Bagian 4

45 1 0
                                    

Di hari H pengumuman kelulusan membuat semua rasa bercampur aduk, mulai dari cemas, khawatir, takut dan juga penasaran.

Di pagi hari sepertinya belum ada informasi pengumuman hasil SNMPTN, menjelang siang juga sama, hingga sore mulailah satu persatu teman di media sosial menyebut dirinya lulus dan sebagian lagi gagal.

Dan aku, masih belum tau hasil ujianku, karena harus ke warnet yang lokasinya jauh dan harus menunggu sepupuku untuk pergi bersama.

Dari sore, magrib hingga isya barulah dia muncul, menyebalkan memang. Gak tau apa jantungku sudah ketar ketir. Tapi ya sudahlah.

Kita pergi menuju warnet menggunakan sepeda motor. Selama diperjalanan kami berusaha tenang, rilex sambil terus berpikiran positif, dan tak lupa berdoa. Kami masih sempat bercada, tertawa mencoba menghilangkan kekhawatiran diri.

Tiba di warnet kita langsung memilih satu komputer. Karena aku belum sanggup login untuk melihat hasil ujianku, masih berusaha menangkan diri, maka kita berdua sepakat untuk melihat hasil ujian sepupuku terlebih dahulu. Dan qadarullah SNMPTN bukan jalannya, mungkin Allah memberi rezeki untuknya lewat jalan lain.

Jujur aku ikut sedih, merasa tek tega melihat netranya yang mulai berembun, aku berusaha menguatkannya dan terus menyalurkan kata-kata positif.

Tiba giliranku. Keberanianku untuk login sama sekali belum terkumpul, apalagi setelah melihat sepupuku tidak lulus, semakin drop saja rasanya. Karena itu aku minta sepupuku untuk login, melihat hasil ujian SNMPTNku.

Dan, disitu tertera bahwa aku LULUS.
Aku sungguh tidak percaya, layar komputer kuteliti kata perkata dengan sangat hati-hati. Dan ternyata benar kata LULUS masih bertengger disana.

Tapi tunggu dulu, disana tertulis aku lulus pada jurusan Pendidikan Teknik Informatika (PTI) Universitas Negeri Padang (UNP).
Hah?

Tahu tidak bagaimana rasanya ketika  bahagia, sedih, kecewa, cemas, khawatir dan bingung datang disaat yang bersamaan?

Blank
Itu yang terjadi pada otakku.
Aku cuma bisa diam tanpa ekspresi apapun.

Bagaimana ini, kenapa harus PTI UNP.
Itu bukan tujuanku.
Aku tidak mau itu.
Targetku cuma Kesehatan Masyarakat Unand.
PTI UNP hanya pilihan formalitas yang terpaksa aku ambil untuk memenuhi persyaratan pendaftaran SNMPTN.

Bagaimana ini?
Apa yang harus aku lakukan?
Bingung, cuma itu yang kurasakan.
Ditambah lagi atas ketidaklulusan sepupuku, makin tidak enak hati saja rasanya, padahal hati sudah kacau balau dikarenakan kelulusan ini.

Disaat orang lain berbahagia atas kelulusan SNMPTN ini, aku malah sebaliknya.
Aneh, sungguh sangat aneh.
Kenapa harus seperti ini.

Sempat aku berkecil hati karena dari awal semua ini aku lakukan sendirian, tanpa bimbingan, arahan, dan nasehat dari orang lain.
Aku berpikir jika saja orang tuaku mau memberiku kesempatan untuk ikut bimbel pasti akan ada tutor yang membimbingku. Pasti aku bisa berbagi pendapat dan cerita dengan teman-teman lainnya.
Tidak akan bingung seperti ini.

Jadi apa yang harus aku lakukan?
Kelulusan ini ada batas waktu untuk daftar ulangnya. Sementara aku masih berputar-putar dalam kebingungan.

Sepenggal KisahkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang