"Ca, Ca! Lu liat tuh tuh!" Ana mengguncang guncang bahu ku dan dagunya sibuk menunjuk ke arah yang dia maksud. Heboh banget sih ni anak!
Aku melongok mencari cari apa yang dimaksud Ana barusan. Segerombolan anak anak yang juga bermaksud mendaftar di SMA ini memenuhi koridor dan halaman sekolah. Aku sama sekali tak mendapati sesuatu yang dia maksud diantara bejibun banyaknya anak.
"Apaan sih, An? Ga jelas deh!" Tukasku dan lanjut antre giliran mendaftar sebagai murid baru.
Ana mendecak lidah sebal. "Lu ga niat sih ngeliatnya. Lu liat baik baik siapa yang ada di depan, nggak jauh dari lu sekarang." Kata Ana menunjuk. Mataku menuju ke arah depanku sesuai intruksinya.
Seorang cowok dengan memakai ransel warna hijau tosca, pakai seragam yang sama dengan yang aku dan Aca pakai, mata sedikit sipit, kulit putih, tinggi, dan wajah yang... Cukup tampan menurutku. Aku tertegun melihatnya. Dia...
"Gimana? Udah gue tebak, Lu bakal kaget dehh. Liat aja ekspresi lu sekarang. Hahah.. " Ana tertawa puas melihatku. Aku buru buru mengembalikan ekspresi datarku.
"Udah deh, Ca. Bilang aja lu seneng karena dia juga ternyata daftar di sekolah ini. Ya kaannn??" Tebak Ana tepat.
"Ya iyalah, An. Masa iya gue ga seneng? Malah itu tuh sesuai sama harapan gue!!"
Ehem. Itu cuma jawaban di dalam hati aku ya! Ga mungkin juga dong aku jawab gitu di depan Ana. Bisa diledek habis habisan aku sama dia. Dan akhirnya aku cuma jawab...
"Enggak. Biasa aja. Ngapain juga sih dia ikut ikutan daftar di sini? Kayak nggak ada sekolah lain aja!" Kataku yang super duper bohong.
"Hahaha.. jangan sok gengsi juga kali, Ca. nggak salah dong dia daftar di sini. Semua anak boleh. Apa jangan jangan ini kalian udah takdir ya??" Kata Ana cekikikan
"Hah? Takdir apaan?"
"Kalau kalian itu ternyata jodoh!!"
Aku menimpuk kepala Ana dengan map yang berisi dokumen untuk berkas pendaftaranku. Ana mencibir kesal, tapi kemudian tertawa. Aku tak mempedulikannya dan maju dua langkah. Kurang 3 anak lagi giliranku untuk mengumpulkan dan mengurus berkas.
Sesekali aku melirik ke arah dia yang tertawa dengan anak anak lain yang sebelumnya juga satu SMP denganku dan Ana. Enggak tau lagi rasanya gimana. Antara kesel, seneng, salah tingkah sendiri, semua jadi satu. Huft.. Kira kira nanti bakal sekelas lagi nggak ya??
"Hayooo!! Mikir apa lu?" Pergok Ana menepuk bahuku. Aku memutar bola mata malas tak menggubris.
Beberapa menit kemudian giliranku untuk mendaftar. Tak butuh lama, hanya menyodorkan berkas, menempelkan pas foto, tanda tangan, beres. Tinggal tunggu tes nya. Setelah itu kita pulang.
Aku dan Ana langsung pulang tanpa mampir mampir dulu. Kebetulan aku sedang malas. Ana juga harus cepat pulang karena ada kerabatnya yang datang.
Hari ini sangat panas. Langkah kakiku sedikit ku percepat. Tak tahan rasanya harus berlama lama jalan sendirian di bawah terik matahari dan sukses membuat keringat sebesar biji jagung keluar dari pori pori kulitku.
Huhhh.. aku menghembuskan nafas lega mendapati sebuah bus kebetulan berhenti di seberang jalan. Traffic light baru aja menunjukkan warna ijo. Kernet bus yang melihat gelagatku untuk naik busnya, cepat melambai agar aku segera menyeberang. Haduhh, sabar dong baangg.. Aku berjalan cepat hingga akhirnya aku bisa duduk di dalam bus ini dengan nafas lumayan terengah-engah. Jalan kaki hampir satu kilo di tengah panas panas begini sukses membuat aku serasa seperti sauna berjalan. Sendirian lagi!
Asap rokok dan bau keringat kemana mana. Ini bus juga gak kunjung jalan. Sebel juga. Tadi aja si Abang kernet main nyuruh cepet naik, giliran udah naik, dia malah asik nongkrong di depan toko sambil minum minuman dingin. Panas sih panas, tapi juga harus mikirin penumpangnya juga dong! Ah, keki juga aku melirik si kernet itu.
Saat aku tengah mengibas ngibaskan seragamku, tak sengaja manik mataku mendapati seseorang di luar bus, di seberang jalan seseorang itu santai pulang dengan mengendarai sepeda.
Dia!!
Tanpa sadar aku senyum senyum sendiri. Meskipun hanya beberapa detik cuma melintas lewat sebelum menghilang di belakang sana. Tapi beberapa detik itu cukup membuatku mendadak betah di sini. Padahal hanya melihat dari jauh pula. Mungkin ini karena efek dari aku yang sudah lama tidak bertemu dengannya. Pikiranku kembali membayangkan tentang kehidupan SMA ku nantinya. Membayangkan aku dan dia bakal sekelas, sering bertemu, belajar bareng, dan lain lain. Ahh, kayaknya gak mungkin bisa seakrab gitu deh! Mustahil!
Brak!
Aku sedikit terkesiap mendengar bunyi pintu sopir di tutup tiba tiba membuyarkan lamunanku. Kernet bus sudah kembali naik. Sopir menyalakan mesin. Akhirnya bus berjalan juga. Para penumpang lain terutama ibu ibu sudah berhenti dari omelannya.
_____________
To be continue...
Mhehe. Hayoooo kira kira siapa ya si "dia" itu?? Pastinya ya si ekhem2nya nihhh. Wkwk. Jgn lupa yaa vomentnya. Follow aku juga yaaa..
@elegisenja27
KAMU SEDANG MEMBACA
I L Y A
Teen FictionSebelum baca, wajibun follow dulu kuyy @Elegisenja27. Hohohoo.. Jadi, gimana perasaan kalian jika sekian lama hati tak sesuai dengan mudahnya perkataan yg terucap? Rasa yang di pendam pada seseorang setelah sekian lama, dan berniat untuk menguburny...