Chapter 6 : Penjahat yang aneh

312 30 1
                                    

   Pagi tadi Felicia sudah baikan dengan Abra Menurutnya itu suatu keajaiban mengingat Abra yang tak ada angin tidak ada hujan mengizinkannya melakukan sesuatu.

   Ya itu pagi tadi Felicia masih bisa tersenyum tapi dari siang sampai sore ia tak bisa diam, dia masih kesal dengan Alan, apa pria itu tak berniat menghubunginya?

   "Ah sudahlah ini menyebalkan!" seru Felicia lalu menelungkupkan wajahnya diatas meja.

   Handphone Felicia berbunyi tanpa mengetahui siapa yang menelponnya Felicia segera mengangkat telpon tersebut.

   "Assalamualaikum ya hallo, dengan Felicia di sini," ucap Felicia lelah.

   "Bu Bos tolong dong, Alan lagi gila nih masa dia banyak ngebunuh anak buahnya," ucap orang disebrang sana memohon Gerant.

    "Anak buah dia kok suka-suka dia dong udah ya, aku sibuk wassalamualaikum," ucap Felicia lalu memutuskan panggilan telponnya sepihak.

    Felicia menghela napasnya lelah lalu pergi kekelasnya segera mengambil tas miliknya dan berjalan menuju parkiran dengan memutar-mutar kunci mobil miliknya.

    Ngomong-ngomong hari ini ia akan pulang sendiri mengingat Neron yang masih latihan basket padahal mereka sudah berada di kelas XII, tapi biarin aja sedangkan Celin dan Celena mereka udah duluan dengan sopir yang menjemput dan Baim serta Fani mereka udah pulang berdua entah mau ngapa, Felicia gak ngurus urusan kedua adiknya itu.

    "Yo Nona, bagaimana kabarmu?" tanya seseorang membuat Felicia menoleh mendapati Cakra yang kini tengah bersandar pada motor yang mungkin saja miliknya.

   "Saya baik-baik saja, kenapa Pak Ajun Inspektur bisa ada di sini?" tanya Felicia memandang bosan pada Cakra.

   "Hanya ingin mengetahui sesuatu darimu, kalau aku ingat empat hari yang lalu waktu itu kau tampak akrab dengan pembunuh itu. Apa hubunganmu dengannya?" tanya Cakra dengan mengintimindasi.

   "Aku pernah menangani kasusnya dan lagi kalau kau ingin mengetahui pendapat dari detektif profesional sepertiku datanglah nanti malam di universitas A jam 11," ucap Felicia masuk ke mobilnya lalu segera menghidupkannya dan pergi.

   "Anda harus bersyukur, dia baru menyelamatkan Anda," ucap Neron yang tiba-tiba berada di dekat Cakra.

   "Apa maksudmu?" tanya Cakra.

   "Pikirin aja sendiri, lagian setelah kasus ini gue harap lo gak dekat-dekat sama Cia, dia udah ada yang punya," ucap Neron tegas lalu segera pergi.

    Cakra menaiki motornya lalu juga segera pergi dengan pikiran bingung memenuhi otaknya, Felicia dan orang-orangnya...bukankah gadis itu terlalu misterius?

****

Felicia POV

    Hah sampai akhir haripun dia tak menelponku itu menyebalkan! Aku benci jika didiami seperti itu.

    Aku berjalan kekasur lalu duduk di sana sambil mengeringi rambutku yang basah aku melihat jam yang menunjukan pukul delapan malam, hah aku mandi terlalu malam, setelah magrib baru mandi kalau Bunda tau pasti dia marah.

    Aku mengambil handphoneku melihat tanggal, hari ini ya. Ya benar ini akan menjadi hari yang melelahkan, aku cuma memohon moga Mas Alan gak bakal marah nantinya.

   Aku berjalan kedalam walk in closest segera bersiap memakai baju, jilbab dan mempoles sedikit wajahku lalu segera keluar dari kamar dengan membawa kunci mobilku.

I Am Felicia (Slow Up)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang