERIMA KASIH UNTUK KALIAN YANG SUDAH MELUANGKAN WAKTU UNTUK SEKEDAR MEMBACA CERITA ABSURD KU.
Biasakan membaca doa sebelum memulai cerita ini !
-
-
-

Semilir angin sejuk membuat pepohonan menari dengan daun-daunnya yang mulai berguguran. Menerpa wajah ayu yang kini tengah duduk termenung dengan pikiran yang tak tentu arah. Langit yang cerah tanpa awan hitam seakan tengah mengejek kesendiriannya.

Rianda menyelipkan anak rambutnya, raut wajahnya terlihat muram seakan bobot masalahnya begitu berat. Ia duduk menyendiri di bawah sebuah pohon yang berada tak jauh dari rumah Mak Roro. Pikirannya berkelana mencari titik solusi agar tali persahabatan bisa terjalin seperti dulu.

Kini, waktu seakan merebut teman-temannya satu persatu. Mengubah sifat mereka menjadi sosok asing yang sama sekali tidak ia kenal. Kejadian demi kejadian janggal datang silih berganti semenjak mereka menapakkan kaki ke hutan ini. Andai waktu bisa berputar kembali ke masa lalu, mungkin ia akan meminta teman-temannya untuk berkunjung ke tempat lain yang jauh lebih aman.

   "Ingat pesan kakek ! Jangan pernah memasuki kawasan hutan Ronggeng ! Kalian belum mengenal seluk beluk hutan larangan itu ! "

Pesan dari kakek Marno--kakeknya Mila, kembali terngiang di benak Rianda. Satu pertanyaan muncul di otaknya. Mereka tidak memasuki kawasan hutan ronggeng, lalu mengapa berbagai kejadian mistis tetap menimpa mereka semua ?

Seingat Rianda, selama perjalanan memasuki hutan ini ia tidak melihat plang ataupun perbatasan yang bertuliskan 'kawasan hutan ronggeng'.  Lalu mengapa.....

   'Arini....'

Rianda menahan nafasnya, menoleh kesana kemari mencari sumber suara yang baru saja masuk ke indra pendengarannya, hingga membuat pikirannya buyar seketika. Tapi tidak ada siapa-siapa disini selain dirinya.

Ditambah, suara bisikan itu berbarengan dengan hembusan angin yang bertiup kencang seakan hutan tengah membuang nafasnya secara kasar.

Detak jantungnya berdegup tak karuan, keringat dingin mulai membasahi dahi dan pelipisnya. Rianda berharap bisikan yang baru saja ia dengar hanyalah halusinasinya semata, tapi hembusan angin yang ia rasakan apakah bisa dikatakan sebagai halusinasi ? Ahh !! Kemana Rianda yang dulunya  pemberani, mengapa ia menjelma sebagai gadis cengeng seperti ini ?

Tubuhnya jadi semakin bergetar tatkala ia merasakan sentuhan di pundak kanannya. Rianda membalikkan badan, beberapa detik kemudian ia bisa bernafas lega karena Mila dan Sindy yang sudah berdiri di belakangnya.

   "Lo kenapa sih, Rin ? Kayak abis kepergok maling aja, " desis Sindy saat melihat ekspresi terkejut Rianda.

   'Kalo gue cerita...apa kalian akan percaya sama cerita gue, atau kalian akan menganggap gue berhalusinasi lagi ?' -Rianda bergumam di dalam hati.

   "Rianda !! Kok malah bengong ?" Tanya Mila sambil mengguncangkan bahu Rianda.

   Rianda menatap Mila dan Sindy bergantian, "Hah !! Enggak, gue nggak pa-pa. Cuma kaget aja pas kalian datang. "

   "Kalian ngapain disini ? Silvi siapa yang jagain ?" Tanya Rianda mengalihkan pembicaraan.

   "Dimas sama Barok ada disana, Nugro juga. Kita mau ngomongin sesuatu sama lo, Rin. " Jelas Mila.

   Rianda mengerutkan dahinya, "Ngomongin apaan ?"

Sindy mengambil posisi duduk di akar pohon yang lumayan besar, lalu memberi kode agar keduanya juga melakukan hal yang sama.

RONGGENGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang