Bunda...

2.9K 325 1
                                    

Ruby sedari tadi tidak berhenti menggigit kukunya. Hal itu menyulut kekesalan Lanney.

"Ruby, quit bitting you fingernails. Lo tahu ada 1001 kuman di kuku lo." Omel Lanney.

Seperti biasa, Ruby menjawab "Yes, Madam..."

Mereka sedang berkumpul di kelas Ruby, 12 Social 5. Beberapa siswa-sisiwi sesekali menghampiri mereka hanya sekadar menyapa, atau berfoto bersama. Setelah beberapa menit, untung saja kelas menyepi.

Sedangkan, Faris sejak tadi mondar-mandir saja kerjanya sambil memegang handphone-nya.

"Sudah ada kabarnya?" tanya Lanney.

Faris menggeleng lemah. "Althea, Althea... where are you"

Ruby menyela keheningan. "Udah gue bilang, kan. Harusnya tuh kemarin kita temani dia if she's really going through a hard time. Kita sahabatnya, hello...?"

"Okay... okay... I'm sorry. Tapi yang penting sekarang adalah dimana Althea bodoh itu" umpat Faris.

"Faris, shut the bodoh word up. Kitlah yang sebenarnya bodoh." Tegas Lanney. Ucapan itu mampu menusuk Faris dan Ruby di dalam hati.

Faris bertanya kembali, "Di rumahnya? Kita belum cari dia di rumahnya kan?"

"Gue udah ke rumahnya tadi. Michael bilang dia sedang pergi. Bahkan Michael saja tak tahu kemana dia pergi."

"Jam pelajaran tadi? Althea hadir gak?" tanya Ruby karena hanya dia yang memiliki kelas berbeda.

Faris menggeleng. Althea adalah teman sebangkunya. Lupa?

Tiba-tiba terdengar suara bergerumuh dari luar kelas. Faris, Lanney, dan Ruby mengadah ke arah pintu.

"Kak Dheaaa..."

"DHEA! DHEA!"

"KAK SATU FOTO AJA DONG.."

"DHEA DHEA INI KELAS GUE...!"

"EVERYONE DHEA KE KELAS GUE!"

"Huuuuu bukan cuman kelas lo kalik.."

BRAK!

Pintu kelas tampak tertutup. Terlihat seorang gadis dengan temannya yang tampak menahan pintu tersebut.

Nada sadar kedua sahabatnya datang ke kelasnya ia segera menghampiri mereka. Lalu ia membantu kedua gadis itu untuk menahan pintu yang didobrak-dobrak oleh fans sahabatnya yang sono.

Faris melihat ketiga gadis itu, dan mereka tampak kesusahan menahan pintu yang didobrak-dobrak. Faris sigap bertindak.

"Hey Lo! Iya lo! Lo laki-laki apa bukan?" tanya Faris kepada 3 siswa di pojok kelas sedang bermain kartu. Siswa-siswa tersebut tampak bingung, lalu mereka mengangguk.

Lanney dan Ruby tampak penasaran apa yang akan dikatakan Faris.

"Lo lihat pintu depan? Sekarang gue minta tolong lo bertiga buat bantu mereka berdua nahan pintu. Buktikan kalo lo itu laki-laki sejati!" kali ini suara Faris dibaritoni dengan sengaja agar tampak mengintimidasi.

Ruby dan Lanney bergidik ngeri. Untung saja trik Faris berfungsi. Tampak sekarang 3 siswa itu berjalan ke depan pintu. Lalu mereka tampak terkejut siapa yang ada di depan. Namun, kejutan itu tak tahan lama saat 3 gadis itu segera beranjak dari sana meninggalkan 3 siswa yang menahan pintu depan dengan kesusahan.

3 gadis itu seperti orang yang habis dikejar-kejar hewan apalah itu. Mereka tampak menghela napas.

Faris kemudian duduk kembali di tempat semulannya. Lalu dia tersenyum bangga.

HIDINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang